Jangan Biarkan Masyarakat Lapar
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 22 Oktober 2020 10:24:14 WIB
Jangan Biarkan Masyarakat Lapar
Oleh Yal Aziz
SECARA fakta, kemiskinan adalah problem yang selalu menghantui setiap kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Berbagai dampak negatif terus bermunculan di seluruh belahan dunia akibat problem kemiskinan. Salah satu tujuan dari diturunkanya Agama Islam adalah untuk mengantarkan umat manusia pada kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan dan keluar dari jerat kemiskinan.
Untuk merespon peingatan Hari Pangan Sedunia, 16 Oktober ada baiknya kita mencermati bagaimana Nabi Muhammad merspon tentang keiskinan.
"Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maknanya, Nabi Muhammad sebagai seorang rasul tidak hanya merespon hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhanya, tetapi juga secara horizontal mengurusi hubungan manusia dengan sesamanya.
Kemudian dengan teladan dan juga sikap bijaknya, Nabi Muhammad merespon problem kemiskinan dengan berbagai solusi. Kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad tergambar dalam hadis-hadisnya, sehingga menarik untuk dikaji secara komprehensif.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im:“Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.” Hadits tersebut setidaknya memiliki beberapa makna.
Tegasnya, orang-orang miskin harus selalu hati-hati atau waspada terhadap kemiskinannya. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan dapat menggodanya untuk melakukan kemaksiatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam masyarakat, bisa saja terjadi seorang suami yang miskin melakukan perampokan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bisa pula terjadi, seorang ibu yang miskin karena tekanan ekonomi menjual diri demi menghidupi anak-anaknya.
Demikian pula seorang pemuda yang miskin, bisa saja nekat melakukan pencurian karena didorong keinginannya untuk meniru gaya hidup teman-temannya yang anak orang kaya.
Ada banyak orang miskin yang karena ketidakberdayaannya secara ekonomi tidak pernah mengenal Tuhan. Mereka tidak pernah pergi ke masjid untuk shalat sebagaimana mereka tidak pernah berpuasa. Banyak orang seperti ini akhirnya berpindah ke agama lain karena adanya bantuan-bantuan ekonomi yang mampu menyejahterakan hidupnya. Mengingat beratnya godaan-godaan yang dialami orang-orang miskin, maka mereka harus pandai-pandai membentengi keimanannya dengan sabar dan syukur.
Dengan sikap seperti ini orang-orang miskin akan bisa tangguh menghadapi godaan-godaan yang bisa menggoyahkan imannya. Jika untuk mencapai sabar dan syukur mereka tak mampu, maka mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali harus bekerja keras mengatasi kemiskinannya. Mereka harus berjuang keras untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya. Dengan kata lain, orang-orang miskin yang tak bisa sabar dan syukur harus berusaha menjadi orang yang berkecukupan guna melindungi imannya dari rongrongan-rongrongan yang bisa membuatnya kufur, dan bahkan bisa memurtadkannya.
Namun bagi orang-orang miskin yang memang bisa sabar dan syukur, mereka boleh memilih hidup miskin atau sederhana dengan tetap melaksanakan kewajiban-kewajibannya, seperti mencukupi kebutuhan dasar keluarga yang terdiri dari kebutuhan akan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Mereka harus tetap bisa hidup mandiri tanpa menggatungkan atau menjadi beban bagi orang lain. Mereka tidak boleh menggantungkan hidupnya kepada orang lain dengan meminta-minta.
Kedua, sebagai peringatan kepada orang kaya-kaya bahwa kemiskinan yang dialami saudara-saudaranya yang miskin dapat mendorognya kepada kekufuran, baik kufur dalam arti murtad atau ingkar akan adanya Tuhan maupun kufur dalam arti ingkar terhadap perintah dan larangan Allah SWT.
Maka dalam kaitan itulah maka orang-orang kaya diwajibkan mengeluarkan zakat dan disunnahkan memberikan sedekah kepada mereka yang miskin yang membutuhkan uluran tangan. Zakat dan sedekah ini memiliki fungsi sosial yang sangat penting, yakni memeratakan kesejahteraan sosial dan terjalinnya hubungan yang baik antara orang kaya dengan orang miskin. Tegasnya, jangan biarkan masyarakat lapar. (penulis wartawan tabloidbija.com dan dikutip dari tulisan Muhammad Ishomdosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta).