PEMUDA KHABIB YANG TANGGUH DARI DAGESTAN
Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 29 Oktober 2018 00:49:58 WIB
PEMUDA KHABIB YANG TANGGUH DARI DAGESTAN
Pemuda zaman now, tentulah berbeda dengan pemuda yang hidup dimasa lampau. Beda dari sisi fasilitas kecanggihan tekhnologi dan media informasi, dan ilmu pengetahuan yang terus maju. Namun, dari sisi patriotik, mungkin saja masih ada yang sama, sama-sama heroik, untuk memperjuangkan nama harum Bangsanya, serta Agamanya. Dialah Pahlawan, sebut saja salah satunya Jendral Sudirman. Memimpin para pejuang Bangsa Indonesia melawan Penjajah walau penyakit menggerogoti tubuh.
Sekarang, siapakah pemuda pejuang yang bisa dijadikan tauladan?
Melihat media yang semakin mendekatkan dunia, melalui pertandingan tinju UFC 229 pada Minggu (6/10/2018) yang lalu, kita jadi tahu, bahwa nun di Negeri Orang, ada sosok pemuda yang se-Agama, berjuang untuk mempertahankan harga diri dan nama baik Bangsa dan Agamanya. Ia adalah Khabib Abdulmanapovich Nurmagomedov. Anak dari seorang veteran bernama Abdul Manap Nurmagomedov. Beliau bukanlah orang Rusia seperti yang di kenal. Tapi Khabib adalah Avars, generasi yang terlahir dari para pengembara di Kaukasus. Lalu Takdir menaruhnya di tanah Dagestan, wilayah jalur sutra yang menjadi perebutan berbagai suku, kelompok, dan bangsa hingga rezim tanpa Tuhan.
Ya, revolusi komunis Bolshevik telah menancapkan kendalinya agar mereka menjadi wilayah otonom Soviet di bawah naungan federasi Rusia. Pada akhirnya orang-orang Dagestan harus menerima bahwa wilayahnya adalah bagian dari Rusia bagian selatan.
Islam telah menjejak di tanah Dagestan sejak abad ke-5. Banyak ulama dan pejuang Islam yang dilahirkan di tanah ini. Salah satunya adalah Imam Shamil, pejuang kebanggaan Bangsa Dagestan yang gagah melawan kekaisaran Rusia bersama masyarakat Checnya di abad ke-19.
Wilayah itu rentan terhadap berbagai konflik. Selain konflik yang terjadi antara Rusia dan Dagestan, konflik antar suku juga pernah terjadi. Berebut tentang “Siapa yang paling pribumi” diantara mereka, meski pada akhirnya masyarakatnya kembali bersatu di bawah panji Islam.
Sejak dulu, labelisasi teroris pun kerap dilekatkan. Membuat para penguasa republik semena-mena menempatkan operasi anti teroris dimana-dimana.
Berpuluh bilangan sudah ketegangan terjadi. Rumah-rumah dibakar, senjata diletuskan, bom diledakkan, penduduk sipil dibunuh. Semua serangan itu hanya berdasar asumsi fiktif terorisme yang sesungguhnya sama sekali tidak ada di wilayah itu.
Para Ibu tidak pernah melahirkan teroris dan penjahat ke Dagestan, tapi mereka terus menuduh tanah itu sebagai sarang para teroris.Sehingga, semua ayah Dagestan mewajibkan anak lelakinya memperkuat diri dengan belajar pertarungan. Tentu saja, karena mereka ingin melindungi keluarga, istri, anak, juga kampung halaman sendiri dari perebutan atau perundungan yang suatu saat mungkin menimpa mereka.
Gulat dipilih sebagai olah raga favorit dan kebanggaan semua pemuda Avars. Sampai-sampai orang menamai bela diri itu sebagai produk ekspor tradisional Dagestan.
Waktu Khabib masih kecil, ayahnya menghadirkan teman bermain untuknya. Selain sepupunya, ada lagi satu-satunya lawan gulat yang membuat Khabib menjadi sangat kuat. Yakni seekor beruang. Ya seekor beruang cokelat.
Kau tak percaya? Khabib juga pernah berfikir berbahaya sekali jika manusia kecil seperti dirinya harus berjibaku dengan makhluk berkuku tajam dan bergigi runcing seperti itu.Lalu ia bertanya pada ayahnya lewat sorot mata ingin tahu, yang segera dijawabnya dengan ucapan penuh ketegasan.
“Makhluk itu bukan bonekamu. Dia datang untuk membuatmu semakin kuat.”
Awalnya Khabib ingin memprotes Sang Ayah, tapi diurungkannya. Sekalipun keraguan masih tersisa di hati. Bagaimana jika ia terluka, sedangkan umurnya baru tujuh dan ia anak-anak yang bertenaga anak-anak.
“Nak, manusia itu punya ini dan ini.” Ayahnya menggerakkan telunjuknya ke arah kepala lalu turun menunjuk bagian dada.
“Jangan hanya mengandalkan insting seperti hewan. Maka pakailah hati dan fikiranmu untuk membuatmu menang.” Ucapnya menegarkan.
Belakangan, Khabib mengakui keputusan sang ayah memang tepat. Setelah berbagai kemenangan teraih, ia merasakan jiwanya kian menguat, yakin, dan tak mudah goyah. Karakternya terasah tajam, keberanian semakin menebal, dan keraguan enyah sama sekali.
“Bukan karena kau meraih banyak medali dan gelar juara maka kau menjadi terhormat. Bela diri yang kau pelajari adalah benar-benar untuk membela dirimu dan kehormatanmu.” Inilah petuah ayahnya. Kelak jika kehormatannya terancam, maka kalimat yang sang ayah tanam di hatinya akan iai tikamkan pada siapa saja yang berani melecehkannya.
“Siapa pegulat favoritmu?” tanya Sang Ayah suatu ketika.
Dengan bangga Khabib menyodorkan selembar foto bersama seorang pegulat hebat dunia, asal Irlandia, “Mc Gregor.” Ucapnya tersenyum tipis.
Rasa kagum itu tidak hanya diberitahukan pada Sang Ayah, bahkan di lini masa Twitter, Khabib sengaja mengupload foto tersebut sebagai ungkapan keberuntungan bisa bersanding dengannya.
Hingga suatu ketika, setelah berbagai kemenangan bela diri ia raih; Sambo, Judo, Kickboxing, dan Gulat, Allah SWT memberinya kesempatan untuk benar-benar bersanding dengan Mc Gregor. Bukan sebatas bersanding sebagai fans dengan idolanya, tetapi rekan sparing dalam satu Ring.
Tentu saja baginya itu mengejutkan.Keraguan sempat menelikung dihati, apakah ia bisa.Sekalipun mengidolakan, namun ada satu hal yang ia benci dari lelaki bertato itu, yaitu mulut besarnya. Benar saja! Saat tiba masa Khabib dijadwalkan bertanding dengan Gregor, semakin banyak ulah yang ditujukannya pada Khabib dan seluruh tim.Seminggu sebelum pertandingan, bus yang ditumpangi Khabib diserang Gregor dan kawanannya. Batu berlesatan memecah kaca. Banyak yang terluka, hingga dua rekan Khabib mengalami kritis.
Emosi? Jelas saja. Mereka diancam, diteror, dilukai secara fisik. Ingin rasanya segera Khabib membalaskan perangai buruknya lewat bogem keras tepat ke wajah Gregor yang sombong. Namun saat semua terasa merisaukan, ayahnya menghubungi. Menasihati agar tetap tenang dan fokus menghadapi pertandingan.
“Cukup bagimu Allah,” suara Sang Ayah di sebrang sana terdengar melalui lubang-lubang kecil mikropon telepon kabel, sungguh terasa meneduhkan hati Khabib.
“Mau Wishky?”Khabib hampir tak mendengar riuhnya manusia yang menghadiri press confrence selain tawa bajingan yang membahana di depannya.
“Aku tidak minum.” Kata Khabib dengan emosi yang masih terkendali.
“Kamu tidak pernah merasakan bagaimana melayangnya menikmati minuman ini hai teroris terbelakang.”Kata Gregor.
Deg! Julukan itu! Julukan yang kerap dilekatkan dengan daerah kelahiran Khabib semasa ia tumbuh.
Hasbiyalllah.. Hasbiyallah. Khabib memekik pertolongan sekuat mungkin pada Allah SWT dalam hatinya agar setan tidak mengerumuni telinganya dengan hasutan dendam yang membuatnya bereaksi melawan Gregor.
Pertandingan mengundang teriakan-teriakan manusia.Semua orang menjagokan Gregor. Tak ada yang percaya, jika seorang pemuda dari daerah pegunungan seperti Khabib, bisa melumpuhkan sang "Notorious". Sang jagoan tak terkalahkan.
Pandangan sebelah mata dan mengecilkan tertangkap dalam pengamatan sepanjang Khabib berjalan memasuki arena pertandingan T-Mobile. Dicamkan dalam hatinya, "Khabib,Kau bukan sekedar seorang pegulat! Kaulah The Eagle! Kau pemenang sesungguhnya!"
Dan Kun Fayakun.Allah mendengar setiap bisikan doanya. Khabib merasa sangat kuat. Sampai-sampai berhasil melilitkan cekikan pada Gregor, yang membuatnya sengap, membungkam.Wasit menghitung mundur. Hingga bilangan dua dia masih bergeming. Mengerucut menjadi satu, dan dia tetap diam.
Allahu Akbar Khabib menang!
Tapi sekali lagi, kemenangan itu harus terpapar polusi caci maki, yang disemburkan dari mulut bajingan lain. Dillon Danish. Rekan Gregor yang terdengar meneriakan penghinaan pada ayah Khabib, juga pada agamanya Islam!
“Hai Teroris! Tikus Muslim!”Dada Khabib menderu amarah. Kata-kata ayahnya tentang kehormatan, dan membela diri demi kehormatan berterbangan memutari isi kepala. Ini mungkin saat yang tepat!
Khabib berbalik, menyalangkan mata ke arah tribun. Bergerak dengan hati diterbangi bola api liar yang ingin segeradilemparkannya menuju suara penghina, dan..Ring berhasil ia lompati.
Braak! Khabib menendangnya, meninju mukanya, mencengkram mulutnya.
Semua manusia berteriak. Hanya saja teriakan kali ini berbeda, bukan teriakan semangat yang diserukan supporter untuk para jagoan. Tapi teriakan kaget dan kepanikan. Sisa-sisa penonton di barisan bangku depanpun berlari menghindar.
Apakah Khabib terpancing? TIDAK! Tapi Khabib tak sudi mendengar agamanya dilecehkan. Ia tak terima ayahnya dihina. Karena sejak awal pertandingan kesabaran Khabib diuji. Kerusuhan tidak dapat dielakkan, Khabib menyerang tim Mc Gregor hingga melompat dari oktagon arena. Akibatnya sabuk juara pertandingan UFC 229 ditahan sementara .Namun , kemudian Khabib akhirnya menerima Sabuk Juara dari Presiden UFC, Dana White.
Kita dapat memetik hikmah dan pelajaran dari Peristiwa ini, yaitu:
1. Muslim yang bersungguh-sungguh menempa kualitas dirinya, bisa menjadi yang terbaik di dunia. Di area yang muslim tidak banyak berkarir disana, bahkan cenderung menghindari.
2. Muslim yang high quality person, tidak perlu banyak “kemasan” untuk menunjukkan kemampuan/prestasinya. Ia memberikan bukti. Namun tetap, prestasi “melangitnya” selalu ia kaitkan dengan berkat izin dari “Kekuatan Langit”, yakni Allah SWT.
3. Fokus pada tujuan utama. Tak peduli ejekan, cemoohan dan lain-lain. Tujuan utama Khabib: mengalahkan Mc Gregor. Provokasi yang sistemik (pembiaran seperti sengaja saat mobilnya dikepung bahkan nyaris terbunuh dll), tidak menggoyahkan keyakinan dan kegigihan untuk memenangkan laga.
4. Kreatif, cerdas, gigih. Lihat pergerakan Khabib. Khabib putar sana putar sini, kuncian ini kuncian itu, arah sana arah sini, sampai akhirnya dapat momen yang tepat: menjatuhkan lawan!
5. Daya tahan fisik. Pergerakan yang dilakukan Khabib, sangat menguras tenaga. Maka tidak mungkin terbentuk daya tahan seperti itu, tanpa menempa diri, tanpa melewati proses latihan berat dan disiplin tinggi. Tehnik hebat tanpa daya tahan tinggi hanya akan berhasil memenangi pertempuran kecil. Untuk pertempuran/tujuan besar, wajib memilikidaya tahan tinggi.
6. Team. Kru. Kelas dunia itu selalu sistemik. Ada team, ada manajemen, ada kru, dan lainnya. Tak mungkin Khabib sendirian bisa masuk area internasional seperti itu.
7. Semua bisa menjadi wasilah kebaikan. Khabib datang dengan warga negara Rusia. Ia masuk ke lingkungan karir olahraga yang keras. Dimana wanita dan minuman keras adalah teman sandingnya. Ia tidak larut dengan itu. Ia jadikan Rusia sebagai negara kebanggaannya, yang men-support-nya. Ia jadikan keunggulan mutlak/absolut atas gembar-gembor selama ini bahwa Mc Gregor adalah bintang UFC terbesar, dengan membungkamnya. Bahkan ia menjadikan kebanggaan sekian milyar Muslim akan prestasi dirinya, yang mengatasnamakan kesyukuran atas dukungan Muslim sedunia.
8. Muslim yang baik juga manusia. Sesabar-sabarnya Khabib, ada marahnya juga. Ada salahnya juga. Tapi lihat, dia segera menyadari dan meminta maaf. Ini yang penting. Mega bintang, selebritas, tokoh besar/utama, biasanya tinggi gengsi, sulit merendah meminta maaf. Jadi, wajar melakukan kesalahan , yang penting segera menyadarinya.
Terakhir, frame media. Kebaikan itu selalu dituntut sempurna. Ada celah sedikit saja, kecil saja, cukup bagi “keburukan sistemik” menggorengnya menjadi konsumsi publik yang seksi. Seolah provokasi kampungan serangan terhadap Khabib sebelum pertandingan tak ada, seolah kemenangan Khabib yang elegan tertutupi dengan aksi Khabib “menyerang” kru diluar ring.
Maka berhati-hatilah. Selalu memohon penjagaan Allah SWT. Semoga kita selamat di dunia dan akhirat.Aamiin.Wallahu a’lam.