Ustaz
Artikel () 08 Desember 2019 07:17:37 WIB
Panggilan ustaz sudah sangat familiar bagi kita umat Islam di Indonesia. Panggilan ustaz biasanya disandangkan kepada mereka yang memberikan ceramah agama maupun guru di sekolah agama.
Selain itu, panggilamn ustaz juga sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang memiliki ilmu dan pengetahuan tentang agama namun profesinya bukan penceramah atau guru.
Penghormatan masyarakat selama ini kepada para ustaz adalah sebuah sikap positif yang menempatkan mereka sebagai panutan. Oleh karenanya, ustaz menjadi sosok yang senantiasa dihormati dan dihargai oleh masyarakat.
Namun saat ini, ada beberapa ustaz yang mengalami hal tidak menyenangkan. Awalnya karena menunjukkan keberpihakannya dalam pemilu, khususnya pemilihan presiden. Setidaknya hal ini yang saya lihat sebagai salah satu sebab terjadinya semacam permusuhan terhadap ustaz yang dimaksud.
Katakanlah ada dua ustaz yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Yaitu ustaz A dan ustaz B. Pada pemilihan presiden 2019 kedua ustaz memberikan dukungan kepada masing-masing capres. Akibat pemberian dukungan tersebut, keduanya mendapatkan reaksi negatif dari netizen.
Kedua ustaz ini sesungguhnya sudah banyak memberikan manfaat kepada masyarakat. Ustaz A, dikenal dengan program penghafal Alquran dan bisnisnya. Ustaz B dikenal dengan ceramahnya yang membangkitkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap agamanya dan kaya akan khasanah keilmuan.
Kiprah kedua ustaz ini tidak hanya di lingkup Indonesia, juga sudah mancanegara. Di luar negeri mereka sangat dihormati.
Namun akibat pilpres, kedua ustaz ini dimusuhi oleh sebagian dari pendukung capres lawannya. Jika ustaz A mendukung capres X, maka ia dibenci oleh sebagian pendukung capres Y. Demikian pula ustaz B yang mendukung capres Y, dibenci oleh sebagian pendukung capres X.
Yang agak kelewatan, kedua ustaz ini tidak hanya dimusuhi oleh orang yang seagama saja, tetapi orang yang berbeda agama dengan kedua ustaz tersebut juga ada yang membencinya dan secara terang-terangan menunjukkan ekspresinya di media sosial.
Hari ini masyarakat, khususnya umat Islam menjadi umat yang mengalami adu domba yang sangat merugikan. Dan terkesan tak berhenti. Meskipun pilpres sudah lewat, kedua ustaz tersebut masih sering diserang hingga kini.
Maka, yang merugi saat ini adalah umat Islam yang teradudomba demikian hebatnya. Sehingga emosi lebih menguasai benak pikiran mereka dibanding bersikap rasional.
Di luar kedua ustaz ini, memang ada juga fenomena yang menarik. Bahwa ternyata ada juga ustaz-ustaz yang terpancing dengan info hoaks kemudian disebarkan di media sosial miliknya. Hal ini juga tidak bagus, karena memberikan contoh yang buruk kepada masyarakat.
Dengan kemampuan literasi yang masih kurang menggembirakan, siapapun ternyata bisa menjadi korban hoaks yang kemudian menjadi pengujar kebencian akibat info hoaks tersebut. Termasuk para ustaz.
Jadi, ternyata selain ada ustaz yang dibenci oleh mayarakat karena beda pilihan cdalam pilpres, juga ada ustaz yang menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Semoga lembaga terkait bisa turun tangan membenahi hal seperti ini.
Dengan kondisi ekonomi yang kurang menggembirakan, kebencian dan adu domba hanya akan membuat kondisi kita makin terpuruk. Seharusnya kita bersikap positif dan menjauhi hal-hal negatif agar kualitas hidup kita semakin baik. (efs)
ilustrasi: shuterstock