Daya Saing SDM
Artikel () 27 November 2018 16:38:19 WIB
Harian Kontan edisi 23 November 2018 dalam salah satu halamannya menulis berita dengan judul “Kalah dengan Tetangga, Daya Saing SDM Kita Naik”. Kontan kemudian menjelaskan bahwa posisi Indonesia naik dua tangga dari posisi 45 ke posisi 47. Informasi ini berdasarkan laporan Ease of Doing Bussiness yang dikeluarkan Bank Dunia.
Posisi Indonesia masih jauh di bawah negara tetangganya seperti Singapura (13), Malaysia (22), dan dekat dengan Thailand (42). Namun demikian, jika dilihat dari tahun ke tahun terjadi dinamika. Tahun 2014 sempat di posisi 40, kemudian 2015 turun di posisi 43, dan pada 2016 dan 2017 di posisi 47.
Jika melihat indikator peringkat daya saing SDM Indonesia, untuk investasi dan pengembangan ada di urutan 51. Pernah naik di 2014 di posisi 48, kemudian turun di 2015 (52), 2016 (55), 2017 (56). Dan menguat lagi di 2018 (51). Untuk indikator daya tarik pada 2014 ada di posisi 32, kemudian menguat di 2015 (29), dan menurun di 2016 (31) dan 2017 (32) serta 2018 (34). Sedangkan dari indikator kesiapan pada 2014 di posisi 31, kemudian menurun di 2015 (44), 2016 (45), 2017 (47) dan 2018 (49). Ini adalah data yang dikeluarkan oleh IMD World Talent Ranking (2018).
IMD adalah International Institute for Management Development. IMD telah mengeluarkan laporan dari hasil meneliti 63 negara di Eropa, Asia dan Amerika. Investasi dan pengembangan yang merupakan indikator penilaian dipakai untuk mengukur sumber daya yang digunakan untuk menumbuhkan modal manusia. Kemudian “daya tarik” digunakan untuk melihat sejauh mana suatu negara dapat menarik tenaga kerja asing dan mempertahankan tenaga kerja dalam negeri. Sedangkan “kesiapan” untuk melihat kualitas keterampilan dan kompetensi tenaga kerja.
Indikator “investasi dan pengembangan”dibanding 2015, 2016 dan 2017, semakin menguat di 2018. Sebabnya adalah terwujudnya masa belajar yang terimplementasi dengan baik. Sementara itu untuk indikator “daya tarik”, meskipun posisi di 2018 lebih rendah sejak 2014 dikabarkan adanya tenaga kerja yang teredukasi dan terlatih, tenaga asing terlatih yang tertarik dengan lingkungan bisnis Indonesia, dan efektifnya tarif pajak penghasilan. Namun ternyata upah profesi jasa berupa pendapatan kotor tahunan dan bonus rendah, gajion pokok rendah, bonus dan insentif masih rendah.
Sementara dari sisi “kesiapan” yang posisinya semakin rendah sejak 2014, kabar baiknya adalah adanya pertumbuhan angkatan kerja sebesar 2,09%, kabar kurang baiknya terkait pergerakan pelajaryang masuk dan penilaian pendidikan yang masih rendah.
Posisi daya saing SDM Indonesia yang naik dua peringkat karena keberhasilan dalam investasi pendidikan. Namun ternyata negara tetangga bisa naik lebih tinggi. Salah seorang Wakil Ketua Kadin yang dikutip Kontan menyatakan bahwa kemampuan kapasitas dan produktivitas SDM Indonesia masih belum cukup. sehingga kemampuan vokasi saat ini tengah dikencangkan.
Dengan melihat hal ini, nampaknya masih banyak yang perlu diperbaiki untuk menjadikan SDM Indonesia berdaya saing. Namun, yang sepertinya jarang diangkat oleh media ke publik adalah ada faktor non teknis yang juga bisa mempengaruhi daya saing, yaitu kepribadian/karakter/perilaku SDM. Ini jarang dibahas, padahal salah satu titik tekan bagi user atau pengguna SDM dalam melakukan rekrutmen pegawai adalah mencari orang yang bisa amanah dalam pekerjaannya.
Dan role model yang bisa dijadikan contoh adalah Nabi Muhammad Saw. Orang yang dipercaya penduduk Mekah menyimpang harta mereka. Meskipun banyak yang berbeda keyakinan dengan Nabi Muhammad Saw, masalah kepercayaan menitipkan harta tidak diragukan oleh penduduk Mekah. Bahkan Khadijah pun mempercayakan perniagaannya kepada Nabi Muhammad Saw. Masih di dalam bulan Rabiulawal, maka untuk meningkatkan daya saing SDM, masyarakat bisa mencontoh kepribadian dan intelektual Nabi Muhammad Saw. (efs)
Referensi: Harian Kontan 23 November 2018
ilustrasi: freefoto.com