INMEMORIAM SYAFRIZAL, SELAMAT JALAN DUNSANAKKU....
Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 25 Maret 2014 04:13:19 WIB
Kriiing !
" Bang, lah dapek kaba abang? "
Yon Erizon mantan aktivis '98, yang kini pemimpin redaksi Harian Haluan itu
mengabariku dari balik gagang HP.
" Si Syaf Bang..."
Aku mulai merasakan sesuatu yang tak enak di nada suara Yon. Pasti ada sesuatu kabar yang tak bagus yang hendak disampaikan Yon Erizon padaku menyangkut Syafrizal.
"Ado apo dengan Syaf,Yon?"
Yon tak bersuara. Ia diam sejenak.
" Ado apo dengan Syaf, Yon?"
Aku bertanya kembali. Tapi firasatku sudah menjalar kepada sesuatu...
" Syaf tabrakan di Sicincin, Bang!"
Yon diam. Dia belum melanjutkan perkataannya. Aku menarik nafas dalam-dalam menunggu kabar selanjutnya dari Yon, sang wartawan muda bergumpal idealisme itu. Aku masih sempat melihat jam yang tertera di PC-ku itu menunjukkan angka 22.00 Wib.
"Syaf dan istrinya beserta seorang anak putrinya meninggal akibat kecelakaan di jalan raya Sicincin, sore tadi bang (maksudnya Minggu 23 Februari 2014). Seorang anaknya bernama Puja kini kritis di RSUP DR M DJAMIL Padang".
"Innalillahi Wainna Ilaihi Roji'un"
Aku kini yang tercekat. Bayanganku kembali kepada Syaf dan Istrinya beserta anak-anaknya yang memanggil Pak Uwo kepadaku.
" Yon...." aku berkata pelan, " Syaf sudah kuingatkan, jangan lagi bermotor-motor dari Padang ke Palembayan. Risikonya besar. Empat jiwa di atas satu motor itu, bahaya itu. Hujan, panas, belum lagi risiko tabrakan karena mobil nan kancang, sulit menghindarinya. Itu lah abang agiah tahu ke Syaf jauh hari sebelumnya".
Teringat olehku, baru-baru ini aku mengantarkan Syaf ke kantor redaksi Harian Haluan untuk menemui kawannya. Syaf juga pernah kerja di Haluan dan di Pos Metro di bidang disain atau tata wajah.
"Bang, wak tunggu santa kawan wak tu lu dih, inyo sadang rapek!"
Maka aku dan Syaf duduk berdua di atas Yaris mobilku.
" Bang, awak ingin baraja mambaok oto liak. Ajarkan awak dih bang!" kata Syaf.
" Boleh. Duduklah kemari", kami pun berganti tempat duduk.
Tampak wajah Syaf girang sekali. Ia sangat senang. Berkali-kali Syaf memutar mobil di halaman kantor redaksi Haluan. Tampaknya, Syaf cukup tenang melajukan kendaraan.
Di atas mobil seputaran kawasan Bandara Tabing--di tempat mana Haluan berkantor kini---itu aku kembali berkata: " Syaf, kalau Syaf lah mahir membawa obil, kalau pulang ka kampuang Opet--nama istri Syaf---tak usah pakai motor lagi. Pakai mobil saja. Bukankah mobil Rino---Rino Zulyadi wartawan Trans 7 adalah sahabat Syaf---banyak yang bisa dipakai...."
"Iyo Bang. Rino lah ngecek lo ka awak, kalau adoh apo-apo pakai se oto Rino lu", jawab Syaf dengan sangat senangnya.
"Bang...!" nada suara Yon kembali menyentakkanku dari lamunan.
"Bukankah rumah Syaf dakek dari rumah abang?"
" Indak Yon. Rumah Syaf di Pondok kopi dakek kompi Siteba, rumah bang di gunuang pangilun. Syaf ngontrak pada sebuah rumah petak. Tak jauh dari rumah petaknya, ia menyewa sebuah toko kecil tempat ia menjalankan usaha disain,wedding (potografi), dan percetakan".
Syaf berkampung di Sungailimau Padangpariaman. Istrinya Opet ( Fetrini Rahayu) berkampung di Palembayan. Syaf memiliki dua anak, satu putri satu putra. Yang Putri namanya Khansa, sangat cantik. Khansa berusia sekitar 4 tahun, Puja berusia sekitar 10 tahun. Rumah tangga mereka adalah rumah tangga yang bahagia dalam kesedrhanaan. Bila Syaf dapat order cetakan buku atau album poto, Opet sang istri akan ikut membantu menjilid dan menyusun poto-poto hasil karya Syaf. Si cantik Khansa akan ikut bermain di sana. Syaf sangat cinta kepada keluarganya. Sangat cinta. Tampaknya ia ingin benar membahagiakan keluarga dengan bekerja tanpa mengenal lelah.
Biasanya bila Syaf sudah menyelesaikan satu order pemotretan wedding atau selesai mengerjakan orderan percetakan yang menyita waktu, begitu menerima uang hasil orderan, ia akan mengajak anak dan istrinya pulang kampung ke Palembayan dengan mengendarai sepeda motornya. Sering Syaf ngajak anak-anak dan istrinya pergi raun-raun dengan sepeda motor.
Syaf sangat sayang kepada Khansa. Kemana Syaf pergi Khansa ikut menyertainya di atas sepeda motor tua itu. Khanza bocah manis itu sering menjadi model pemotretan Syaf. Bahkan studio foto yang dimiliki Syaf pun dinamainya dengan Khansa Studio. Kini, tak ada lagi Khansa Studio, sebentar lagi merek yang terpampang di toko kecil di jalan raya Pondokkopi Siteba itu, tentu akan diturunkan oleh pemilik kedai.
Pernah suatu kali Syaf menelponku. Ia mengatakan sedang berada di Mifan Padangpanjang bersama anak-anak dan istrinya. " Bang, awak sadang di Mifan, Bang!" ujar Syaf. " Ya, sebentar Syaf, tolong Syaf berikan HP ini kepada salah seorang sekuriti atau penjaga gerbang di sana", kataku. Tak lama kemudian Syaf memberikan HP kepada salah seorang sekuriti di Mifan. " Ya, tolong dibantu Syaf dan anak-anak serta istrinya untuk masuk Mifan. Syaf keluarga besar kita, keluarga besar media....", kataku pada petugas di sana. Dan kebetulan aku mempunyai hubungan yang baik dengan manajemen Mifan, terutama dalam hubungan mengurus sahabat media.
Tak lama kemudian Syaf mengabarkan: " Terimakasih Bang, kami lah di Mifan".
"Bang..!" lagi-lagi Yon menyentakkan lamunanku.
" Oh ya, Yon...!"
"Kini anak lelaki Syaf sedang kritis di rumah sakit M Djamil!" kata Yon.
" Yon, bang segera ke rumah sakit!"
Sebelum ke rumah sakit, aku sempatkan menulis status di FB, sebenarnya aku masih belum yakin bila Syaf dan istri serta anaknya meninggal akibat kecelakaan. Makanya aku menulis seperti ini, tanpa menuliskan nama karena aku masih belum percaya dengan kabar duka itu :" Sahabat, kulepas kau dengan doa. Sudah kuingatkan dulu, jangan bermotor-motor juga. Ya Allah, tempatkan ruh sahabatku, ruh istri sahabatku dan ruh anaknya, di tempat yang paling indah di sisi-Mu. Innalillahi Wainna Ilahi Rojiun...."
Ketika tulisan ini kubuat, dalam dua jam sejak status itu terbit, kulihat ada 23 sahabat yang memperhatikan status itu dengan cara "like" dan 17 komentar .
Sebelumnya, pada tanggal 22 Februari 2014 aku menulis dua status berbau "kematian" yakni status 1) Ingatlah kematian dengan rasa optimis dan cerdas. Rasulullah bersabda: " siapa yang membenci pertemuan dengan Allah, niscaya Allah akan membenci pertemuan dengannya" ( HR.AL-Bukhari & Muslim).
Bila kau mengingat mati dalam sehari semalam 20 kali, maka kau masuk dalam golongan para syuhada!--like 49 dan 6 komentar, status 2)Bismillahirrahmanirrahim....malam ini kubaca buku " Di Balik Tabir Kematian Alam Akhirat dan Kiamat " ditulis oleh Imam Al-Qurthubi....like 34,3 komentar.
Entah mengapa, aku tergerak saja untuk menuliskan catatan kematian itu. Seperti ada sinyal bawah sadar yang mengabariku bahwa sebentar lagi akan ada sahabatku yang pergi...
Tak lama mendapat kabar dari Yon, aku ke RSUP DR M Djamil. Di atas mobil aku kembali mengurai kenangan bersama Syaf dan keluarga.
Aku mengenal Syaf ketika dalam rapat perencanaan penerbitan majalah BPBD di kantor BPBD Sumbar jalan Sudirman Padang. Dalam rapat itu, ada pengarang, waratawan, budayawan Makmur Hendrik, ada pengarang dan kolumnis Alwi Karmena, ada Jhonedi Kambang wartawan Trans TV dan ada Syafrizal. Aku melihat disain majalah BPBD itu bagus sekali. Disain majalah yang juga di dalamnya ada wartawan senior Khairul Jasmi, sungguh cantik dan elegan.
"Bang siapa yang mendisain?" tanyaku pada Bang Alwi Karmena. Belum sempat Alwi berkata anak muda yang duduk di sebelahku itu menjawab :" Awak bang !"
Spontan saya menyalami Syaf.
" Bagus. Keren!" kataku.
"Awak lah lamo kenal jo namo abang, acok mancaliak abang, tapi mungkin baru kini wak sempat bertemu langsung dengan abang!" ujar Syaf padaku.
Selanjutnya, aku minta nomor HP Syaf. Aku sangat terkesan dengan disain atau tata wajah majalah hasil karya Syaf. Aku memang sangat suka sekali kepada insan yang hebat-hebat dan pintar-pintar seperti Syaf. " Syaf, nanti bantu abang melayout tabloid abang ya !" kataku. " Siap bang!" jawabnya singkat.
Syaf memang hebat. Disainnya bagus. Dia juga pintar motret. Poto sampul di FB-ku ini adalah hasil karya Syaf. Ada beberapa potoku di FBku yang merupakan hasil jepret Syaf.
Sebuah puisiku dalam bentuk audio dan gambar, semua potonya adalah hasil jepretan Syaf. Lihat puisiku : " Telah Kutitipkan wajahmu Pada Bulan".
Dalam beberapa kali mendisain tabloidku, kami pernah sama-sama batanggang dengan Syaf. Ia pekerja yang tekun dan sabar. Cita-citanya, ingin membangun percetakan yang besar dan membahagiakan anak dan istri. Kini, usaha Syaf sedang berkembang bagus. Ia mendapat orderan membuat buku PDAM yang ia jilid dan susun sendiri bersama sang istrinya. Ia memperoleh banyak orderan mendisain alat peraga para caleg. Sungguh, usaha percetakan Syaf sedang menunjukkan grafik yang membagus.
Aku tiba di RSUP DR M Djamil. Di sana tampak beberapa wartawan muda sahabat Syaf. Ada Rino Zulyadi dan Jonedi Kambang, ada Wan Teha dll di teras IGD rumah sakit itu.
" Rino? Di mana Syaf?" tanyaku pada Rino.
Rino adalah "adik kesayanganku" juga. Rino bersamaku sejak ia masih kuliah. Sejak itu pula Rino menjadi wartawan muda di Mingguan rancang Mistik yang aku pimpin. lalu Rino ikut bersama-samaku di Harian Sumbar Mandiri--sodaranya Harian Haluan---. Rino berkawan akrab dengan Syaf. Selain wartawan, Rini adalah juga dosen di bidang "kepenulisan" di UNP. Sebagai tugas bagi mahasiswanya, Rino mendidik para mahasiswa dengan berkelompok membuat tabloid dalam bentuk cetakan. Yang melay-out tabloid itu adalah Syaf. Makanya, Rino yang kini anggota KPID Sumbar itu sangat dekat berkawan dengan Syaf.
"Jasad Syaf sudah dibawa ke Palembayan Bang. Jasad Opet istri Syaf juga sudah dibawa ke Palembayan. Jasad Khanza juga. Opet dan Khanza meninggal di tempat bang...." ujar Rino.
Tak lama kemudian, sebuah kereta didorong beberapa perawat keluar dari IGD.
" Bang itu Puja bang, anak lelaki Syaf yang kritis!" (Pinto Janir)