Antara Penghargaan dan Komitme
Artikel () 23 November 2016 14:32:35 WIB
Antara Penghargaan dan Komitmen
Oleh : Arzil
Baru-baru ini, Pemerintah Provinsi Sumbar diapuk (diberi penghargaan) oleh Wakil Presiden Republik Indonesia H. Jusuf Kalla, di bidang Lingkungan Hidup. Penghargaan itu berkaitan dengan hari Lingkungan Hidup se Dunia, dipusatkan di halaman Istana Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, pada Jumat (22/7) kemarin.
Dari Sumatera Barat (Sumbar), daerah yang mendapat penghargaan itu di bidang lingkungan hidup itu Kabupaten Dharmasraya, Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh mendapatkan Piala Adipura Kirana, kemudian Provinsi Sumbar
Khusus untuk Kabupaten Dharmasraya dan juga Provinsi Sumbar, mendapatkan penghargaan Nirwasita Tantra dari Wapres Jusuf Kalla. Penghargaan itu masing-masing diterima langsung oleh Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan sedangkan untuk pemerintah provinsi diterima oleh Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit.
Untuk kita ketahui, penghargaan Nirwasita Tantra adalah penghargaan yang diberikan kepada kepala daerah atas kepemimpinannya dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan, dan/atau program kerja sesuai dengan prinsip metodologi pembangunan berkelanjutan guna memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerahnya.
Dan tema Hari Lingkungan se Dunia kali ini yaitu “Selamatkan Satwa dan Tumbuhan Liar untuk Kehidupan”. Hadir juga pada penyeraham penghargaan itu sejumlah menteri Kabinet Kerja, antara lain Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Dalam Negeri Cahyo Kumolo, Menristek dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir dan Menteri Kominfo Rudiantara.
Anugerah yang diraih Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, bisa dikatakan yang pertama bagi kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi tersebut.
Bisa juga dikatakan, penghargaan ini merupakan prestasi gemilang yang ditorehkan Kabupaten Dharmasraya dibawah duet kepemimpinan Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan-Amrizal Dt Rajo Medan yang baru memasuki enam bulan memimpin kabupaten tersebut.
Kabupaten Dharmasraya mendapat penghargaan NirwasitaTantra diberikan sebagai apresiasi negara atas keberhasilan Kabupaten Dharmasraya dalam menyusun laporan tentang kondisi lingkungan hidup sebagai bentuk akuntabilitas Pemkab Dharmasraya dalam melindungi lingkungan hidup.
Namun perlu juga ketahui, Kabupaten Dharmasraya pada beberapa tahun belakangan sering jadi perbincangan sejumlah pihak. Persoalannya tidak lain banyaknya kehadiran tambang emas ilegal di sepanjang alur sungai Batang Hari yang melewati daerah tersebut. Bahkan keberadaan tambang emas ilegal itu bisa dikatakan berurat-berakar.
Kendati pernah ditertibkan oleh Bupati Dharmasraya periode sebelumnya, yakni Adi Gunawan dan juga berbagai pihak berwenang, bahkan termasuk pantauan dan larang langsung operasional tambang emas ilegal itu oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, pada masa jabatan sebelum ini, tetap saja sulit untuk menindaknya.
Seperti diketahui, selain di sepanjang Batanghari, tambang emas rakyat di Dharmasraya ini juga beroperasi di anak-anak sungai yang bermuara ke Batanghari. Seperti, Batang Kotobalai, Sungai Betung, Kotobesar, Bonjol, Bulang, Nyonyo, dan seterusnya. Aktivitas penambangan di anak-anak sungai itu lebih ke daratan yang berawa.
Mereka menggali lubang-lubang besar di tepi-tepi sungai seperti kolam dengan kedalaman 4 meter. Lalu dialiri air sungai atau genangan air rawa. Di permukaan air kolam itulah mereka menempatkan rakit atau perahu mesin dumping, yang akan menyedot emas dari lubang itu. Mereka tidak menyelam seperti di Batanghari.
Lebih parahnya, keberadaan tambang Iiar itu, menjadikan ekosistem yang ada di aliran Sungai Batang Hari itu sudah ada yang punah. Pasalnya, air pada aliran sungai itu tercemar berat oleh bahan kimia bernama Mercuri.
Sementara di sisi lain, kabupaten ini dulunya pun disibukan atas persoalan sampah. Selain kesadaran masyarakat yang tidak mencintai sampah, fasilitas umum untuk menampung dan mengelola sampah yang masih minim.
Itulah sebabnya, masih banyak ditemui masyarakat yang masih membuang sampah di jembatan sungai batanghari, di selokan selokan dan di tempat tempat yang bukan merupakan tempat pembuangan sampah.
Kondisi ini tentu membuat miris lantaran mengganggu pemandangan, menebar bau tak sedap dan menjadi sumber penyakit.
Melihat kondisi itu, setidaknya komitmen duet Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan- Wakil Bupati Amrizal Dt Rajo Medan yang ingin menjadikan menjadi daerah yang ramah lingkungan setidaknya sudah dimulai.
Bahkan diawal kepemimpinannya, Bupati itu meminta para kepala SKPD-nya terutama Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk membuat solusi masalah sampah, khususnya ibukota dan umumnya di Dharmasraya. Diantara program yang dilahirkan Pemkab untuk perlindungan lingkungan hidup itu yakni memperbanyak Tong Sampah, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan banyak lagi.
Tidak itu saja, Bupati Sutan Riska pun menginginkan sampah masyarakatnya bisa menghasilkan nilai ekonomi. Cara ini dengan mengolah sampah untuk dipisahkan. Sampah yang bisa diolah dan sampah yang tidak bisa diolah. Sampah yang bisa diolah dijadikan pitih dan sampah yang tidak bisa diolah dikirim ke tempat pembuangan akhir sampah di Koto Padang.
Dengan cara kerja dan manajerial ini lah yang kemudian menghantarkan bupati termuda di Sumbar ini menerima anugera NirwasitaTantra. Meski begitu, masih ada PR menyangkut lingkungan hidup lainnya yang harus dibenahi oleh Bupati ini, yakni praktik penambangan emas illegal.
Dan hal ini pun menjadi PR bagi Pemprov Sumbar juga, sebab keberadaan Kabupaten Dharmasraya tidak bisa dilepaskan dari Sumatera Barat. Jangan hanya terlena dengan anugerah yang didapat, tapi bagaimana membuat lingkungan hidup di Dharmasraya bahkan Sumbar umumnya bisa lebih bersih, dan terjaga ekosistemnya.
Yang paling penting lagi lingkungan hidup yang terawat bisa dinikmati oleh anak cucu kita nantinya. Selamat buat Kabupaten Dharmasraya dan juga Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. (***)