Ketika Nobel Ekonomi Berbicara Lingkungan
Artikel () 31 Oktober 2018 22:25:06 WIB
Sebuah tulisan di Tabloid Mingguan Kontan menggelitik pikiran saya. Karena pesan moralnya sangat baik. Yaitu tentang lingkungan. Saat ini, di tengah gencarnya pembangunan, masalah lingkungan kerap terabaikan. Namun munculnya peraih nobel ekonomi 2018 bagi saya cukup menarik untuk dibicarakan di tulisan ini.
Barly Haliem Noe menulis di Tabloid Mingguan Kontan 15-21 Oktober 2018 dengan judul Nobel Ekonomi Zaman Now. Barly menceritakan dua peraih nobel ekonomi yaitu William Nordhaus dan Paul Romer. Namun di tulisan ini saya ingin membahas William Nordhaus.
Sveriges Riksbank menurut Barly merupakan penentu nobel ekonomi. Dan Sveriges menganggap pandangan William mampu menjawab masalah terkini terkait lingkungan.
Menurut William, kelestarian lingkungan merupakan syarat mutlak bagi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dan bisnis bisa berkelanjutan jika mampu mengeliminir pemanasan global.
Penerapannya dilakukan dengan pemberlakukan pajak karbon. Dengan pajak korban, dianggap pengusaha akan menggunakan energi paling efisien yang diikuti ienvestasi energi terbarukan. Karena perusahaan yang boros dalam menggunakan bahan bakar akan terkena pajak yang lebih besar.
Barly menulis, implikasi pendapat William terhadap kondisi Indonesia adalah kabut asap, dan ekploitasi alam yang memicu banjir dan longsor yang merupakan isu terkini. Berbagai bencana ini berdampak kepada ekonomi. Triliunan rupiah terbuang untuk menangani kebakaran hutan, dan juga adanya kerugian besar akibat behentinya kegiatan ekonomi.
Barly menyimpulkan bahwa aktivitas ekonomi dan bisnis tidak boleh menindas manusia maupun mengabaikan lingkungan hidup. Dan sudah saatnya aspek lingkungan menjadi kredo berbisnis dan bagian pembuatan kebijakan pemerintah.
Jika hal tersebut dikaitkan dengan kebijakan lingkungan di Sumbar dalam mendorong pembangunan, terlihat adanya perhatian yang besar terhadap lingkungan untuk berjalannya pembangunan di Sumbar. sebagai contoh sederhana, hutan di Sumbar termasuk yang terjaga dibanding daerah lain. Kemajuan masyarakat atau ekonomi tidak dilihat dari eksploitasi hutan. Bahkan ada yang disebut hutan masyarakat, di mana masyarakat yang menjaga hutan dan diberikan hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari hutan dengan menjaga kelestarian lingkungan.
Maka, apa yang disampaikan peraih nobel ekonomi 2018, William Nordhaus, setidaknya telah diimplementasikan di Sumbar. Meskipun boleh jadi dalam bentuk yang berbeda dari yang diinginkan William. (efs)
Referensi: Tabloid Mingguan Kontan 15-21 Oktober 2018
ilustrasi: freefoto.com