Tukang Palak dan Pengamen di Objek Wisata
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 05 November 2019 13:58:16 WIB
Oleh Yal Aziz
Prilaku tukang palak dan pengamen di berbagai objek wisata di Sumatera Barat masih saja merajalela. Fakta ini selain membuat pengunjung wisata resah dan gelisah, juga membuat objek wisata jadi gunjingan negatif para pengunjung. Padahal, objek wisata, bisa dikatakan salah satu pendapatan bagi pemerintah daerah dan pedagang yang ada di dalam areal objek wisata, untuk meningkatkan pendapatannya.
Untuk itu, kepada semua kepala dinas diberbagai daerah yang punya objekwisata, untuk lebih serius menjaga kenyamanan pengunjung yang senngaja datang berkunjung ke objek wisata sesuai dengan seleranya.
Sebagai contoh, pinggir laut yang berada di Kota Padang, termasuk yang ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan, baik masyarakat yang berada di Kota Padang, maupun yang datang dari luar daerah tingkat dua dan masyarakat dari provinsi tetangga, seperti dari Kota Pekanbaru, Riau dan dari Kabupaten Muaro Bungo dan Kota Jambi.
Setiap sore, terutama hari Sabtu dan Minggu, objek wisata pinggir laut di Kota Padang termasuk yang ramai dikunjungi masyarakat dengan tujuan mencari hiburan bersama anak dan keluarga yang datang dengan menggunakan mobil pribadi.
Namun masih disayangkan, kenyaman pengunjung di objek wisata pingir laut masih menemukan berbagai hal yang membuat mereka resah dan terganggu dengan keberadaan para tukang palak dan pengamen.
Tapi sangat disayangkan, keberadaan pengamen dan tukang palak ini, seakan tidak menjadi perhatihan serius bagi pemerintah Kota Padang dalam menertibkannya. Padahal, Dinas Pariwisata Kota Padang haruslah meciptakan program tujuh pesona yang menjadi simbol dunia wisata. Tujuannya, agar semua masyarakat yang berada di objek wisata pinggir laut, aman dan nyaman.
Selain itu, Pemerintah Kota Padang haruslah mengembalikan masa jaya jasa bendi, sebagai alat tranfortasi bagi masyarakat yang tidak mempunyai mobil pribadi. Caranya tentu dengan merangkul semua pemilik bendi dengan tujuan untuk ikut menunjang objek wisata pinggir laut.
Bila perlu, tak hanya menyaipak bendi sebagai alt tranfortasi. Tapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk naik kuda. Caranya tentu mengajak pemilik kuda untuk berperan aktif menyiapak kudanya sebagai alat transfortasi.
Kemudian, mengenai pedagang yang berada dalam areal objek wisata untuk diatur dan diberikan bimbingan, agar masyarakat disekitar objek wisata pinggir laut, bisa meningkat pendapatan ekonominya. Maksudnya, mereka diatur dan bukan digusur.
Begitu juga dengan memperhatikan dan sekaligus memperjuangkan nasib para pedagang yang tempat berjualannya telah diasiapkan pemerintah Kota Padang. Maksudnya, mereka diatur dan bukan digusur.
Yang tak kalah pentingnya, Pemko Padang harus memberikan penyuluhan terhadap pedagang dan sekaligus bertegas-tegas dengan prilaku negatif para pedagang dengan aturan yang mendidik dan bukan membidik.
Khusus masyarakat yang menyediakan sarana permainan anak-anak, agar diberikan pengertian supaya tak terjadi kesembrawutan di sepanjang terotor yang ada diberbagai tempat sepanjang pantai. Khusus penjual makanan dengan gerobak, memang harus ditertibkan, karena para pedagang tersebut telah berjualan di badan jalan. Semoga?. (penulis waratwan tabloidbijak.com dan ketua smsi sumbar)