Mengupayakan Turunnya Harga BBM Nonsubsidi
Artikel () 29 November 2018 12:05:57 WIB
Dalam satu bulan belakangan, di Kota Padang terjadi antrean kendaraan untuk mendapatkan premium. Salah satu sebabnya adalah, meningkatnya permintaan premium, dan di sisi lain permintaan akan pertalite berkurang.
Harga pertalite menunjukan tren kenaikan. Apalagi rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Maka terjadilah migrasi pengguna pertalite kepada premium. Hal ini menyebabkan terjadinya antrean yang cukup panjang di SPBU.
Selisih harga premium dengan pertalite kini ada di kisaran 1500 rupiah perliter. Namun dengan semakin menguatnya nilai rupiah terhadap dolar AS dari 15.000 rupiah sudah turun menjadi 14.000 rupiah, maka desakan untuk menurunkan harga BBM nonsubsidi pun mulai bermunculan.
Alasan untuk menurunkan harga BBM tentunya berbasis data. Misalnya, Indonesia Crude Price (ICP) bulan Oktober 2018 77,56 dolar AS per barel turun di November 2018 menjadi 69,18 dolar AS per barel. Ada penurunan sebesar 11%. Selain itu, nilai tukar rupiah menguat sebesar 4% terhadap dolar AS.
Pemerintah berencana memanggil korporasi besar pengelola SPBU seperti Pertamina, Shell, Total, untuk meminta diturunkannya harga BBM nonsubsidi. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah juga berkepentingan terhadap turunnya harga BBM non subsidi. Ketika harga pertalite masih bisa dijangkau masyarakat banyak, antrean premium tidak terjadi. Dan ketika harga pertalite semakin tinggi dan jauh meninggalkan premium maka banyak yang beralih memilih premium.
Demikian pula dengan pertamax, yang makin banyak disukai oleh pemilik kendaraan roda dua. Memang tidak semua pemilik kendaraan roda dua memilih pertamax atau pertalite. Tetapi perubahan preferensi dari premium kepada pertalite telah menimbulkan kenaikan konsumsi pertalite dan pertamax.
Salah satu pihak yang sepertinya paling dirugikan dengan adanya antrean premium akibat perbedaan harga antara premium dengan pertalite adalah para sopir angkot. Mereka ada yang harus antre berjam-jam untuk mendapatkan premium, sehingga waktu terbuang untuk antre. Dan waktu untuk mencari penumpang berkurang.
Semoga upaya pemerintah untuk meminta para penjual BBM nonsubsidi yang diikuti menguatnya nilai rupiah bisa menghasilkan solusi yang positif bagi masyarakat. Karena sudah terbukti bahwa harga bbm nonsubsidi yang terjangkau banyak masyarakat berdampak positif kepada bergeraknya perekonomian lebih baik. (efs)
Referensi: Harian Kontan, 23 November 2018