Titik Panas Sumatera Barat Lima Tahun Terakhir Turun

Kehutanan () 28 Januari 2016 02:29:13 WIB


Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat berhasil menurunkan jumlah titik panas dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Jika dilihat lima tahun terakhir titik hotspot di Sumatera Barat sejak Tahun 2011 hingga Tahun 2015 berturut-turut adalah 545 titik, 630 titik, 458 titik, 286 titik dan 203 titik. Pada tahun 2011 titik hot spot mengalami penurunan 5,87% dari tahun 2010. Tahun 2012 titik hot spot naik 15,59% dari tahun 2011 karena kemarau panjang pada tahun tersebut. Dari tahun 2013 hingga tahun 2015 titik hot spot mengalami penurunan sebesar 27,30%, 37,55% dan 29,02% setiap tahunnya.

Pemantauan titik panas (hot spot) bertujuan untuk memperoleh informasi dan indikasi awal kemungkinan terjadinya kebakaran disuatu lokasi agar dapat segera dilakukan tindakan dan antisipasi di lapangan. Pengendalian kebakaran hutan melalui pemantauan titik panas (hot spot) akan mengurangi kerusakan hutan. Sehingga penurunan titik panas (hot spot) merupakan indikator upaya pengurangan kerusakan hutan melalui konservasi dan perlindungan sumber daya hutan serta adaptasi perubahan iklim.

Pada Tahun 2015 tidak terjadi kebakaran hutan maupun lahan dalam skala yang besar, upaya pengawasan dan pencegahan dini yang optimal dilakukan oleh satgas damkarhutla maupun pemantauan melalui satelit NOAA dalam mendeteksi titik api yang terjadi dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat telah memberikan kontribusi yang maksimal dalam pencapaian target indikator sasaran ini. Pengaruh iklim dan curah hujan sangat mempengaruhi capaian indikator kinerja ini.

Koordinasi yang dilakukan dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan sebagai salah satu upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor kehutanan menunjukan bahwa sebagian besar kabupaten/kota senantiasa menyiapkan diri dalam mengantisipasi terjadinya hal tersebut baik dalam upaya pencegahan maupun pengendalian kebakaran hutan dan lahan walaupun dengan segala keterbatasan Sumber Daya Manusia maupun Sarana dan Prasarana yang ada.