Mengelola Kebencian di Media Sosial

Mengelola Kebencian di Media Sosial

Artikel () 28 Mei 2018 21:04:03 WIB


Allah Swt berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa.” (QS. Al-Maidah ayat 8). 

Sudah beberapa tahun belakangan ini, media sosial di tanah air diwarnai dengan penyampaian kebencian, baik dari kelompok A maupun B. Dan penyampaian kebencian ini sahut menyahut, tidak putus, selalu bersahutan. Seolah-olah media sosial dimiliki oleh dua kelompok ini. 

Padahal media sosial memiliki peran atau fungsi lain dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, meningkatkan iman dan takwa, dan lainnya. 

Facebook yang awalnya merupakan akun media sosial pertemanan, bisa menjadi akun untuk permusuhan. Tak jarang teman sekolah, baik TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, yang tadinya berteman di media sosial seperti facebook berubah menjadi saling bermusuhan hanya karena perbedaan pandangan, pilihan, afisilasi politik. Padahal yang mendapat untung dari hal semacam ini bukan mereka. 

Parahnya, ternyata kesadaran atau kemampuan literasi pengguna media sosial di Indonesia masih belum menggembirakan. Banyak yang mudah sekali menyebarkan informasi yang belum terkonfirmasi dari akun yang tidak jelas asal usulnya, tapi isinya cenderung provokatif. Sedangkan akun teman sendiri justru tidak dipercaya. 

Akibat hal ini gesekan demi gesekan yang menjadi penyampaian kebencian berjalan terus. Yang semakin parah adalah penyampaian kebencian kepada suatu ajaran agama, umat beragama, dan tokoh agama. Sehingga umat beragama semakin mudah terpancing, baik akibat berita yang valid maupun berita hoaks. 

Islam sebagai sebuah ajaran agama meminta umatnya berlaku adil. Jika ada dari umat yang benci kepada suatu kelompok atau orang yang menyampaikan kebencian kepada Islam, ajarannya, dan umatnya, kita tetap diminta berlaku adil. Karena ternyata adil itu dekat dengan takwa. 

Puasa yang kita jalani saat ini ujungnya juga diharapkan menjadi orang yang bertakwa. Dan manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku juga dalam rangka mengenal dan yang terbaik adalah yang paling takwa. 

Dengan demikian, sebagai umat Islam sebaiknya menahan diri dalam merespon berbagai penyampaian kebencian yang sudah ada selama ini, tidak hanya dalam masalah agama, tetapi juga sosial, ekonomi, politik dan budaya serta lainnya. 

Benci mungkin fitrah manusia. Seperti benci terhadap kebohongan, benci terhadap pemerkosaan, benci terhadap kekerasan, dan lain-lain. Tapi Allah Swt sudah berpesan agar kebencian terhadap suatu kaum jangan sampai menimbulkan hilangnya rasa dan sikap adil. Semoga di bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunanNya ini kita selain menahan lapar, haus, syahwat, emosi, juga mampu mengelola kebencian dalam bermedia sosial. Insya Allah jika kebencian ini bisa dikelola, dan yang dikedepankan adalah keadilan, akan memberi dampak positif kepada diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan masyarakat. (efs)  

ilustrasi: freefoto.com