Memanfaatkan Bulan Syawal Untuk Intropeksi Diri
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 11 Juni 2019 15:30:43 WIB
BAGI Umat Islam bulan syawal punya arti dan makna tersediri. Kenapa? Karena selama satu bulan penuh umat Islam telah melatih dirinya dengan melaksanakan ibadah puasa mulai dari imsyak subuh sampai dengan dikumandangkannya azan magrib.
Selama puasa umat Islam dilatih untuk mengendalikan dirinya dari perbuatan yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum di siang hari, serta berhubungan intim antara suami dan istri, serta perbuatan tercela lainnya.
Sungguh beruntunglah umat Islam yang berhasil menjalani ibadah puasa sesuai dengan tuntunan agama dan merugilah yang tidak melaksanakan iibadah puasa sama sekali. Padahal yang bersangkutan dari segi fisik sangat memungkinkan melaksanakan ibadah puasa. Tapi, yang namanya godaan tentu saja terus menggoda, sehingga tidak melaksanakan ibadah puasa, serta lalai dalam melaksanakan ibadah shalat.
Padahal ibadah puasa ditinjau dari kesehatan, sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Bahkan berbagai penelitian telah mengungkap adanya mukjizat puasa ditinjau dari perpekstif medis modern. Yang hebatnya, di dalam penelitian ilmiah tersebut, tidak ditemukan efek merugikan dari puasa Ramadhan pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.
Kemudian, Nabi besar Muhammad SAW seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: "Berpuasalah maka kamu akan sehat." Dengan berpuasa, akan diperoleh manfaat secara biopsikososial berupa sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis dan biomolekular.
Selanjutnya jika dibandingkan bulan-bulan lainnya, pada bulan syawal inilah umat Islam sangat banyak melakukan amaliah silaturahmi, mulai mudik ke kampung halaman, saling bermaafan dengan teman atau tetangga, hala bihalal, kirim SMS dan telepon, dan sebagainya. Betapa Syawal pun menjadi bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan Allah karena umat Islam menguatkan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah.
Di negara kita Indonesia, bulan syawal sangat identik dengan hal yang serba baru –baju baru, sepatu baru, perabot rumah tangga baru, dan lain-lain. Orang-orang bersuka cita, bersalaman, berpelukan, bertangis bahagia, mengucap syukur yang agung, meminta maaf, memaafkan yang bersalah.
Bagi seorang anak, akan memanfaatkan syawal untuk meminta maaf kepada kedua orang tuanya, serta saudara-saudara sekaumnya. Begitu juga dengan masyarakat disekitar lingkungan, baik lingkungan rumah, maupun lingkungan tempat bekerja.
Begitu banyak doa terlempar di udara. Begitu banyak cinta kasih saling diberikan antar seluruh umat manusia. Aura maaf tersebar di seluruh penjuru bumi, nuansa peleburan dosa, nuansa pencarian makna baru dalam hidup. “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh” (H.R Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
“Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan. Dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Majah dan dicantumkan dalam Shahih At-Targhib).
Inilah keistimewaan bulan Syawal yang paling utama. Syawal adalah bulan “peningkatan” kualitas dan kuantitas ibadah. Syawal sendiri, secara harfiyah, artinya “peningkatan”, yakni peningkatan ibadah sebagai hasil training selama bulan Ramadhan. Umat Islam diharapkan mampu meningkatkan amal kebaikannya pada bulan ini, bukannya malah menurun atau kembali ke “watak” semula yang jauh dari Islam.
Kini setelah Ramadhan berlalu, pada bulan Syawal-lah “pembuktian” berhasil-tidaknya ibadah Ramadhan, utamanya puasa, yang bertujuan meraih derajat takwa. Jika tujuan itu tercapai, sudah tentu seorang Muslim menjadi lebih baik kehidupannya, lebih saleh perbuatannya, lebih dermawan, lebih bermanfaat bagi sesama, lebih khusyu’ ibadahnya, dan seterusnya. Paling tidak, semangat beribadah dan dakwah tidak menurun setelah Ramadhan.
Bagi seluruh ASN juga bermanfaat bisa bersilaturrahmi dengan gubernur, wakil gubernur, sekda dan kepala dinas lainnya dalam suatu acara yang dibingkai dengan sebutan halal bi halal. Bahkan bulan syawal ini juga bisa dimanfaatkan untuk saling memaafkan sesama rekan sama bekerja dikantor.
Kini, mari kita manfaatkan bulan syawal ini untuk intropeksi diri atau melakukan evauasi diri setelah menjalankan aktivitas di kantor, serta ibadah puasa selama ramadhan. Semoga kita masih dipertemukan, bulan ramadhan tahun depan, serta masih diberikan kesematan juga untuk melaksanakan acara saling maaf memaafkan. Semoga. (Penulis wartawan tabloidbijak.com)