Niat

Niat

Artikel () 20 Desember 2017 17:57:03 WIB


Judul tulisan ini cukup sederhana, hanya satu kata, niat. Niat kadang sulit dikatakan, tapi niat bisa dilihat dari perilaku. Sedangkan di dalam ibadah, niat harus diucapkan jelas atau cukup dalam hati. Tapi alasan niat diucapkan dalam ibadah agar ibadah yang dilakukan sesuai niat. Misalnya seperti niat sholat subuh, maka menyebut “ushalli fardho subhi” dan seterusnya.

Saking pentingnya niat, bahkan dalam sebuah kumpulan hadis arbain pembahasan tentang niat ditaruh di awal, yaitu hadis yang menyatakan tentang niat. Hadis arbain yang berisi sekitar empat puluh hadits adalah hadis yang isinya singkat dan pengertiannya jelas serta merupakan pokok-pokok agama. Selain itu, dalam Kitab Riyadush Shalihin karya Imam Nawawi, bab niat diletakkan di paling awal. Untuk memposisikan pentingnya niat sebagai landasan dalam berkehidupan.

Hadis tentang niat: Diriwayatkan dari Umar r.a bahwa ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Segala amal perbuatan itu berdasarkan niatnya, sedangkan masing-masing orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barang siapa (berniat) hijrah kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya adalah (bernilai) hijrah kepada Allah dan RasulNya. Sedangkan orang yang hijrahnya (diniatkan) untuk mendapatkan keduniaan atau demi seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya adalah sebagaimana yang ia tuju” (HR. Bukhari dan Muslim).   

Penyebab munculnya hadis ini adalah adanya seorang sahabat yang mengetahui ada orang yang ikut hijrah dari Mekah ke Madinah karena mengincar wanita yang disukainya. Maka Rasulullah SAW bersabda tentang niat, baik yang niat karena hijrah maupun yang niat karena mengincar seorang wanita.

Orang yang ikut hijrah bersama Nabi Muhammad SAW karena keimanan mendapatkan apa yang mereka niatkan. Demikian pula orang yang ikut hijrah bersama Nabi Muhammad SAW ke Madinah mendapatkan apa yang ia niatkan. Maka, dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di tempat kerja, seseorang akan terlihat perilakunya dari apa yang ia niatkan.

Dalam dunia kerja, seorang calon pegawai akan ditanya motivasi dan niat ia melamar kerja. Boleh jadi ketika itu ia bisa lolos dengan memberikan jawaban yang baik dan rasional disertai argumentasi yang bagus. Mungkin saja ia menjawab ingin mengaktualisasikan dirinya di tempat ia bekerja nanti, atau ia merasakan aura positif dari tempat atau perusahaan yang ia lamar. Namun nantinya suatu saat lama kelamaan akan terlihat niatnya bekerja.

Saya mengibaratkan proses mengetahui niat ini seperti syair lagu Chrisye yang dibuat Taufik Ismail. Akan tiba masa, mulut dikunci, kata tiada arti lagi. Berkata tangan kita, apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita, apa yang telah dilakukannya.

Dalam dunia kerja, seseorang akan terlihat niatnya dari apa yang dilakukannya dibanding apa yang diucapkannya.  Kemampuan lisan seseorang dalam melakukan tipu daya kelak akan berbalas dengan perilaku dia sehari-hari di tempat kerja.

Artinya, apa yang ia niatkan ketika bergabung di sebuah pekerjaan akan terlihat dalam perilakunya sehari-hari di tempat kerja. Perilaku lebih jujur dibanding lisan. Betapa banyak orang yang lisannya mampu menutupi keburukan perilakunya, sehingga menyebabkan tempat ia bekerja mengalami kemunduran atau penurunan kinerja.

Untuk melihat niat seseorang dalam bekerja di sebuah perusahaan, instansi, institusi atau organisasi, bisa juga dilihat dari nilai tes psikologi yang biasa dilakukan ketika melakukan rekrutmen. Data ini sangat membantu pimpinan untuk mengamati stafnya sekaligus sebagai salah satu bahan pengambilan keputusan, baik untuk mutasi, rotasi atau promosi.

Maka, tidak salah jika Imam Nawawi menjadikan niat sebagai bahasan atau bab pertama dalam kitabnya yang terkenal, Riyadush Shalihin dan juga Hadis Arbain. Karena dengan niatlah kelak akan diketahui tujuan seseorang, motivasi seseorang, dan juga karakter seseorang dalam bekerja atau mengabdi.

Jadi, ajakan para orang saleh untuk memperbarui niat ketika melakukan berbagai perbuatan baik, termasuk dalam bekerja, adalah sebuah ajakan untuk memperbaiki perilaku seseorang agar ke depannya ia bisa menjadi lebih baik lagi dalam bekerja, beraktivitas, dan menjalankan budaya perusahaan atau budaya organisasi tempat ia beraktivitas. Karena budaya perusahaan atau budaya organisasi umumnya mengajak anggotanya untuk berperilaku positif guna meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi.  (efs)

ilustrasi: freefoto.com


Berita Terkait Lainnya :