Apa dan Bagaimana Kontribusi Sumbar

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 12 Desember 2014 03:34:12 WIB


 

Bila begitu adanya, mari kita lihat pemanfaatan lahan dan soal irigasi bagi pertanian Sumatera Barat. Kita tanyakan hal ini kepada Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumbar Ir Djoni. Kata Djoni, luas areal persawahan yang telah diairi dengan irigasi teknis di Sumatera Barat (Sumbar) baru 88.808 hektar atau 37,6 persen dari total luas sawah di daerah ini yang mencapai 235.824 hektar.Luas wilayah provinsi Sumatera Barat sekitar 4.229.730 Ha, setara dengan 2,17 % dari luas wilayah Negara Kasatuan Republik Indonesia. Dengan begitu, lahan pertanian yang berpotensi diolah adalah sekitar 20% dari luas wilayah Sumbar. Sementara, yang teraliri irigasi baru 37,6 persen itu tadi. Bayangkan, kalau 60% saja dari lahan 88 ribu hektar itu teraliri irigasi, maka masa depan pertanian Sumatera Barat akan jauh lebih bersinar dan apa yang diinginkan oleh nenek moyang kita dulu tentang “bumi sanang padi manjadi” akan benar-benar lebih terwujud.

Pak Djoni berharap, pembangunan infrastruktur di daerah ini idealnya diarahkan pada pembangunan irigasi teknis. Katanya, makin luas lahan pertanian Sumbar yang mendapat air irigasi, makin besar hasil potensi pertanian kita yang muaranya berujung pada kemakmuran untuk petani, kemakmuran untuk rakyat, kemakmuran untuk semua.

Dijelaskan Djoni, lahan persawahan irigasi sederhana di Sumbar seluas 45.570 hektar, irigasi desa 40.969 hektar, tadah hujan 50.294 hektar dan irigasi lainnya 10.184 hektar. Sawah yang telah diairi irigasi teknis di Sumbar terluas berada di Kabupaten Agam 13.708 hektar disusul Kabupaten Solok (11.870), Kabupaten Pasaman (11.808), Kabupaten Pesisir Selatan (10.289) dan Kabupaten Padangpariaman (8.763).Sawah yang diairi irigasi teknis terkecil di Sumbar adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai seluas 85 hektar disusul Kota Bukittinggi (177), Kota Solok (575), Kabupaten Sijunjung (1.698) dan Kabupaten Tanahdatar (3.768).Daerah areal persawahan beririgasi sederhana terluas adalah Kabupaten Tanah Datar seluas 7.633 hektar, disusul Kabupaten 50 Kota (6.407), Kabupaten Agam (5.235), Kabupaten Pasaman (5.186) dan Kabupaten Padang Pariaman (5.099).

         Daerah dengan areal persawahan beririgasi sederhana terkecil adalah Kota Bukittinggi seluas 154 hektar, disusul Kabupaten Kepulauan Mentawai (240), Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman Barat masing-masing seluas 316 hektar serta Kota Solok (393).Sawah tadah hujan, terluas berada di Kabupaten Pesisir Selatan seluas 11.848 hektar, disusul Kabupaten 50 Kota (8.144), Kabupaten Tanah Datar (5.878), Kabupaten Sijunjung (4.998) dan Kabupaten Padang Pariaman (4.522).

            Lalu berapa produksi padi Sumbar?

“Dengan areal persawahan seluas 235.824 hektar , produksi padi Sumbar mencapai dua juta ton pada 2007, naik dari produksi 2006 yang tercatat 1,889 juta ton”, jawab Djoni.

            Apa dan bagaimana kon­tribusi Sumatera Barat un­tuk memenuhi pangan nasional ?

“ Produksi beras daerah ini jauh melebihi kebutuhan masyarakatnya. Pada tahun 2011 produksi beras Sumbar mencapai 2.295.000 ton di atas lahan 243.000 hektare, sedangkan kebutuhan masyarakat Sum­bar tak lebih 600 ribu ton.  Sumbar mengalami surplus beras sekitar 1.695.000 ton “, kata Djoni.

Dikatakan Ir. Djoni produksi beras Sumbar pada tahun 2011 sekitar 4,91 ton per hektarenya. Angka tersebut mengalami kenaikan seba­nyak 5,01 persen jika diban­dingkan dengan hasil pro­duksi tahun 2010.

Pada tahun 2010, jumlah pro­duksi sekitar 2,211.248 ton dengan jumlah produksi sekitar 4,8 ton per hekta­renya. Dari luas lahan yang 243.000 hektare, luas panen­nya pertahun sekitar 486.000 hektare atau dua kali lipat dari luas sawah. Target Djoni, menggenjot hasil panen padi minimal 2 kali setahun.

Dikatakan Djoni sejak tahun 2012 ini, Sumbar menambah luas sawah sekitar 2.250 ha dengan cetak sawah baru di Pesisir Selatan, Solok Selatan, Pasaman, dan daerah lainnya. Lalu berapa luas lahan yang dialihfungsikan tiap tahun?

“Lahan yang diahlifungsikan untuk pembangunan tak sampai 100 ha pada tiap tahunnya,” kata Djoni seraya mengatakan tak perlu khawatir dengan banyaknya lahan sawah yang disulap menjadi lahan perumahan atau pun industri karena seiring dengan itu, lahan-lahan pertanian baru juga dibuka.

Dalam catatan kita, tingkat konsumsi beras masyarakat Sumbar pada tahun 2011 sekitar 123 kg perkapita per tahunnya.

“Sedangkan konsumsi rata-rata masyarakat Indonesia atau pun rata-rata nasional sekitar 139 kg perkapita per tahun.

Guna mengurangi konsumsi beras, peme­rintah telah melakukan sosialisasi pengalihan  dari beras ke umbi-umbian, sayur-sayuran ataupun buah-buahan. Target Pemerintah ting­kat konsumsi beras masyarakat Indonesia menurun sekitar 1,5 persen tiap tahunnya dari jumlah perkapita per tahunnya.

            Tak tertutup kemungkinan Sumbar kelak seperti masyarakat Thailand dalam kapasitas kon­umsi beras yang hanya sekitar 60-80 perkapita per tahunnya, walaupun Thailand dan Sumbar sama-sama menjual hasil pangan daerah seperti beras. (Pinto Janir)