New Normal, Peluang Pemulihan Ekonomi Oleh Irwan Prayitno

New Normal, Peluang Pemulihan Ekonomi  Oleh Irwan Prayitno

Artikel EKO KURNIAWAN, S.Kom(Diskominfo) 02 Juli 2020 15:44:58 WIB


aat ini pandemi Covid-19 sudah masuk ke 216 negara di dunia. Dampaknyapun sudah dirasakan oleh negara-negara tersebut. Di antaranya dampak bidang kesehatan, seperti bertambahnya pasien positif Covid dan munculnya korban yang meninggal. Akibat dari dampak yang terjadi di bidang kesehatan, turut mempengaruhi bidang kehidupan lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, dan lainnya. 

Dengan kata lain, pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai bidang kehidupan masyarakat dunia. Untuk beberapa waktu, masyarakat dunia dibuat tidak berdaya oleh pandemi Covid-19. Dengan belum ditemukannya vaksin atau antivirus untuk menangkal Covid-19 telah mengubah pola pikir dan cara pandang penduduk dunia saat ini. 

Selama ini untuk menangkal wabah Covid-19 caranya adalah dengan memutus transmisi atau menghentikan penyebarannya. Namun hal ini hanya berlaku bagi manusia. Sementara virus Covid sendiri masih tetap ada di sekitar manusia. Maka dilakukanlah lockdown di berbagai negara, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Indonesia, dan kebijakan serupa di berbagai negara. 

Dengan lockdown atau PSBB, manusia menghindari dirinya bertemu dengan manusia lain agar tidak terjadi penyebaran virus yang dibawa atau terbawa oleh manusia dengan berdiam di rumah. Asumsinya, jika semua manusia berdiam di rumah, maka virus tidak bisa berpindah atau menyebar. Sehingga semakin memperkecil peluang terkena virus tersebut. 

Dengan berdiam di rumah, manusia bisa mencegah dirinya tertular atau menularkan virus sekaligus badannya tetap sehat. Banyak yang bisa terselamatkan dari keganasan virus tersebut. Namun akibat berdiam di rumah dilakukan secara bersamaan, memberi pengaruh kepada bidang lain seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan lainnya.  

Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Mei 2020 memprediksi jumlah PHK global akibat pandemi Covid-19 mencapai 195 juta orang pada triwulan II 2020. Sedangkan tingkat pengangguran juga mengalami kenaikan di berbagai negara per April 2020. Amerika Serikat angka penganggurannya menjadi 14,7%, China 6,0%, Jepang 2,5%, Jerman 3,5%, Inggris 4,0%, India 7,8%, Korea Selatan 3,85%. 

Menurut Bappenas, akibat pandemi tingkat pengangguran terbuka akan mencapai 7,8 – 8,5%. Tingkat kemiskinan di 2020 berada di kisaran 9,2 – 10,2%. Jumlah pengangguran di 2020 akan bertambah 4,22 juta orang, dan penduduk miskin akan bertambah 2 juta orang di 2020. Sedangkan Kadin pada Mei 2020 memprediksi jumlah pengangguran akan mencapai 10 juta orang. 

Melihat kondisi dan data yang ada, jika masyarakat terus didiamkan di rumah maka pengangguran dan kemiskinan akan semakin meningkat. Sementara antivirus atau obat belum bisa dipastikan kapan akan ditemukan. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa masyarakat dunia ternyata harus hidup di tengah wabah Covid-19. Mereka tidak bisa terus berdiam di rumah, karena harus bekerja, belajar, berusaha, berdagang, dan lainnya. Namun karena hidup di tengah wabah virus maka masyarakat harus disiplin memakai masker ketika keluar rumah, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi keramaian, menjaga kesehatan dan kebersihan. Dengan demikian, bisa tetap produktif sekaligus aman dari wabah Covid-19. Inilah yang disebut New Normal. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai ditemukannya antivirus yang bisa menangkal Covid-19 dari manusia.    

Kini, New Normal menjadi suatu keniscayaan. Tidak saja karena kondisi yang mengharuskan adanya New Normal, akan tetapi desakan masyarakat dunia dan juga pertimbangan atau evaluasi dari pemerintah setelah beberapa waktu melaksanakan kebijakan lockdown, PSBB atau sejenisnya. 

Kita harus tetap beraktivitas, bekerja, belajar, mencari nafkah, bermasyarakat, dan lainnya. Ada batasnya untuk berdiam diri di rumah. Terlalu lama berdiam di rumah lama-lama akan melumpuhkan kehidupan kita sendiri. Dengan adanya New Normal, memberikan peluang bagi kita semua untuk kembali memulihkan ekonomi.  

Pemulihan ekonomi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) V adalah perubahan keadaan di bidang ekonomi dalam pola konjungtur yang ditandai oleh meningkatnya kembali produksi konsumsi, lapangan kerja, jumlah uang yang beredar, dan permintaan kredit. 

Agar pemulihan ekonomi bisa berjalan baik, pemerintah perlu memberikan  stimulus, relaksasi, fasilitasi, dan subsidi. Baik kepada usaha besar maupun kepada UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah). Seluruh usaha, baik mikro, kecil, maupun menengah dan besar mengalami dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Namun bentuk bantuannya bisa berbeda. Untuk usaha menengah dan besar, pemerintah bisa memberikan stimulus berupa keringanan atau pembebasan pajak untuk selama waktu tertentu. Sehingga mendorong mereka produktif tanpa dibebani pajak untuk sementara waktu. Sedangkan usaha mikro dan kecil pemerintah melalui otoritas terkait seperti OJK bisa memberikan keringanan pembiayaan dari perbankan.

OJK (Otoritas Jasa Keuangan) telah menyampaikan kepada perbankan untuk melakukan relaksasi bagi nasabah UMKM seperti penjadwalan ulang (reschedule) pembayaran cicilan utang atau restrukturisasi utang. Selain itu juga bisa berupa pemberian pinjaman dengan bunga yang lebih rendah. Ini adalah salah satu contohnya. Untuk fasilitasi diberikan sesuai kondisi pemerintah. Sementara untuk subsidi, bisa berupa subsidi bunga kredit maupun subsidi lainnya sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha.  

Usaha besar, menengah, kecil, mikro berkontribusi terhadap pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Jika melihat struktur PDRB menurut lapangan usaha di Sumatra Barat per tahun 2019,  sektor terbesar secara persentase adalah pertanian, kehutanan dan perikanan (termasuk peternakan dan perkebunan) yaitu 22,17%. Di mana jika melihat dari jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya di sektor ini jumlahnya sekitar 50% dari total penduduk secara persentase.  Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami dampak pandemi Covid-19. Tapi bukan merupakan yang terparah. 

Sektor yang terkait pariwisata (jika digabung persentasenya sebesar 16,02%), merupakan sektor terparah dampak pandemi Covid-19. Di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan meskipun mengalami dampak pandemi, petani masih bisa bercocok tanam untuk dijual kepada konsumen, peternak masih bisa beternak untuk dijual kepada konsumen, pekebun masih bisa berkebun yang hasilnya dijual kepada konsumen, yang memelihara ikan masih bisa memberikan makan untuk nanti dijual kepada konsumen. Mereka masih bisa berpoduksi dan produknya masih dibeli konsumen meskipun tidak sebanyak pada kondisi normal. 

Sementara sektor yang terkait pariwisata tidak bisa bergerak karena banyak terjadi PHK atau dirumahkan, dan juga penutupan atau penghentian usaha dan produksi untuk mencegah terjadinya penularan akibat adanya keramaian. Jika dilihat berdasar lapangan usaha, sektor terkait pariwisata di antaranya adalah transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa lainnya (seperti hiburan dan rekreasi).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan pelaksanaan PSBB meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan. Dari enam pembatasan di atas, nampak jelas sektor terkait pariwisata mengalami pembatasan, seperti transportasi, kegiatan di tempat umum, dan kegiatan sosial dan budaya. 

Dengan New Normal, di mana orang bisa kembali beraktivitas maka perlahan-lahan ekonomi akan bergerak kembali. Termasuk sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Produktivitas di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di era New Normal akan kembali bisa diserap oleh masyarakat dengan jumlah yang lebih banyak. Petani yang sebagiannya juga adalah pelaku UMKM bisa mengakses permodalan ke perbankan. Dengan bunga rendah yang ada saat ini, diharapkan bisa membantu mereka untuk kembali berproduksi seperti sedia kala. 

Demikian pula dengan sektor-sektor terkait pariwisata. Dengan New Normal, berbagai usaha terkait pariwisata mulai kembali bergerak. Penginapan, rumah makan, kuliner, transportasi, usaha oleh-oleh, usaha cendera mata, transportasi pariwisata, mulai kembali berjalan. Kami di pemprov telah beberapa kali rapat dengan pemangku kepentingan (stakeholder) sektor pariwisata. Kami juga mengadakan pertemuan dengan pentahelix pariwisata yaitu akademisi, pebisnis, komunitas, media dan pemerintah. 

Dari pembicaraan tersebut, kami sepakat untuk memperbaiki dan membangun kembali sektor pariwisata. Di internal pemerintah, kami juga telah rapat dengan kepala dinas pariwisata yang ada di Sumbar, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk menggerakkan kembali sektor pariwisata. Mulai 8 Juni 2020 kawasan wisata yang ada di kabupaten/kota sudah bisa dibuka lagi. Bukittinggi bahkan mulai lebih awal pada 1 Juni 2020. 

Adapun destinasi wisata pemandian atau kolam renang belum dibuka karena menunggu mekanisme atau aturan agar tempat tersebut bisa dibuka tapi aman dari Covid-19. Karena di tempat ini orang mudah meludah sembarangan tanpa disadari yang berpotensi menularkan Covid-19. Namun destinasi wisata lainnya sudah mulai dibuka kembali, baik yang berbayar maupun tidak. 

Kami melihat sektor pariwisata ini perlu untuk digerakkan kembali karena memiliki dampak ikutan yang cukup besar kepada masyarakat dan UMKM. Kami membuka pintu bagi wisatawan untuk datang ke Sumbar, dan hanya disyaratkan menunjukkan keterangan bebas Covid dan mematuhi protokol kesehatan Covid-19 (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjaga kesehatan dan kebersihan, menjauhi keramaian). 

Di BIM (Bandara Internasional Minangkabau), pendatang kami sediakan tes swab gratis. Baik wisatawan maupun perantau atau warga Sumbar. Mereka tidak perlu membayar biaya tes yang cukup besar sebagai bentuk dukungan kami kepada perantau dan wisatawan yang datang membawa uang untuk dikeluarkan di Sumbar. Ini merupakan bentuk stimulus, fasilitasi dan subsidi kepada sektor parwisata. Karena jika tes swab dikenakan biaya, akan sangat membebani para pendatang, termasuk wisatawan dan perantau. 

Jadi, dengan kondisi sehat yang ditunjukkan hasil tes swab dan disiplin melaksanakan aturan kesehatan, wisatawan sudah bisa masuk ke Sumbar. Mereka sudah bisa menikmati berbagai destinasi wisata di Sumbar. Jika lewat udara atau di BIM dilakukan tes swab, karena jumlah penumpang dan penerbangan tidak sebanyak jalur darat. Sedangkan untuk jalur darat, masuk Sumbar dikenakan rapid test.

Selain wisatawan, dalam rangka menggerakkan kembali sektor pariwisata pemprov melakukan tes swab kepada pekerja pariwisata, seperti pegawai hotel, pegawai rumah makan, pegawai di destinasi wisata, tourist guide, dan lainnya. 

Dengan demikian, destinasi wisata yang dibuka sudah dalam keadaan sehat dan insya Allah aman dari Covid (karena sudah dilakukan tes swab). Wisatawan yang datang sudah melakukan tes dan patuh aturan, memasuki destinasi wisata yang juga sudah aman Covid, insya Allah menjadikan kondisi pariwisata bisa terus menaik. Kami menamakannya sebagai wisata bebas Covid.

Kami juga akan mengembangkan medical tourism, di mana wisatawan yang masuk jika ternyata harus dikarantina maka kami sediakan penginapan yang baik sehingga mereka masih tetapi bisa merasakan sebagai wisatawan. 

Selain itu, kami memfasilitasi biro wisata menargetkan wisatawan yang memiliki uang berlebih untuk datang ke Sumbar. Yaitu mereka yang butuh untuk berwisata dan bersedia mengeluarkan dana yang cukup banyak. Dengan pelaksanaan PSBB selama beberapa waktu, mereka tidak bisa berwisata, padahal butuh berwisata. Kami memfasilitasi agar mereka bisa mengunjungi Sumbar ketika masuk era New Normal. 

Di samping itu, masih ada beberapa lapangan usaha yang persentasenya cukup besar dalam struktur PDRB Sumbar, yaitu: 1. Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, dan 2. Konstruksi. Insya Allah kedua lapangan usaha ini (jika digabung, persentasenya sebesar 25,89%) bisa kembali bergerak dan pulih di era New Normal. Dengan mulai beraktivitasnya masyarakat, otomatis dua lapangan usaha ini juga akan bergerak.   

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemulihan ekonomi harus dilakukan oleh berbagai pihak secara berbarengan. Baik oleh pemerintah maupun pelaku ekonomi. Pemerintah sudah memfasilitasi, memberi stimulasi dan subsidi, melakukan relaksasi. Maka pelaku ekonomi juga harus semangat untuk kembali beraktivitas dan berproduktivitas sehingga perlahan-lahan ekonomi kembali pulih. Namun tetap dengan berdisiplin mematuhi protokol kesehatan Covid-19. 

Kata kunci di era New Normal adalah produktif dan aman Covid. Keduanya harus berjalan seiring agar ekonomi bisa kembali pulih. Sehingga kelak akan muncul peluang-peluang baru yang belum ada di masa sebelumnya. 

Meskipun pandemi Covid-19 belum bisa diprediksi kapan berakhir (atau bisa dianggap masih lama) maka kita harus tetap optimis dalam beraktivitas dan berproduktivitas. Kami melihat respons masyarakat dan pelaku usaha yang positif terhadap era New Normal. Karena mereka sudah mulai kembali ke bidang usahanya masing-masing. 

Jika seluruh pihak terkait bisa kembali beraktivitas sehingga turut berperan dalam memulihkan kondisi ekonomi, dan juga bisa berdisiplin mematuhi protokol kesehatan Covid-19, tidak tertutup kemungkinan ekonomi secara perlahan bisa bergerak, pulih dan mengalami pertumbuhan yang signifikan (setidaknya bisa menyamai masa normal sebelumnya). 

Untuk itu, mari bersama-sama kita manfaatkan era New Normal ini untuk kembali menggerakkan ekonomi sehingga kita bisa bangkit dan pulih dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. Optimisme kita bersama merupakan modal awal untuk mencapai kesuksesan di era New Normal. *