Hindari Konflik di Tahun Politik

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 27 Maret 2018 09:56:40 WIB


Oleh Yal Aziz
KINI, dibeberapa daerah tingkat dua di Sumatera Barat lagi sibuk mengkapanyekan kandidat yang mereka usung. Bahkan, tak jarang juga kita lihat perseteruan antar pendukung kandidat dengan saling ejek, dan berbagai macam bentuk persiteruan di media sosial.

Dari fenomena pilkada di Ranah Minang ini, hendaknya jangan sampai antartetangga tidak rukun dan damai, hanya gara-gara berbeda kandidat yang didukung. Kemudian, hindari kampanye hitam yang menyudutkan kandidat dengan tingkah polah dari pendukung kandidat lawan dengan berbagai simbol negatif. Khusus untuk Pilwako Padang, yang bersiteru atau bersaing adalah mantan walikota dan wakilnya walikota. Bagaimana pun juga, lima tahun lalu, baik Mahyeldi dan Emzalmi dua pemimpin Kota Padang yang maju berdua dan sekarang maju sebagai dua kandidat calon Walikota Padang.

Kalau kita berbicara peluang, so pasti, partai pengusung akan menjagokan  pilihannya, tentu  dengan berbagai argumen dan dalih yang menguntungkan kelompoknya dan menohok calon lawannya. Yang jelas, dalam masa kampanye, sudah merupakan hal yang biasa kalau sang pendukung akan memuji calonya lebih hebat dari saingannya.

Pemilihan walikota merupakan proses demokrasi untuk memilih pemimpin sesuai dengan suara masyarakat  pemilih. Yang jelas, si calon pemimpin yang ikut berkompetisi, akan selalu mengkampanyekan program kerja, visi, dan misi yang kanta untuk menyejahterakan masyarakat Kota Padang. Apalagi kontestasi pilkada langsung, sudah dipahami atau diartikan  masyarakat bisa langsung mencobolos siapa yang dianggap layak sebagai pemimpin sesuai nuraninya.

Pilkada sama sekali bukan arena pertarungan otot, siapa kuat secara fisik, maka dialah pemenangnya, seperti berlaku dalam hukum rimba. Pilkada merupakan momentum untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi berdasarkan falsafah Pancasila. Setiap kontestasi pasti melahirkan pemenang, tidak mungkin semuanya tampil sebagai juara. Karena itu, pemenang tidak perlu jemawa, dan yang kalah tidak perlu marah. Semua pihak bisa berperan dalam pemerintahan sesuai porsinya.

Kerukunan dan persaudaraan masyarakat haruslah menjadi ukuran  utama. Setidaknya dalam  konsep ukhuwah.Maksudnya, ukhuwah Islamiyah, dan persaudaraan sesama umat Islam di Ranah Minang. Selanjutnya ukhuwah wathaniyah, yang merupakan ikatan persaudaraan karena bagian dari masyarakat Minangkabau.

Kini, diakui ada muncul berbagai  kabar palsu (hoax), tentang sang kandidat dari masing-masing pendukung kandidat. Bahkan, kita lihat dan dengar juga tentang peniliaian negatig terhadap lawan politiknya. Yang hebatnya lagi, tanpa sunkam-sunkam, masing-masing pendukung, hanya menyebutkan sang calon yang didukungnya saja yang hebat.

Dari kondisi Pilkada ini, berbagai persoalan yang muncul di tengah kehidupan bermasyarakat, sesuku dan sekampung, serta sama-sama  ASN  yang tak perlu merusak harmoni dalam kebersamaan. Perbedaan pilihan justru menjadikan masyarakat kaya akan potensi. Semua elemen memiliki tugas untuk menjaga potensi itu dalam ruh persaudaraan. Perbedaan pilihan dalam proses demokrasi dalam pilkada,jangan sampai menimbulkan polarisasi di lingkungan rukun warga dan rukun tetangga.

Kemudian, kapada kandidat yang ikut bertarung di Pilkada, sebaiknya jangan sampai memanfaatkan situasi untuk mencari populeirtas dengan menohok lawan yang jadi lawan. bagaimanapun juga, kita adalah sama-sama anak Ranah Minang atau warga masyarakat Sumatera Barat.

Kepada ASN, hendaknya menjadi suri teladan dalam proses pilkada dan jangan ikut pula bermain politik praktis di pilkada dengan tujuan tertentu. Maksudnya, jangan sampai dimanfaatkan posisi sebagai ASN untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Kini, mari kita jadikan pilkada di Sumatera Barat, sebagai ajang pemilihan badunsanak dengan tetap menjaga nilai moral dan nilai budaya sebagai orang Minang. Bagaimanapun, kandidat yang bertarung sama-sama anak Ranah Minang. Mari kita sukseskan pilkada di Ranah Minang. (penulis waratwan tabloidbijak dan padang pos.com)