Porprov Sumbar dan PON Papua

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 01 November 2018 15:52:27 WIB



PEKAN Olahraga Provinsi Sumatera Barat, memang telah berakhir, Rabu, 28 November 2018 lalu di Kabupaten Padang Pariaman. Namun, sang juara di pesta terakbar di Sumatera Barat tersebut masih diraih  kontingen Kota Padang. Bahkan, Kota Padang telah 14 kali meraih gelar juara umum dan masih belum ada daerah tingkat dua lainnya yang mampu mengalahkan Kota Padang. Kenapa? Karena keperkasaan atlet atlet Kota Padang menjadi penambang medali dari beberapa olahraga seperti  taekwondo, wushu, karate,  gulat biliar, dayung, senam, renang, kempo, dan pencak silat.

Berdasarkan data, Kontingen Kota Padang kembali mempertahankan posisi juara umum ke 15 sepanjang gelaran Porprov. Padang berhasil mengumpulkan 354 medali. Rinciannya 150 emas, 88 perak dan 116 perunggu.

Posisi kedua ditempati tuan rumah Padang Pariaman dengan total perolehan 310 medali. Adalah 109 emas, 93 perak, dan 108 perunggu. Sedangkan peringkat ketiga diduduki Kota Bukittinggi dengan torehan 244 medali. Yakni, 72 emas, 85 perak dan 87 perunggu.

Disusul Kabupaten Solok dengan perolehan 174 medali. Rinciannya, 53 emas, 48 perak dan 73 perunggu. Peringkat lima ditempati Kabupaten Lima Puluh Kota yang berhasil mengumpulkan 173 medal. Masing-masing 50 emas, 47 perak dan 76 perunggu.

Kini Porprov XV umbar secara resmi telah berlalu dan pesta terakbar di Ranah Minang tersebut telah ditutup Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit. Diakui, secara kualitas, Porprov Sumbar XV memang masih sebatas ajang pesta olahraga bagi pembinaan atlet yang akan dipersiapkan untuk PON 2020 di Papua.  

Sementara sebagai tuan rumah PON 2020, Gubernur Papua Lukas Enembe tak hanya bertekad sukses sebagai penyelenggara PON, tetapi juga bertekad menjadi juara umum di pesta olahraga terakbar di tanah air tersebut. 

Rasanya, tekad dan target dari Gubernur Papua Lukas Enembe perlu juga diacungkan jempol. Soalnya, sebagai tuan rumah, pemerintah Papua telah membuat angaran dan telah diarahkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan PON 2020 Jayapura. Kenapa? Karena suksesnya kegiatan olahraga ini merupakan harga diri dan martabat orang Papua. Bahkan, Lukas Enembe meminta  kepada seluruh Organisasi Perangkat Daerah, pegawai negeri sipil dan masyarakat untuk ambil bagian, turut serta mensukseskan pelaksanaan PON 2020 di Papua.

Kemudian, kalau kita berbicara sejarah, PON digelar empat tahun sekali. PON I diadakan di Solo pada 1948 saat Indonesia tengah menghadapi agresi militer Belanda. Setelah itu, PON digelar bergantian di sejumlah kota. Sejak PON VIII 1973 hingga PON XIV 1996, pesta olahraga nasional ini diadakan di Jakarta.

Setelah Reformasi 1998, daerah kembali dipercaya menjadi penyelenggara. PON XV 2000 di Surabaya, PON XVI 2004, PON XVII 2008 Samarinda, PON XVIII 2012 Pekanbaru, PON XIX 2016 Bandung, dan PON XX 2020 di Jayapura.

Bagi SUmatera Barat, PON XV 2000 di Surabaya punya catatan hitam atau kelabu. Kenapa? Karena di PON XV 20000 tersebut, kontingen Sumatera Barat jadi juru kunci, karena tak satu pun atlet Sumbar yang berhasil meraih medali emas dan hasilnya Sumbar jadi juru kunci alias nomor paling buncit.

Bertitik tolak dari kegagalan tersebut, diharapkan pembina atau pelaku olahraga di Sumatera Barat untuk lebih serius melakukan pembinaan olahraga terhadap atlet yang akan dipersiapkan menghadapi PON Papua.

Khusus cabang olahraga terukur perorangan, rasanya tak ada salahnya juga sendari sekarang KONI Sumbar dan Pengrov percabang olahraga lebih serius mempersiapkan atlet yang akan menjadi pahlawan olahraga di Papua.

Pengurus KONI dan Pengprov cabang olahraga, harus seiya sekata dalam mempersiapkan atlet dan lebih mengutamakan prestasi atlet dari pada isme. Tujuannya, jangan sampai kegagalan Sumbar jadi tuan rumah PON 2024, jangan sampai gagal juga mengharumkan nama Ranah Minang di kancah olahraga nasional. Semoga? (Penulis wartawan tabloid bijak dan padang pos.com)