PERAN IBU DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

PERAN IBU DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 09 Desember 2019 23:54:20 WIB


PERAN IBU DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Agama apapun mengajarkan manusia untuk memuliakan seorang ibu. Dalam agama Islam, Rasulullah SAW menauladani kita untuk memuliakan seorang ibu. Seorang lelaki pernah bertanya kepada beliau, “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dari diriku wahai Rasul?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”.

Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” “Ibumu”. “Lalu siapa lagi?” Ayahmu”, jawab Rasulullah SAW (H.R Bukhari dan Muslim). Begitulah posisi Ibu di mata agama, sangat diutamakan dan dimuliakan.

Sosok ibu adalah seorang perempuan yang sangat kuat, tak mudah menyerah oleh keadaan dan tak pernah lelah berjuang untuk keluarga. Gambaran tentang ibu itulah yang hingga kini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang pribadi diri, baik sebagai seorang individu, wanita, istri dan peran lainnya di masyarakat.

 Dan memanglah benar adanya, bahwa ibu adalah tokoh pertama yang terekam oleh memori seorang anak manusia sepanjang hidupnya, sedikit banyak jejak rekam seorang ibunda akan mem”prenetasi” karakter anak nantinya. Tak salah rasanya jika ada kalimat “Ibu adalah madrasah/sekolah pertama bagi anak-anaknya”. Proses pendidikan seorang anak memang dimulai dari seorang ibu, bukan dari guru ataupun pendidik lainnya di sekolah.

Dari ibulah seorang karakter pribadi anak terbentuk, semenjak dari dalam rahim, dilahirkan dan dididik hingga dewasa. Begitu besar pengaruh karakter ibu dalam membentuk karakter anaknya, dan ini artinya ibu sangat berpengaruh dalam membentuk karakter suatu bangsa, karena dari tangannya terbentuk mental-mental generasi penerus bangsa.

Di Indonesia,  setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Sejarah mencatat bahwa latar belakang penetapan tanggal 22 Desember adalah bertemunya para pejuang wanita Indonesia yaitu Korps Wanita Indonesia (Kowani) di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928, yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra menjadi salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Hal-hal yang melatarbelakanginya antara lain perjuangan perempuan dalam kemerdekaan Indonesia, persatuan perempuan senusantara, keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak dan perempuan, perbaikan gizi perempuan dan anak Indonesia, pernikahan usia dini, peningkatan pendidikan bagi perempuan, dan sebagainya. Dan pada tahun 1959, Presiden Sukarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Mengacu pada latar belakang sejarahnya, sudah semestinya Hari Ibu tidak cukup hanya dimaknai dan diperingati sebagai hari kasih sayang kepada para ibu dengan memanjakan para ibu di hari tsb, meskipun hal itu tidak salah. Memaknai Hari Ibu seharusnya kita dapat mengambil semangat yang melatar belakangi sejarah lahirnya hari tersebut, yaitu semangat memperjuangkan hak-hak perempuan dan keterlibatan perempuan dalam membangun kualitas bangsa, apalagi jika meninjau masalah yang dialami perempuan masa kini yang semakin kompleks.

Bagaimana karakter individu membentuk karakter bangsa? Seseorang dalam kehidupan sehari-harinya berinteraksi dengan individu-individu lain, hal ini membentuk interaksi dan karakter masyarakat yang pada akhirnya membentuk interaksi dan karakter bangsa. Karakter bangsa terbentuk dari berbagai macam interaksi individu dalam masyarakat dalam lingkungan sosial budayanya.

Bagaimana membangun bangsa yang berkualitas dan berkarakter? Manusia berkualitas dan berkarakter adalah manusia dengan kepribadian utuh, kehadirannya bernilai positif bagi sekitarnya, dan memiliki kualitas unggul baik fisik maupun moral dan akhlaknya. Kualitas yang dimaksud antara lain memiliki stamina tinggi, tangguh dan ulet, cerdas dalam berpikir dan bertindak, terampil dan memiliki kompetensi, mandiri, bertanggung jawab, produktif, kreatif, inovatif, berorientasi ke depan, disiplin, berbudi dsb. Pembentukan individu-individu dengan kualitas tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh peranan ibu disana.

Pembentukan karakter tidak boleh diserahkan tanggung jawabnya kepada lembaga pendidikan, sekolah-sekolah dan jalur formal semata. Ibu sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya justru memiliki peranan lebih besar dalam pembentukan karakter anak. Waktu anak lebih banyak bersama orang tua khususnya ibu. Disinilah urgensi memaknai hari Ibu, dengan meningkatkan peran wanita dalam pembentukan karakter generasi bangsa. Ibu adalah sosok pertama yang menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, ketrampilan, moral dan budi pekerti. Peranan seorang ibu sangatlah besar dalam membentuk karakter generasi pembangun bangsa ini.

Apapun peran perempuan, baik itu perempuan berkarir, perempuan pengusaha, perempuan berkarir di rumah tangga dan lain sebagainya tetap memiliki tanggung jawab yang begitu kompleks. Perempuan kini harus lebih adaptif dengan kondisi kekinian, bagaimana dia mampu memberdayakan potensi dirinya, berprestasi, mengaktualisasi intelektualitas diri, bermanfaat bagi lingkungannya, dengan tetap menjalankan tanggung jawabnya bagi keluarga. 

Di keluarga, perempuan merupakan benteng dan pendidik bagi anak-anaknya. Di bidang pendidikan, perempuan dengan jumlah yang besar menjadi potensi tenaga kerja dan SDM yang berkualitas jika pendidikannya dikelola dengan baik, dan ini potensi bagi bangsa. Di bidang ekonomi, perempuan melalui berbagai jalur mampu terlibat dalam meningkatkan ekonomi keluarga, pun demikian di bidang-bidang lainnya.

Yang menjadi tantangan sekarang adalah bagaimana cara kita menyiapkan perempuan sebagai kader pencetak generasi bangsa yang berkualitas di tengah gempuran arus hegemoni budaya asing yang semakin menggerus moral anak bangsa serta pandangan sebagian pihak yang masih menjadikan perempuan adalah obyek.

Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kekerasan pada perempuan, tingginya angka perdagangan perempuan (human traffict), dan pergaulan bebas yang berimplikasi pada perempuan sebagai korbannya. Tantangan bagi kita semua untuk mengubah segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, dengan memberikan “ruang gerak” yang lebih luas, namun tetap memandang dan menempatkan kaum perempuan tetap dari sudut pandang sebagai perempuan, tanpa harus mengubah jati diri perempuan itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan kampanye dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang disebut “Three Ends”, yaitu “Akhiri Kekerasaan terhadap Perempuan dan Anak”, “Akhiri perdagangan perempuan dan anak (human traffict)”, “Akhiri Kesenjangan Akses Ekonomi bagi Perempuan”

Besar harapan kualitas suatu bangsa tertumpu pada perempuan. Sejauh mana kaum Ibu yang jelas adalah perempuan dengan perannya mampu berkontribusi dan berkarya bagi bangsa ini, serta mencetak generasi-generasi bangsa yang berkualitas. Mengingat sabda Rasulullah SAW, “Perempuan adalah tiang negara, apabila dianya baik maka baiklah negara, apabila dianya rusak maka rusaklah negara” (H.R Bukhari dan Muslim). Semoga menjadi motivasi untuk semua kita, menjadi lebih baik demi kejayaan Bangsa.