Puasa Sebagai Solusi
Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 24 Juni 2015 03:58:37 WIB
Tidak bisa dipungkiri bahwa krisis ekonomi global (internasional) juga berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia secara nasional. Akibat kondisi itu, kegiatan ekonomi menjadi melambat. Peluang untuk mendapat pekerjaan menjadi sulit, harga barang-barang menjadi meningkat, uang seperti tidak berharga (terjadi inflasi).
Keadaan tersebut, suka atau tidak suka juga merambat ke daerah, termasuk Provinsi Sumatera Barat. Ekonomi dan perdagangan terasa makin lesu, harga barang-barang melonjak, peluang kerja dan berusaha juga makin sulit dirasakan akibat keadaan ekonomi yang melemah.
Di zaman global seperti sekarang, kenyataan tersebut tidak bisa dihindari. Antar negara-negara di belahan dunia manapun saat ini seperti tanpa batas (border less). Dengan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang saat ini, informasi dari kutub utara dalam hitungan detik bisa diketahui di kutub selatan. Harga kakao di Pantai Gading dalam hitungan detik bisa diketahui di Solok Selatan, misalnya. Harga cabe yang menggila di Padang bisa dipantau dari Thailand. Sore harinya, jika harga masih dianggap ekonomis, cabe Thailand bisa masuk di Pasar Raya Padang.
Tentu saja pedagang mengeluh dengan kedaan yang sulit seperti ini. Juga banyak masyarakat yang berkeluh-kesah dengan kesulitan yang terasa menyesak seperti saat ini. Tapi apakah dengan mengeluh dan berkeluh-kesah persoalan tersebut bisa selesai dengan sendirinya? Atau dengan marah-marah, menghujat dan saling manyalahkan persoalan itu bisa selesai? Tentu saja tidak.
Menurut saya puasa bisa dijadikan salah satu solusi (jalan keluar) dari masalah ini. Kebetulan hari ini kita mulai memasuki bulan Ramadhan tahun 1436 H, puasa sangat strategis digunakan sebagai solusi. Bulan Ramadhan adalah bulan dimana ummat Islam melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Puasa pada prinsipnya adalah melatih manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya.
Idealnya dengan berpuasa kebutuhan masyarakat akan barang-barang, terutama bahan makanan, akan berkurang. Dengan demikian beban ekonomi masyarakat juga akan berkurang. Jika permintaan akan suatu barang berkurang biasanya harga barang tersebut akan menurun dan inflasi juga akan berkurang.
Namun kenyataan yang terjadi selama ini selalu saja setiap tahun , menjelang dan selama bulan Ramadhan, permintaan barang-barang meningkat dan harga-harga makin melambung. Artinya ada penyimpangan yang terjadi pelaksanaan ibadah puasa kita. Jika yang dimaksud agama dengan berpuasa adalah mengendalikan hawa nafsu, ikut merasakan apa yang dirasakan kaum dhuafa yang kekurangan makanan, yang terjadi adalah sebaliknya, maka perlu dipertanyakan dan dievaluasi lagi pelaksanaan puasa yang telah kita lakukan selama ini.
Kini kita sudah memasuki awal Ramadhan 1436 H, mari kita renungkan lagi dan kita evaluasi lagi ibadah puasa yang kita lakukan selama ini apa sudah sesuai dengan rukun dan sunnahnya. Memang sudah seharusnya ibadah yang kita lakukan ditinjau dan dievaluasi lagi, sehingga ibadah kita selalu lebih baik dan lebih sempurna dari tahun ke tahun.
Saya sangat yakin dan optimis, ibadah puasa bisa dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang kita alami saat ini. Jika seluruh masyarakat Sumatera Barat melakukannya tentu akan sangat terasa dampaknya, apalagi jika dilakukan gerakan secara nasional.
Marhaban ya Ramadhan, selamat melaksanakan ibadah puasa tahun 1436 H, semoga kita dapat melaksanakan puasa dan amal ibadah tahun ini dengan baik dan mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT. Amin. *** (oleh Irwan Prayitno)