Demi Sumbar di PON, Harus Melatih Atlet Sejak Usia Dini 

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 02 Desember 2019 10:51:10 WIB



PEKAN OLAHRAGA NASIONAL (PON) merupakan pertandingan bergensi di tanah Air. Kenapa? Karena pertandingan di PON tersebut, sebagai tolak ukur dari pembinaan atlet di berbagai provinsi di tanah air. 
r
Jakarta sebagai ibukota negara, selalu menjadi yang terbaik dalam peringkat PON sebagai ajang bergensi di tanah air. Kenapa? Karena sebagai ibu kota, di Jakarta sebagai  pusat pembinaan olahraga, yang mempersiapkan atlet untuk mengikuti kejuaraan SEA Game, Asia Games dan Olimpiade. 

Terlepas dari persoalan Jakarta sebagai ibuko negara, yang jelas pembinaan atlet harus dari usia dini dan bahkan pembinaan atlet usia dini seyogianya dapat menjadi program strategis di berbagai daerah, termasuk Sumatera Barat. Sebab, tidak akan mungkin muncul atlet berprestasi tanpa partisipasi, masyarakat yang ingin atau mau menjadikan anaknya atlet sejak usia dini. 

Secara logika, sangat mustahil melahirkan atlet berprestasi nasional dan internasional tanpa pembinaan usia dini. Untuk itu, maka peran orangtua, guru, dan pemimpin daerah untuk mendorong program pembinaan usia dini.

Kemudian, negara kita sangat potensial sekali melahirkan atlet berprestasi karena jumlah penduduk yang sangat besar. Caranya tetu memalui pembinaan usia dini, sehingga bisa menemukan bakat seorang pelajar di cabang olahraga tertentu untuk kemudian diserahkan ke pengurus cabang.

Selanjutnya, setelah ditemukan bakat anak usia dini, data tentang si anak disampaikan ke dinas yang membidani olahraga lalu diserahkan ke pengurus cabang daerah untuk melakukan pembinaan atlet potensial tersebut. Dengan begitu, kita percaya akan lahir atlet yang bisa mengharuman nama Sumatera Barat di kancah nasional atau PON.

Pembinaan atlet usia dini, bisa dilakukan melalui pemanduan dan identifikasi bakat. Pemanduan bakat adalah proses awal mendapatkan bibit atlet berbakat yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi atlet berprestasi di kancah internasional. Sedangkan identifikasi bakat adalah instrumen tes yang disusun khusus untuk satu cabang olahraga (cabor),  sehingga hasil tes lebih spesifik berdasarkan nomor-nomor pada cabor tertentu.

Tujuannya untuk mengidentifikasi bakat calon atlet berprestasi. Mengetahui cabor yang sesuai dengan potensi anak dan memperkirakan peluang keberhasilan calon atlet dalam pembinaan selanjutnya. Dengan demikian, akan tercipta sistem pembinaan atlet untuk jangka panjang.

Provinsi Jambi misalnya, melalui Elsa Manora menjadi bintang di cabang renang. Bahkan keluaga marga nasution tersebut, mendidik anaknya menjadi perenang profesional dan punya prestasi nasional dan SEA Game. 

Kini sudah saatnya juga kita melibatkan masyarakat untuk melatih anaknya dengan olahraga yang sesuai hobi dan kondisi fisiknya. Tanpa partisifasi aktif masyarakat, jelas akan sulit mencari dan sekaligus menjaring atlet usia dini berbakat dan berminat. Khusus ASN di Sumatera Barat, untuk ikut serta menciptakan anaknya menjadi atlet yang punya prestasi nasional dan internasional. 

Kemudan pengurus cabang olahraga dan KONI, untuk bergandeng tangan dalam membina dan mempersiapkan atlet berprestasi. Tanpa kerjasama yang baik, antara pengurus olahraga, sangat mustahilah akan lahir atlet berprestasi dari Ranah Minang. Kini mari kita satu bahasa, satu kata, yaitu PRESTASI. Semoga! (Penulis wartawan tabloidbiak.com dan ketua smsi sumbar)