PAHLAWAN KELUARGA, PAHLAWAN BANGSA

PAHLAWAN KELUARGA, PAHLAWAN BANGSA

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 16 November 2019 19:51:57 WIB


PAHLAWAN KELUARGA, PAHLAWAN BANGSA

                Bulan November, kita di Indonesia memperingati Hari Pahlawan, tepatnya setiap tanggal 10 November.  Banyak makna dipersepsikan mengenai siapa yang pantas disebut pahlawan.  Karena tidak sembarang orang dapat menjadi pahlawan.

            Ada yang menyebutkan bahwa pahlawan adalah orang yang rela berkorban harta bahkan nyawanya untuk kejayaan bangsa. Apakah seseorang yang rela berkorban untuk keluarganya, layak kita sebut sebagai pahlawan keluarga??  Karena keluarga adalah cikal bakal sebuah bangsa . Dari keluarga-keluarga yang berkualitas juga akan menjadi masyarakat atau bangsa yang kuat dan lahir pemimpin bangsa.

                Ini adalah tataran ideal sebuah pemikiran tentang pahlawan keluarga menjadi pahlawan bangsa. Namun, jika kita mengamati media sosial dan televisi yang mempertontonkan  infotainment tentang sengketa rumahtangga selebrita dari sisi berbeda. Bagaimana keluarga mereka? Bagaimana anak-anak yang lahir dalam keluarga bersengketa ini dalam hidup dengan nyaman ? adakah jiwa kepahlawanan dapat muncul dari tekanan jiwa karena orang tua yang selalu bertengkar?

                Banyak hal mungkin bisa ajarkan kita utk menyelamatkan bangsa dan generasi masa depan dengan memulainya dari rumah yang kita ubah menjadi syurga bagi para penghuninya. Ajarkan anak menjadi pahlawan bangsa dengan menjaga rumahtangga kita...Karena kebangunan bangsa bermula kekokohan rumahtangga dan  ketahanan rumahtangga...

Ingin keluarganya berkualitas, maka dibutuhkan perjuangan seorang Ibu yang berkualitas, sehat, berkarakter dan berakhlaqul karimah. Ibu sebagai pondasi kuat pendidikan anak di keluarga, mereka inilah pejuang agama, negara dan bangsa. Pada jiwa dan raga perempuan yang berdedikasi tinggi, kerja keras dan pantang menyerah menjadikan keturunannya semakin berkualitas dan berakhaqul karimah.

Namun realita yang ada, masih ditemukan banyak kaum perempuan yang tidak beruntung, kesan orang urusan dapur, sumur dan anak dianggap oleh kaum adam, itu kodrat perempuan sebagai perempuan yang pasangan hidup di keluarga. Padahal substansi yang ada mereka punya hak dan tanggungjawab yang jauh lebih hebat untuk mendidik dan merawat anaknya ke masa depan yang lebih tinggi.

Madrasatul ula ada di keluarga sebagai benteng utama dari segala bahaya yang mengancam, anak didik untuk belajar dari semua disiplin ilmu, diawasi oleh orangtuanya dengan tanpa melihat batas waktu, mereka juga diberikan kesempatan untuk bermain, berkembang sesuai motorik dan pilihannya.

Orangtua harus mencukupi semua biaya yang dibutuhkan anaknya, sejak kecil sudah diberikan identitas atas nama, dan status kewargegaraan melalui kutipan akte kelahiran. Mereka juga diberikan asupan gizi yang baik biar tidak stunting, Air susu ibu sebagai suplemen lahir batin dan bentuk kasih sayang yang luar biasa hingga 2 tahun lamanya, belum lagi anak harus belajar sejak usia PAUD hingga sampai perguruan tinggi, berapa besar dana yang dibutuhkan oleh orangtuanya untuk membiayai pendidikan anaknya.

Belum lagi mereka juga di suruh untuk belajar agama lewat pendidikan madrasah diniyah, belajar di majlis taklim, ataupun bisa menghafalkan ayat suci alquran sejak kecil hingga sampai akhir hayat. Sentuhan perempuan yang berkualitas ini menjadikan nasib generasi yang akan datang semakin berkualitas dan bida mengharumkan nama besar anaknya, orangtuanya, lingkungannya, daerahny termasuk negaranya.

Anak ingin bisa naik kendaraan sepefa motor atau mobil, maka orangtuanya pun melatihnya dengan penuh kesabaran, anak biar jadi penerus ulama maka orangtua menyekolahkan ke jalur pondok pesantren, anak ingin masuk menjadi penegak hukum maka orangtua harus bersusah payah menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan penegak hukum seperti akpol atau sekolah hukum dan ragam jenis pendidikan yang dipilihnya.

Anak saat sakit, maka orangtuanya terutama ibu kandungnya, harus menggantikan popok, atau sprei anaknya termasuk merawat memandikan, bahkan memastikan agar anak kembali sehat dan beraktivitas kembali, saat anak sedang ikut teman sebayanya dan tergoda dengan lingkungannya lalu terjerumus ke tindakan negatif, maka orangtua jelas kena getah akan ulah anaknya, namun mereka berdoa dan berikhtiar agar anaknya kembali ke jalan yang benar.

Sungguh mulia para kaum hawa yang selalu memperjuangkan hak-hak anaknya menuju pemenuhan yang sesungguhnya. Lewat merekalah nasib bangsa semakin berdaya dan bisa menjadikan negara ini sebagai negara yang adil dan makmur, rakyatnya sejahtera.

                Jadi menurut saya, Ibu adalah pahlawan keluarga, dan pahlawan bangsa...