Menengok Perkembangan Sektor Pariwisata
Artikel () 26 November 2017 21:01:11 WIB
Harian Bisnis Indonesia edisi 17 November 2017 di headlinenya memuat berita tentang 10 daerah prioritas pariwisata dengan fokus 4 destinasi. Adapun 10 daerah prioritas tersebut adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu dan Kota Tua (DKI Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Morotai (Maluku Utara).
Masih dari Bisnis Indonesia, berdasarkan data yang dicantumkan investasi pariwisata Januari-September 2017 di Indonesia untuk penanaman modal asing (PMA) realisasinya mencapai 1,094 miliar dolar AS. Di mana peruntukannya terbesar untuk hotel berbintang (38%), akomodasi non hotel (28%),dan nonhotel berbintang (12%). Sementara jika dilihat dari destinasinya, yang besar adalah Bali (38%), Kepulauan Riau (18%), DKI Jakarta (17%). Dan jika melihat asal investor terbesar adalah dari Singapura (35%), China (29%), Jepang (5%).
Sedangkan untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) realisasinya mencapai 301,75 juta dolar AS. Dan peruntukannya terbesar kepada hotel berbintang (77%), taman rekreasi (13%) dan aktivitas rekreasi (4%). Dan jika dilihat destinasinya, yang besar adalah Jawa Barat (27%), Jawa Tengah (15%), dan Jawa Timur (14%).
Jika melihat satu satu 10 tempat prioritas tersebut beserta datanya, maka uraiannya sebagai berikut:
- Danau Toba. Area 500 hektare. Kebutuhan investasi 1,6 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing 1 juta. Devisa yang dihasilkan 1 miliar dolar AS.
- Tanjung kelayang. Area 1.200 hektare. Kebutuhan investasi 1,4 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing 500.000. Devisa yang dihasilkan 500 juta dolar AS.
- Tanjung Lesung. Area 1.500 hektare. Kebutuhan investasi4 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing1.000.000. Devisa yang dihasilkan 1 miliar dolar AS.
- Kepulauan Seribu dan Kota Tua. Area 1.000 hektare. Kebutuhan investasi1,5 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing1.000.000. Devisa yang dihasilkan 1 miliar dolar AS.
- Borobudur. Area 1.000 hektare. Kebutuhan investasi1,5 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing2.000.000. Devisa yang dihasilkan 2 miliar dolar AS.
- Bromo. Area 1.000 hektare. Kebutuhan investasi1,4 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing1.000.000. Devisa yang dihasilkan 1 miliar dolar AS.
- Mandalika. Area 1.035 hektare. Kebutuhan investasi3 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing2.000.000. Devisa yang dihasilkan 2 miliar dolar AS.
- Labuan Bajo. Area 1.000 hektare. Kebutuhan investasi1,2 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing500.000. Devisa yang dihasilkan 500 juta dolar AS.
- Wakatobi. Area 500 hektare. Kebutuhan investasi1,2 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing500.000. Devisa yang dihasilkan 500 juta dolar AS.
- Morotai. Area 300 hektare. Kebutuhan investasi 2,9 miliar dolar AS. Kunjungan wisatawan asing500.000. Devisa yang dihasilkan 500 juta dolar AS.
Jika kita melihat ulasan di atas, terlihat bahwa Sumbar tidak masuk dalam 10 daerah pariwisata prioritas. Sayangnya, sampai tulisan ini selesai dibuat saya belum menemukan data atau informasi valid yang bisa menjelaskan hal ini. Memang ada yang semakin mencuat ke pentas nasional yaitu kawasan wisata Mandeh, namun kemungkinan ada hal lain yang perlu dicari lagi data dan informasinya. Namun jika mencoba melihat perkembangan pariwisata Sumbar, bisa dibilang saat ini memperlihatkan progresifitas yang lebih baik.
Misalnya saja pembenahan destinasi wisata dan pembukaan destinasi wisata baru. Saat ini perkembangannya bisa dibaca melalui media, baik cetak, visual maupun online. Bahkan para pegiat instagram di Sumbar tak henti hentinya melakukan pengambilan gambar/video destinasi wisata tersebut dari berbagai sudut.
Yang paling mudah dilihat adalah adanya perubahan drastis kawasan pantai Padang. Kini di kawasan tersebut telah ada tempat untuk berfoto seperti tugu Iora dan tugu Merpari Perdamaian. Di kawasan pantai juga dibangun area parkir dan joging track. Para pedagang dipindahkan ke tempat yang lebih baik. Demikian juga dengan masjid raya Sumbar yang semakin cantik tampilannya. Masjid raya Sumbar dibangun dengan dana multiyear sehingga kecantikan bangunan tersebut mengalami peningkatan bertahap.
Selain itu kota/kabupaten lainnya di Sumbar juga turut melakukan berbagai pembenahan dan merespon berbagai aspirasi maupun keluhan terhadap kenyamanan tempat wisata di wilayah mereka. Apalagi sejak Sumbar masuk sebagai the world best halal destination maupun culinary destination. Selain itu visi misi Pemprov Sumbar yang baru juga memasukkan pariwisata sebagai program prioritas, yang sejalan dengan pemerintah pusat yang tengah giat dan gencar melakukan pembenahan dunia pariwisata, baik promosi maupun anggaran.
Promosi yang terus menerus telah menjadikan Sumbar menjadi pilihan baru atau alternatif wisatawan. Dan ini jelas memberi peluang positif bagi para pelaku usaha yang terkait dengan industri pariwisata. Pembenahan pariwisata Sumbar yang telah dimulai dan kini tengah jalan telah memperlihatkan perkembangan positif. Dan semoga ini juga pertanda baik bagi masyarakat untuk mengambil peluang ini sebaik-baiknya. (efs)
Referensi: Bisnis Indonesia 17 November 2017
ilustrasi: freefoto.com