Ketika Padangpanjang Kondang Berjagung Sweetboys
Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 22 September 2014 08:53:03 WIB
Salah satu dampak PHT di Padangpanjang adalah dengan berdirinya Kelompok jaya Bersama yang sukses memproduksi jagung yang menyemarakkan hasil pertanian di kota serambi mekah ini.
Kordinator PHT Padangpanjang H Nofensrimen dikenal oleh petani sebagai “penyuluh” yang gigih membantu petani, baik dalam informasi pertanian maupun dengan berbagai bibit yang dibutuhkan petani.
Pak Haji Nof lama berpikir tentang jenis tanaman apa yang sangat cocok ditanam dengan kondisi lahan, musim dan cuaca di kota ini. Kebetulan lama ia mengamati pasar jagung manis. Ia yakin, bahwa kota Padangpanjang dan sekitarnya sangat berpotensi bila ditanami dengan jagung.
Kemudian pemrintah kota Padangpanjang memasilitasi bantuan bibit jagung manis sebanyak 20 kg yang dibayar petani setelah sukses panen. Bibit itu ditanam petani di lahan seluas 7 hektar. Setelah itu dilakukan seleksi varitas sesuai dengan konsep PHT.
Ternyata jagung manis “sweetboys” cocok sekali untuk daerah Padangpanjang dan sekitarnya. Sweetboys sesuai dengan selera konsumen.
Kini Padangpanjang telah identik dengan jagung manis sweetboys yang ditanam oleh para petani ‘alumni” SL PHT. Dari lahan petani di sini sehari sweetboys berproduksi dari hingga 5 ribu tongkol.
Menurut H Nof, penanaman sweetboy di Padangpanjang dan sekitarnya setidaknya melibatkan 2 ribu petani. Dikatakan H Nof, sweetboys tidak akan pernah macet atau terputus di pasaran jagung Padangpanjang karena ia telah mengantisipasinya dengan cara langsung berhubungan dengan distributor bibit sweetboys di Surabaya.
Harga jagung sweetboys pertongkol berkisar Rp 2 ribu/tongkol. Dari Jagung saja, petani sudah menikmati hasil produksi mencapai Rp 10 juta/hari. Sebulan, Rp 300 juta. Bila melibatkan 2 ribu petani, maka rata-rata satu petani sudah mendapat tambahan hasil Rp 1,5 juta/bulan/orang.
Dampak lain dari sukses PHT di Padangpanjang adalah dengan dicanangkannya Padangpanjang sebagai Kota Tanaman Organik pada tahun 2009 oleh Gubernur semasa jabatan Gamawan Fauzi. (Pinto Janir)