Ketika Media Sosial Melambat
Artikel () 23 Mei 2019 19:54:48 WIB
Pemerintah akhirnya memutuskan pengaturan atau penghentian media sosial untuk beberapa hari. Aturan ini dilakukan dalam rangka mencegah penyebarluasan informasi hoaks akibat pelaksanaan unjuk rasa yang digelar di depan Kantor Bawaslu RI di Jakarta. Awalnya dikenakan terhadap Instagram dan WhatsApp. Kemudian Facebook pun juga ikut.
Aturan seperti ini sepengetahuan saya baru kali ini diterapkan. Dan kebijakan ini mendapatkan dukungan sekaligus penentangan. Wajar jika muncul pro dan kontra terhadap kebijakan ini. Namun ternyata, berdasarkan pengamatan saya media sosial sudah menyatu dengan kehidupan modern saat ini.
Contohnya, ternyata WA sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam komunikasi di keluarga. Ayah, ibu dan anak tergabung dalam sebuah grup WA untuk berbagi informasi harian dan lainnya. WA juga menjadi bagian dari komunikasi antara guru dengan murid, dosen dengan mahasiswa, dokter dengan pasien, pimpinan dengan staf. WA juga menjadi bagian dari komunikasi alumni SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, warga perumahan, keluarga besar, dan lainnya.
Melemahnya WA, yang merupakan sarana komunikasi turut mempengaruhi dinamika para komunitas tersebut, terutama yang memang memiliki kepentingan terkait tugas maupun komunikasi yang harus update.
Tidak dipungkiri, memang selama ini WA menjadi media yang sering digunakan tanpa control untuk menyebarkan informasi yang beklum tentu benar dan informasi yang tidak benar, tanpa mengesampingkan manfaat positif yang juga banyak bagi manusia saat ini.
Dengan adanya kebijakan pembatasan, manfaat positifnya adalah masyarakat pengguna WA dilatih untuk mengendalikan kegiatan menyebarkan informasi atau konten yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Namun tentu ada juga yang menyayangkan pembatasan atau pelemahan ini, karena boleh jadi WA merupakan pilihan komunikasi yang murah dan mudah.
Salah satu manfaat positif atau hikmah dari pembatasan media sosial adalah, bagi umat Islam diajak untuk fokus mengisi bulan Ramadan dengan ibadah dan amal perbuatan positif. Suasana yang memanas akibat adanya pihak ketiga yang membuat kerusuhan semoga tidak menular ke tempat lain, karena pelaku unjuk rasa yang sejak awal melakukan aksi damai jadi mendapatkan dampak negatif dari perisitiwa tersebut.
Semoga pembatasan atau pelemahan media sosial tidak berlangsung lama, sehingga masyarakat bisa kembali bermedia sosial. Karena saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap orang. Dan semoga banyak hikmah positif yang bisa diambil dari adanya pembatasan atau pelemahan ini. Di bulan Ramadan yang mulia ini, semoga kita mendapatkan pencerahan dalam bermedia sosial sehingga bisa lebih bertanggung jawab dan berpikir kembali untuk menyebar informasi atau konten yang tidak jelas sumbernya. (efs)
ilustrasi: shutterstock dot com