Ekonomi Sumbar Semester 1

Ekonomi Sumbar Semester 1

Artikel () 05 September 2016 22:50:43 WIB


Harian Singgalang edisi 1 September 2016 di halaman depannya menulis judul “Untuk Wilayah Sumatera Pertumbuhan Ekonomi Sumbar Tertinggi”. Yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk triwulan 2 tahun 2016. Pertumbuhan tersebut turut didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Pertumbuhan ekonomi Sumbar adalah yang tertinggi di Sumatera sejak triwulan 4 tahun 2015. Demikian pernyataan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cabang Sumbar Puji Atmoko.

Jika melihat dari sisi pemerintahan di Sumbar, dalam semester 1 lalu memang ada beberapa pencapaian terkait dengan ekonomi. Di antaranya adalah Sumbar berada di urutan dua terbaik provinsi dalam pengendalian inflasi. Laju inflasi Sumbar berada di bawah laju inflasi nasional. Hal yang sempat ramai menjadi pembicaraan terkait masalah inflasi ini adalah kebijakan impor daging pemerintah pusat dalam rangka menyediakan daging dengan harga yang lebih terjangkau masyarakat.

Namun saya mendapat informasi bahwa di Sumbar daging yang disukai masyarakat adalah daging kualitas bagus yang bisa dijadikan rendang. Sementara daging impor tidak bisa dijadikan rendang. Di samping itu, pasokan daging kualitas bagus tersebut selama ini stabil sehingga harga yang dianggap tinggi ini dengan pasokan yang stabil tidak melonjak lebih tinggi lagi.

Peran seluruh pemangku kepentingan di Sumbar dalam hal pengendalian inflasi ini tentunya patut diapresiasi karena dampak positifnya kembali kepada masyarakat yaitu kestabilan dan pengendalian harga.

Bersamaan dengan berita pertumbuhan ekonomi Sumbar di Harian Singgalang adalah berita penghargaan dari Kementerian Sosial RI kepada Dinas Sosial Prov. Sumbar atas realisasi dan laporan kegiatan terbaik dalam program penanganan fakir miskin semester 1 tahun 2016. Penilaian ini didasari atas beberapa hal. Di antaranya adalah realisasi pendistribusian beras untuk keluarga miskin kepada 275.000 lebih warga, realisasi penyaluran dana kepada 54.522 KK yang ada dalam PKH (program keluarga harapan) dengan rata-rata pertriwulan sebesar Rp25 miliar. Demikian pula dengan distribusi dana dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Beberapa pengamat ekonomi dalam berbagai pendapatnya menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah membantu ekonomi bergerak, terlebih jika hal itu langsung dinikmati oleh masyarakat.

Kembali ke data statistik, Berita Resmi Statistik BPS Sumbar No. 48/08/13/Th. XIX 5 Agustus 2016 menyebutkan bahwa ekonomi Sumbar triwulan 2 tahun 2016 tumbuh 5,78 persen terhadap triwulan 2 tahun 2015. Di samping itu ekonomi Sumbar triwulan 2 tahun 2016 tumbuh 2,14 persen terhadap triwulan 1 tahun 2016. Hampir seluruh komponen pengeluaran mencatatkan pertumbuhan positif.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi pengeluaran pemerintah tumbuh 28,74 persen, dan merupakan salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Sumbar. Pada semester 1 tahun 2016, ekonomi Sumbar tumbuh 5,64 persen terhadap semester 1 tahun 2015. Salah satu penyumbangnya adalah penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 11,40 persen. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumbar menurut harga berlaku untuk triwulan 2 tahun 2016 mencapai Rp47,45 triliun.

Sementara itu, struktur perekonomian Sumbar menurut lapangan usaha, pada triwulan 2 tahun 2016 di urutan pertama didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 23,84 persen. Di urutan kedua adalah sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 14,92 persen. Dan di urutan ketiga adalah sektor transportasi dan pergudangan sebesar 12,23 persen.

Dalam hal PDRB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan 1 dan 2 tahun 2016 adalah sebesar Rp25,05 dan Rp25,49 triliun dari jumlah total PDRB Sumbar sebesar Rp44,47 triliun dan Rp47,45 triliun. Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah triwulan 1 tahun 2016 sebesar Rp4,48 triliun, dan meningkat pada triwulan 2 tahun 2016 menjadi sebesar Rp5,99 triliun.

Jika dilihat dari sumber penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan 2 tahun 2016 terhadap triwulan 2 tahun 2015, pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen dengan sumber pertumbuhan tertinggi yaitu 2,26 persen.

Jika dikaitkan dengan program pemerintah dalam mengurangi kemiskinan, bisa dilihat dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan semester 1 tahun 2016 terhadap semester 1 tahun 2015 tumbuh sebesar 3,60 persen.

Sementara itu, yang tak kalah gencarnya dan akan menjadi salah satu perhatian utama pembangunan di Sumbar adalah sektor pariwisata. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menjadikan sektor pariwisata sebagai sebuah gerakan terpadu yang dilaksanakan lintas SKPD dan kota/kabupaten serta berterusan dalam periode kedua jabatan Gubernur Sumbar.

Kawasan Mandeh meskipun belum maksimal dalam hal ketersediaan infrastruktur, sudah menjadi ikon baru yang sering dipromosikan oleh individu maupun media elektronik. Namun geliat pariwisata di Sumbar pada semester 1 ini sudah terasa. Apalagi baru saja Gubernur bersama Bupati Solok mempromosikan destinasi baru Bukit Cambai yang bisa menikmati pemandangan empat danau dan empat gunung. Antusias masyarakat di Sumbar maupun rantau terhadap sektor pariwisata ini menunjukkan adanya semangat yang sama dengan pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan yang akan menggerakkan ekonomi masyarakat di Sumbar.

Mengakhiri tulisan ini, bisa disimpulkan bahwa ekonomi Sumbar semester 1 tahun 2016 bergerak positif, bahkan pertumbuhan ekonomi triwulan 2 tahun 2016 adalah yang tertinggi untuk wilayah Sumatera. Konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi Sumbar yang signifikan dan mampu memberikan dampak positif kepada jalannya roda perekonomian. (efs)