Mengelola Ekonomi Tetap Stabil
Artikel () 03 Juni 2018 22:50:17 WIB
Harian Bisnis Indonesia edisi 2 Juni 2018 memuat headline dengan judul, “Menjaga Napas Pertamina: Subsidi Solar Rp2.000 per liter”. Dan edisi 31 Mei 2018 Bisnis Indonesia memuat berita dengan judul, “Target Produk Domestik Bruto: Laju Ekonomi Kian Berat”.
Dari dua judul berita ini dapat dilihat bahwa pemerintah serius mengelola ekonomi agar tetap stabil. Pemerintah menyadari bahwa meskipun ada hal-hal yang secara domestik bisa diatasi, namun faktor luar negeri sulit untuk dihindari dampaknya.
Sebagai contoh adalah kebijakan pemerintah memberikan subsidi solar per liter sebesar 2.000 rupiah. Pemerintah dihadapi dilema kenaikan harga minyak dunia yang sebesar 70 USD perbarel. Pemerintah memutuskan untuk tidak melemahkan daya beli masyarakat, malah sebaliknya menaikkan daya beli masyarakat dengan menambah subsidi solar tersebut.
Dengan pengaruh ekonomi global yang saat ini memberi dampak kurang menguntungkan bagi Indonesia, maka salah satu yang akan terganggu adalah pertumbuhan ekonomi. Menteri Keuangan RI menyatakan bahwa batas bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi 5,17% dari sebelumnya 5,2%.
Saat ini harga minyak dunia mengalami kenaikan karena Amerika Serikat keluar dari Kesepakatan Iran. Hal ini akan menyebabkan pelemahan rupiah. Dan imbasnya akan mengarah kepada produksi yang menggunakan bahan baku impor.
Dalam edisi 31 Mei 2018, Bisnis Indonesia juga menulis berita dengan judul, “Indeks Kerentanan Eksternal Moody’s: RI Rentan Terpapar Gejolak Global”.
Bisnis Indonesia menyebut bahwa Indonesia adalah negara yang rentan terekspos tekanan utang luar negeri melihat posisi cadangan devisa untuk menutupi utang. Indeks tersebut menghitung rasio utang jangka pendek, jatuh tempo utang jangka panjang dan deposito non penduduk selama 1 tahun, dan Indonesia berada pada level 51% kerentanan.
Meskipun indeks kerentanan Moody’s memperlihatkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi Indonesia, secara ketahanan ekonomi Indonesia memiliki kondisi yang baik. Di antaranya, cadangan devisa per 30 April 2018 berada di posisi 124,8 miliar USD, ini cukup untuk impor dan membayar utang luar negeri. Kemudian, otoritas moneter dan fiskal memiliki pengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi sehingga lebih mantap mengeluarkan kebijakan antisipatif. Selain itu, inflasi lebih terkendali, kondisi moneter tetap kondusif.
Jika melihat faktor ekternal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia, maka kita perlu mengapresiasi berbagai upaya pemerintah dan otoritas fiskal dan moneter yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengelola ekonomi tetap stabil. Karena hal ini bukanlah pekerjaan mudah, dan mungkin menyebabkan sebagian pihak kurang beruntung, namun secara mayoritas diperhatikan karena di level akar rumput memang membutuhkan perhatian lebih. (efs)
Referensi:
Bisnis Indonesia, 31 Mei 2018
Bisnis Indonesia, 2 Juni 2018