Merawat Kompetensi Inti

Merawat Kompetensi Inti

Artikel () 25 Januari 2017 15:15:21 WIB


Setelah Islam datang di jazirah arab, peradaban baru terbentuk. Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah ajaran Islam telah membentuk sedemikian rupa karakter masyarakat Islam yang baru di jazirah arab dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang terbaik di zamannya, bahkan ada yang yang menyebut sepanjang zaman. Sehingga AL Quran menyebutnya sebagai umat terbaik (khairu ummah).

Ajaran Islam memang sesuai dengan fitrah manusia, dan juga mengarahkan manusia untuk menjadi makhluk terbaik yang memiliki akal dan pikiran. Masyarakat Arab yang masuk Islam setelah datangnya Nabi Muhammad SAW membawa risalah Islam telah berubah menjadi lebih maju dan beradab.

Jika sebelumnya budaya jahiliyah membuat kehidupan dan peradaban lebih bersifat destruktif, maka setelah Islam datang perilaku dan peradaban masyarakat menjadi lebih baik dan sesuai fitrah manusia. Penyembahan berhala dihapus. Tawaf keliling ka’bah dengan telanjang tidak ada lagi. Orangtua yang menguburkan anak perempuannya sudah hilang. Anak laki-laki yang berhak mengawini ibunya setelah ayahnya meninggal sudah dilarang. Berbagai budaya jahiliyah lainnya perlahan-lahan dihapuskan dan diganti dengan keagungan ajaran Islam.

Nabi Muhammad SAW sebagai sosok teladan yang kehidupannya bisa dicontoh langsung oleh masyarakat Islam pada waktu itu telah memberikan berbagai contoh akhlakul karimah yang merupakan basis perilaku seorang muslim. Kelak akhlakul karimah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya ini menjadi sebuah kompetensi inti dalam kacamata manajemen sumberdaya manusia.

Beberapa literatur manajemen sumberdaya manusia modern menempatkan manusia dan perilakunya sebagai kompetensi inti. Hal ini tidak salah, mengingat dalam setiap rekrutmen maupun penilaian sumberdaya manusia di organisasi atau perusahaan, perilaku menjadi salah satu aspek utama yang akan dilihat oleh user atau pimpinan perusahaan/organisasi. Dan aspek lainnya adalah tentang kecerdasan. Karena paduan kecerdasan dan perilaku inilah yang akan membuat maju perusahaan/organisasi.

Jika mengacu kepada sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, setelah masyarakat Arab memeluk Islam muncul pada diri mereka paduan kecerdasan dan perilaku yang elok. Sebut saja Umar bin Khaththab r.a, sosok yang pernah memusuhi Nabi SAW ini setelah masuk Islam menjadi sosok yang cerdas dan mengalami perubahan perilaku yang luar biasa. Dalam salah satu hadits Nabi SAW menyebut bahwa jika ada lagi Nabi yang akan diturunkan maka pastilah ia Umar bin Khaththab.

Kecerdasan Umar bin Khaththab r.a dan juga perilakunya memberikan kegemilangan jaman keemasan Islam. Umar yang menjadi khalifah selama 10 tahun membawa banyak perubahan, baik dalam hal pemerintahan, masyarakat dan juga perluasan wilayah kekuasaan. Umar dan Khalifah lainnya yang berpegang kepada Al Quran dan Hadits menjadikan kekuasaan alat untuk mensejahterakan masyarakat, dan tetap takut akan azab Allah, meskipun sedang memegang kekuasan yang biasanya sering membuat orang menjadi sombong tak terkira.

Sahabat Nabi SAW lainnya adalah mereka yang berubah dari zero to hero. Dari no one menjadi some one. Dari yang tidak berkuasa menjadi yang berkuasa dan menyebarkan kebaikan. Mereka merawat kompetensi intinya dengan baik. Dari segi ibadah, jangan ditanya. Apa yang Rasulullah SAW dikerjakan pula oleh para sahabat. Dari segi perilaku atau akhlak, mereka tebar kebaikan kepada sesama manusia. Hingga pada saat ini pun kebaikan sahabat Nabi SAW tersebut tak habisnya menjadi bahan cerita untuk mengambil pelajaran dan dijadikan teladan.

Sebut saja Utsman bin Affan r.a yang donasinya hingga kini masih berjalan dan tetap menjadi yang terbesar jumlahnya di antara seluruh umat Islam yang pernah hidup sejak jaman Nabi SAW. Demikian pula sahabat lainnya yang bisa ditelusuri kisa kehidupannya melalu buku dan internet.

Tak salah jika Nabi SAW menyatakan bahwa umat Islam tak akan sesat hidupnya jika mematuhi dan mengikuti Al Quran dan Hadits. Dan isi AL Quran dan hadits tersebut adalah di antaranya membentuk, menjaga, dan merawat kompetensi inti seorang muslim.

Kita yang hidup saat ini sebenarnya bisa merasakan bahwa jika merawat kompetensi inti sebagai seorang muslim, maka insya Allah akan menjadikan kita pribadi yang mendapat perlindungan dan juga karunia dari Allah SWT. Apapun pekerjaan kita, baik yang dianggap serabutan maupun profesional, jika pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tetap merawat kompetensi inti maka banyak pintu kebahagiaan akan tercipta dalam kehidupan kita.

Tukang sapu atau tukang tambal ban, jika kompetensi intinya tetap dirawat insya Allah akan mendapatkan berbagai kebaikan dari Allah SWT, di antaranya adalah nikmat kesehatan. Jangan disangka nikmat kesehatan itu barang remeh. Hari ini nikmat kesehatan adalah barang mewah dan sangat mahal. Cobalah tanya kepada mereka yang beruang sangat banyak tapi harus hidup di tempat tidur. Untuk itu, perlu dan harus banyak bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kebaikan kepada kita.

Tukang bakso, tukang jamu, dan lainnya, mungkin tidak beruang banyak. Tapi pikiran mereka lapang, badan mereka sehat. Kedua hal ini adalah barang mewah yang sangat mahal.

Merawat kompetensi inti adalah dengan berusaha terus berbuat baik kepada manusia, menggantungkan hidup hanya kepada Allah SWT, mencegah berbuat jahat kepada manusia dan makhluk lainnya, banyak beristighfar, banyak bersyukur, dan perbuatan baik lainnya yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya termasuk ulama. (efs)

Foto Ilustrasi: freefoto.com