Indonesia Sudah Tua?

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 18 Agustus 2020 12:52:31 WIB


Hari Senin, tanggal 17 Agustus 2020, adalah hari peringatan ulang tahun  kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun. Bendera merah putih dipasang dan dikibarkan dihalaman perkantoran dan rumah-rumah penduduk Indonesia baik di dalam negeri maupun oleh perantauan di luar negeri.

Namun suasana tujuh belasan yang biasa meriah dan penuh dengan gebyar perlombaan anak-anak makan kerupuk, tahun ini lengang, karena pandemi Covid-19. Bahkan untuk upacara kenaikan bendera pusaka oleh Presiden pun dilaksanakan oleh sedikit orang terbatas dan secara virtual kenegaraan melalui aplikasi zoom meeting dan menonton layar televisi. Hal yang tidak pernah terjadi juga tak terfikirkan sebelumnya.

Ooh Indonesiaku...Bangsa kita semua rakyat Indonesia.Sudah 75 tahun umurmu, memang lebih tua dari umurku yang terlahir tahun 1972. Namun jika diibaratkan dengan umur manusia, angka 75 tahun memang sudah tergolong tua , dan disebut sepuh. Manusia diusia ini umumnya sudah keriput kulitnya, rambut memutih oleh uban, tulang ditubuh sudah semakin keropos dan sakit juga rapuh bila digerakkan. Teringat, Almarhum Papaku justru wafat tahun 2009 yang lalu diumur 71 tahun, tidak sampai 75 tahun. Ternyata...ooh rasa sedih hinggap bila direnungkan.

       Selama kurun waktu kemerdekaan Republik Indonesia 75 tahun ini, apa yang sudah kita capai sekarang, sebagai bentuk wujud syukur atas perjuangan mereka pendahulu di garda terdepan merebut kemerdekaan ini?

Jika ingin ditilik lagi, mereka sebetulnya sama seperti kita, sama-sama manusia ciptaan Allah SWT, namun mereka berhasil melawan batas kemampuan untuk memperjuangkan apa yang menjadi kehidupan generasi setelahnya.

Jika saja, mereka menunda perjuangan untuk merebut kemerdekaan, dan berpikir kalau biarlah nasib yang akan menggiring mereka kemana saja, akankah kita dapat merayakan sekian puluh tahun kemerdekaan saat ini?

Jawabannya memang, semua terjadi karena izin Allah. Ada rahmat dan ridha Allah dalam perjuangan mereka, seperti bunyi sila pertama dalam Pancasila yang diusahakan oleh para pendahulu demi tegaknya negara ini.

Kita yang sekarang adalah hasil dari generasi sebelumnya. Dan kita di masa depan, adalah hasil dari kita yang sekarang.Mau menjadi seperti apa kita di masa depan? Kebiasaan dan aktifitas kita sekarang, menentukan keberhasilan generasi penerus di masa mendatang.

Seperti Rasulullah SAW, yang bagai tak melihat dan merasakan segala resiko dakwah yang beliau lakukan, demi satu tujuan, hadirnya Islam di muka bumi kelak. Apa yang beliau harap, jauh melambung tinggi, menatap rendah kesakitan yang diterima dari penolakan masyarakat yang tak suka akan ajaran yang beliau bawa.

Sudahkah itu menjadi teladan kita? Cita-cita akan keberhasilan dakwah Islam melambung tinggi, dibanding dengan sekedar jumlah followers dan likes didunia maya yang bisa dihitung jari.

Perjuangan akan masih terus ada, sebelum Allah SWT memutuskan untuk memanggil kita 'pulang'. Tugas kita para muslim dan muslimah, adalah meneruskan pesan-pesan Allah SWT, seperti yang Rasulullah SAW lakukan, dengan cinta dan kesungguhan, demi tegaknya Islam di kemudian hari.Yang mudah-mudahan dari tulang sulbi mereka, akan lahir pejuang-pejuang yang menggenggam erat nilai-nilai Al Qur'an sebagai tuntunan hidup.

       Amanah kemerdekaan para pendahulu, seharusnya berbanding lurus dengan amalan kita di hari ini.Sudahkah kita berperilaku seperti pejuang kemerdekaan juga? Sudahkah kita melewati batas kemampuan untuk menjadi mukminin seutuhnya karena akhlak yang tumbuh dari Al Qur'an? Mari bersama kita renungkan dan segera bangkit memperbaiki diri, sebelum tua merenggut dan Allah SWT mengambil pinjaman umur ditubuh kita.

Wallahu a'lam, semoga ada hikmahnya.# HUT RI ke-75,17082020.(SZ)