Hijrah dan Percepatan Ekonomi
Artikel () 23 September 2018 07:58:45 WIB
Masih di bulan Muharam 1440 H, momentum memaknai hijrah Nabi Muhammad Saw bisa kita ambil dari berbagai perstiwa yang terjadi di dalamnya. Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw adalah kekuatan akidah yang dibangun di Mekah memberi pengaruh besar kepada kaum muslimin untuk hidup di Madinah.
Kaum muslmin yang hijrah ke Mekah umumnya tidak membawa harta mereka, sehingga terkesan mereka akan tergantung atau menggantungkan hidupnya kepada saudara mereka kaum muslimin di Madinah.
Namun sesungguhnya tidak demikian, karena kaum muslimin Mekah yang hijrah tersebut dengan akidah yang sudah dibentuk selama di Mekah menjadikan diri mereka percaya akan pertolongan Allah Swt. Salah satu kisah yang cukup terkenal adalah dipersaudarakannya Abdurahman bin Auf dengan salah seorang muslim di Madinah.
Kaum muslimin Madinah yang dikenal dengan golongan Anshar dipersaudarakan oleh Nabi Muhammad Saw dengan kaum muslimin Mekah yang dikenal dengan golongan Muhajirin. Abdurahman bin Auf mendapat tawaran dari saudaranya berupa istri dan juga harta. Namun dengan halus ditolak, dan hanya menanya di mana lokasi pasar.
Setelah melihat lokasi pasar yang dikuasai kaum Yahudi, Abdurahman bin Auf mencari lokasi baru. Setelah dapat lokasi baru, maka Abdurahman bin Auf menawarkan kepada pedagang bahwa silakan berdagang di sini dan tak perlu bayar sewa. Jika mendapat keuntungan maka bisa berbagi hasil. Pedagang banyak yang menyambut tawaran ini. Dan akhirnya bisa menyaingi pasar yang dikuasai oleh kaum Yahudi.
Selain itu, ada kisah lain di mana para pedagang dari kaum muslimin datang kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka mengeluhkan dagangan mereka tidak selaris dagangan orang Yahudi. Maka Nabi Saw menyarankan agar setiap penjualan kepada konsumen dilebihkan takarannya. Jika konsumen belanja 1 liter, maka dilebihkan menjadi 1,2 liter. Ini sebagai pemisalan saja.
Setelah para pedagang muslim melaksanakan saran Nabi Saw tersebut, semakin banyak konsumen yang membeli dagangan mereka. Bahkan ada konsumen yang menyatakan bahwa jika belanja di pedagang muslim dapat 1 liter “gemuk”. Sedangkan jika belanja di pedagang Yahudi dapat 1 liter “kurus”.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah di atas adalah, bahwa hijrah melaksanakan pesan Nabi Muhammad Saw yang dilandasi akidah yang benar jika dijalani akan memberikan dampak positif. Ini artinya, umat Islam jika akidahnya baik dan benar, serta memiliki perilaku yang baik, insya Allah akan mendapat pertolongan Allah Swt dalam hidupnya.
Kemudian yang kedua, bahwa sikap mandiri dan bermitra akan membawa kebaikan bagi pelaku dan orang lain. Ini artinya, jika umat Islam memiliki sikap mandiri, akan memabwa kebaikan bagi diri mereka sendiri dan juga orang lain. Selain itu, melakukan urusan bisnis dengan bermitra yang dilandasi saling percaya adalah jalan menuju kesuksesan.
Dan yang terakhir, berdagang dengan melebihkan ternyata akan membawa kebaikan. Sebaliknya berdagang dengan mengurangi akan membawa kehancuran. Maka umat Islam dalam berdagang jangan sampai mengurangi hak konsumen, bahkan jika melebihkannya insya Allah akan membawa kebaikan.
Jika melihat sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad Saw maka kita bisa banyak mengambil pelajaran tentang berbagai sebab kesuksesan Nabi Saw dan kaum muslimin. Dengan demikian kita pun juga bisa meraih kesuksesan seperti halnya Nabi Saw dan kaum muslimin. (efs)
ilustrasi: freefoto.com