Orang Asing Terjebak Polis Asuransi
Artikel () 06 Desember 2019 09:48:02 WIB
Harian Kontan edisi 5 Desember 2019 dalam salah satu judulnya memuat tulisan dengan judul, “Wah, 474 Warga Korea Terjebak di Jiwasraya”. Kemudian di bawah judul tertulis, “Polis Asuransi yang belum terbayar senilai Rp 572 miliar”.
Beberapa waktu lalu saya pernah menulis tentang polis JS Saving Plan milik nasabah yang gagal dibayar oleh Jiwasraya. Dan ternyata, dari banyaknya nasabah tersebut terdapat juga nasabah asing, yaitu orang Korea. Ada 474 polis nasabah warga Korea Selatan yang belum dibayar oleh Jiwasraya. Jumlahnya Rp 572 miliar. Sebuah jumlah yang sangat besar.
Sebabnya orang Korea tersebut bisa membeli polis asuransi Jiwasraya karena dijanjikan return yang tinggi, perusahaan milik pemerintah, disebut sebagai deposito (bukan bankassurance).
Salah seorang nasabah asal Korea tersebut adalah Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Electronic Indonesia. Ia sudah melaporkan kejadian ini ke Kedubes Korea di Jakarta dan juga pemerintah RI agar BUMN dan OJK mau bertanggung jawab. Lee menyesalkan mengapa ini terjadi, karena seharusnya bisa dikontrol agar tidak menjadi buruk dan busuk.
Selain dari Korea, ternyata juga ada nasabah asing yang berasal dari Malaysia dan Belanda. Perwakilan nasabah Jiwasraya sudah mengadukan masalah mereka ke Komisi VI DPR RI guna meminta bantuan menangani masalah nasabah tersebut.
Ada tiga permintaan atau tuntutan dari perwakilan nasabah Jiwasraya. Pertama, meminta Kementerian BUMN turun tangan melunasi kewajiban Jiwasraya. Kedua, meminta pemerintah mengeluarkan dana talangan bagi nasabah. Ketiga, adanya berbagai tindakan penyelamatan Jiwasraya jangan dijadikan alasan untuk menunda pelunasan polis.
Belajar dari kasus Jiwasraya, maka sudah selayaknya kita sangat berhati-hati dalam menerima tawaran bankassurance dengan iming-iming return tinggi. Apa yang terjadi pada nasabah asing, asuransi ditawarkan sebagai deposito patut menjadi perhatian bagi kita.
Investasi terbaik boleh jadi adalah tabungan dan deposito ketika kita tidak tahu dengan produk investasi lain yang kita tidak kuasai informasinya. Namun jika kita sudah tahu berbagai instrumen investasi yang aman, itu akan lebih bagus, karena semakin banyak pilihan. (efs)
Referensi: Harian Kontan 5 Desember 2019
ilustrasi: freefoto dotcom