Mudik 2019
Artikel () 25 Juni 2019 06:15:26 WIB
Tabloid Mingguan Kontan edisi 17-23 Juni 2019 dalam halaman Data&Grafik menampilkan data tentang jumlah penumpang arus mudik beserta moda transportasinya dengan judul, “Titik Terendah Jumlah Pemudik”. Dalam data tersebut terungkap bahwa Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa jumlah pemudik Hari Raya Idul Fitri 2019 adalah yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Pada 2019 tercatat jumlah pemudik sebanyak 15,97 juta orang. Sedangkan pada 2018 tercatat sebanyak 17,31 juta orang. Hitungan ini didasarkan kondisi H-7 dan H+5 Lebaran. Jadi, pemudik 2019 turun 7,74% dibanding pemudik 2018. Penurunan terbesar untuk 2019 berasal dari pemudik dengan moda udara. Yaitu dari 4.531.867 penumpang di 2018 menjadi 3.129.805 penumpang di 2019, penurunannya sekitar 30,93%. Sementara di 2017 jumlah pemudik moda udara ada di angka tertinggi dalam lima tahun terakhir yaitu 5.299.513 penumpang. Sebelumnya di 2016 adalah 4.922.178 penumpang. Dan di 2015 sebanyak 3.570.248.
Dalam lima tahun terakhir (2015-2019) pertumbuhan tertinggi penumpang mudik berasal dari moda kereta api. Yaitu sebesar 18,35%. Sedangkan penurunan tertinggi dalam lima tahun terakhir ada di moda jalan. Yaitu 17,02%. Yang dimaksud untuk moda jalan adalah pengguna kendaraan pribadi.
Untuk pemudik yang menggunakan moda kereta api angkanya adalah 3.931.712 (2015), 4.080.319 (2016), 4.402.416 (2017), 4.458.565 (2018), dan 4.653.356 (2019). Sedangkan pemudik yang menggunakan moda jalan adalah 4.697.945 (2015), 4.416.119 (2016), 4.245.702 (2017), 3.518.812 (2018), 3.898.387 (2019).
Kemudian, untuk pemudik yang menggunakan moda udara angkanya adalah sebagai berikut: 3.570.248 (2015), 4.922.178 (2016), 5.299.513 (2017), 4.531.867 (2018) dan 3.129.805 (2019). Untuk pemudik moda udara terlihat penurunan drastis dari 2017 ke 2019, lebih dua juta penumpang yang menyusut.
Sementara itu, pemudik moda kereta api mengalami kenaikan, tidak terlihat adanya pergeseran pemudik moda pesawat ke moda kereta api. Apalagi jika dibandingkan dengan pemudik moda jalan yang mengalami penurunan jumlah. Dugaan saya, pemudik moda jalan ini merupakan pemudik yang biaya mudiknya paling rendah, karena menggunakan kendaraan sendiri, terutama seperti motor dan bajaj, selain mobil.
Jika melihat penurunan penumpang moda udara, karena harga yang sudah mahal. Bukan karena harga tertinggi, tetapi harga terendahnya yang sudah tinggi. Ini memang sangat mempengaruhi sektor lain seperti pariwisata, juga penginapan. Dan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi.
Yang juga agak unik adalah jumlah pemudik moda jalan berkurang. Kemungkinan karena adanya masalah biaya untuk perjalanan. Padahal jika dikaitkan dengan penggunaan jalan tol, tahun ini semakin banyak jalan tol yang bisa digunakan oleh pemudik. Tetapi nampaknya tidak terlihat hubungan langsung antara penggunaan jalan tol dengan jumlah pemudik moda jalan yang jumlahnya menurun.
Namun, yang patut disyukuri adalah angka kecelakaan lalu lintas selama mudik lebaran mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Ini perlu diapresiasi. Dan juga semakin bertambahnya ruas jalan tol yang bisa diakses oleh pemudik pada 2019 ini. Untuk pulau Jawa, ruas tol Trans Jawa sudah bisa diakses pemudik. Sedangkan untuk pulau Sumatra, ruas tol Bakauheni – Terbanggi Besar yang berada di Lampung juga sudah bisa diakses oleh pemudik.
Mudik lebaran adalah sebuah tradisi yang sudah lama ada di Indonesia. Mudik adalah sebuah kegiatan silaturahmi. Sehingga hal positif seperti ini memang parlu dilakukan oleh mereka yang terpisah dengan orang tuanya di kampung, atau alasan lainnya yang juga positif seperti menjalin silaturahmi dengan keluarga di kampung sekali setahun.
Bagi yang tidak bisa mudik karena lokasinya memang jauh dan hanya bisa diakses oleh pesawat terbang, mungkin butuh waktu untuk menyiapkan dananya. Mudah-mudahan tahun depan bisa tercukupi dana tersebut. (efs)
Referensi: Tabloid Mingguan Kontan edisi 17-23 Juni 2019