Wisata Halal di Luar Negeri
Artikel () 22 September 2019 08:22:17 WIB
Harian Kompas edisi 19 September dalam beberapa halamannya memuat tentang wisata halal. Baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Yang menarik justru wisata halal di luar negeri, terutama di negara yang mayoritas penduduknya bukan umat Islam.
Satu di antara negara tersebut adalah Taiwan. Saat ini di Taiwan sedikitnya sudah ada 217 hotel dan restoran yang memiliki sertifikat halal. Jika mengacu kepada Global Muslim Travel Index, Taiwan ada di posisi ketiga negara bukan OKI (Organisasi Konferensi Islam). Kota Taipei ditulis Kompas sebagai kota ramah muslim.
Sedikitnya ada empat kota ramah muslim yang direkomendasikan Kompas. Yaitu Taipei (Taiwan), Granada (Spanyol), Wina (Austria) dan Kyoto (Jepang). Menurut Kompas, Taiwan serius mempersiapkan dirinya untuk menyambut wisatawan muslim datang ke negaranya.
Sementara Granada, di sana terdapat peninggalan kerajaan Islam berupa Istana dan benteng Alhambra yang sudah masuk daftar warisan dunia UNESCO. Sedangkan di Wina yang sarat dengan bangunan dan arsitektur megah baik zaman dulu dan sekarang, bisa ditemui masjid dan Islamic center. Makanan Mediterania yang halal juga sudah disiapkan.
Dan di Kyoto, kuliner halal juga disiapkan dengan baik yang ditunjukkan dengan banyaknya restoran halal. Di samping itu di Kyoto juga banyak objek wisata seperti kuil, hutan bambu dan rumah tradisional.
Jadi, empat kota yang direkomendasikan Kompas bisa dinikmati oleh wisatawan muslim baik melihat berbagai bangunan monumental dan juga kuliner halal. Maka, jika negara yang bukan mayoritas muslim bisa serius menyiapkan layanan untuk wisata halal, negara yang mayoritas muslim seharusnya bisa jauh lebih serius menyiapkan layanan yang baik kepada wisatawan muslim global.
Saya melihat, saat ini pemerintah pusat dan daerah sangat serius menggarap wisata halal. Namun ada salah paham yang menguubungkan wisata halal ini dengan isu agama. Padahal tekanan dari wisata halal ini adalah kebutuhan wisatawan muslim bisa terpenuhi dengan baik seperti kuliner halal dan tempat ibadah. Dan di negara yang bukan mayoritas muslim justru mereka menyiapkan dengan baik yang ditunjukkan dengan restoran dan hotel bersertifikat halal.
Di Indonesia, khususnya Sumbar, yang perlu terus diingatkan adalah masyarakat dan swasta yang terkait dengan wisata. Agar bisa memberikan layanan baik kepada wisatawan muslim dalam hal kuliner halal dan tempat ibadah yang baik. Logo halal masih belum banyak ditempel di tempat kuliner. Hal ini bagi wisatawan muslim global sangat penting. Mungkin bagi masyarakat lokal tidak masalah, karena masakan masyarakat Sumbar otomatis halal, karena yang masak beragama Islam. Namun sulit untuk menjelaskan kepada wisatawan global/asing.
Jika kita bisa berbenah sebaik mungkin, maka peluang wisata halal sangat bisa berdampak positif bagi masyarakat. Keseriusan negara lain dalam menyiapkan layanan wisata halal bisa menjadi acuan agar kita bisa mencontoh keseungguhan mereka. (efs)
Referensi: Harian Kompas, 19 September 2019
ilustrasi: shutterstock dotcom