Nuzulul Quran

Nuzulul Quran

Artikel () 23 Mei 2019 20:53:46 WIB


Bulan Ramadan adalah bulan Alquran, karena di bulan ini Alquran turun. Melalui perantaraan Malaikat Jibril, Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama yaitu perintah membaca (iqra’). Di bulan Ramadan pula, Malaikat Jibril mengulang bacaan Alquran Rasulullah Saw. 

Dan di setiap tanggal 17 Ramadan dilaksanakan peringatan turunnya Alquran atau malam Nuzulul Quran. Di tengah peringatan Nuzulul Quran yang sering kita peringati, ada sebuah kisah menarik tentang Kartini. Ternyata RA Kartini menyimpan rasa penasaran tentang arti ayat ayat Alquran. Dia ingin sekali bisa memahami Alquran dengan cara mengetahui arti dari ayat-ayat Alquran.  

RA Kartini mempertanyakan bahwa jika Alquran tidak bisa atau tidak boleh diterjemahkan mana bisa umat Islam memahami ajaran agamanya.  Hingga akhirnya RA Kartini bertemu Kiai Sholeh Darat. Hingga matinya, Kiai Sholeh Darat hanya sempat menterjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa beberapa juz. Atau belum utuh 30 juz. Secara kebiasaan, biasanya ulama yang menyusun kitab atau terjemahan Alquran akan mempublikasikan karyanya setelah selesai.  Namun karenan tuntutan keadaan, juzu yang telah selesai diterjemahkan sudah bisa dinikmati oleh masyarakat, termasuk RA Kartini.

Yang perlu diketahui, di masa penjajahan, Belanda melarang Alquran diterjemahkan. Namun dengan kegigihan orang-orang seperti Kiai Sholeh Darat dan juga RA Kartini, Alquran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sudah bisa dikerjakan. 

Jika melihat konteks zaman sekarang, dengan mudahnya terjemahan Alquran didapatkan di toko-toko buku, maka sudah sepantasnya umat Islam bisa memahami dan mengerti tentang isi Alquran. Namun ternyata, dengan kemudahan yang ada tersebut, belum semua umat Islam pernah membaca terjemahan Alquran ke dalam bahasa Indonesia secara lengkap. Belum lagi jika membicarakan tentang buku-buku tafsir Alquran karya ulama terkenal seperti Ibnu Katsir. 

Maka, melihat bagaimana RA Kartini gigih ingin mempelajari terjemahan Alquran dalam bahasa Jawa, bisa menjadi motivasi bagi umat Islam saat ini untuk kembali membaca terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia. Sehingga mereka bisa memahami petunjuk hidup yang penuh dengan mukjizat ini. 

Tidak sedikit orang-orang di Eropa dan Amerika yang masuk Islam setelah membaca terjemahan Alquran. Mereka kagum dengan isinya, sehingga dengan senang hati bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai syarat untuk menjadi seorang muslim. 

Maka, dengan memperingati Nuzulul Quran, semoga kita bisa memahami Alquran dengan rajin membaca terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia, dan juga tafsir Alquran karya para ulama terkenal seperti tafsir karya Ibnu Katsir. (efs)

Referensi:  Taufiq Hakim, “Kiai Sholeh Darat dan Dinamika Politik di Nusantara Abad XIX-XX M”, INDeS Publishing, Yogyakarta: 2016  

ilustrasi: shutterstock dot com