Wisata Ramah Muslim

Wisata Ramah Muslim

Artikel () 06 Desember 2019 08:57:59 WIB


Harian Kontan edisi 5 Desember 2019 dalam salah satu halamannya memuat tulisan pariwara tentang wisata ramah muslim di Korea Selatan. Pariwara setengah halaman tersebut memuat foto Islamic Center yang ada di Korsel, dan daftar biro perjalanan yang berbasis di Jakarta yang menawarkan paket wisata ke destinasi wisata ramah muslim di Korsel. 

Selain itu di halaman pariwara tersebut juga memuat tulisan tentang wisata ramah muslim yang ada di Korsel yang berjudul, “Wisata Ramah Muslim di Gyeongsangbuk dan Busan, Korea”. Di bawah judul tersebut tertulis, “Korea kini menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi banyak wisatawan Indonesia. Wisatawan Muslim yang berkunjung ke Korea tak perlu ragu dan khawatir, terutama untuk urusan makan”. 

Kemudian dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa dengan semakin banyaknya wisatawan muslim dunia yang datang ke Busan, semakin banyak berdiri restoran yang ramah bagi wisatawan muslim.  

Sejak 2016 organisasi pariwisata Korea telah mengklasifikasi restoran ramah muslim ke dalam empat kategori. Pertama, restoran bersertifikat halal. Restoran ini mendapat sertifikasi halal dari badan terakreditasi seperti Korean Muslim Federation. 

Kategori kedua, restoran swa-sertifikasi (self certified). Restoran ini pemilikinya seorang muslim, disertifikasi sendiri oleh pemiliknya, dan hanya menjual menu halal saja. Kategori ketiga, ramah muslim (muslim friendly), di sini restoran menjual menu halal dan juga alcohol.

Kategori keempat, bebas daging babi (pork free), di sini restoran tidak menjual menu halal, tidak menggunakan daging babi di menunya, dan menjual alkohol.   

Di Malaysia, tepatnya Kuala Lumpur saya pernah melihat restoran yang menggunakan logo halal, menuliskan pork free, dan pork menu. Informasi semacam ini penting bagi wisatawan asing yang beragama muslim dalam mencari makanan halal di Malaysia. 

Sedangkan di Jakarta, di beberapa mal besar, restoran asing juga ada yang mencantumkan pork free. Hal seperti ini memang diperlukan agar seorang muslim bisa membeli produk restoran tersebut. 

Kembali ke wisata ramah muslim di Korea, keindahan alam Korea maupun destinasi wisatanya sudah terpasarkan melalui drama-drama Korea. Saya melihat bahwa drama atau film Korea sangat memperhatikan estetika, baik alam atau tempat pengambilan gambar, kendaraan atau mobil, gadget atau ponsel pintar yang dipakai oleh pemerannya, serta dekorasi rumah atau kantor. Hal ini membuat drama Korea sangat disukai oleh penonton orang Indonesia karena enak dilihat dan bagus. 

Ada juga tempat wisata di Korea yang bebas visa, tapi tidak semuanya. Tempat ini juga menjadi salah satu tujuan wisatawan asing global, termasuk dari Indonesia. Dan tempat ini disajikan dengan baik melalui drama Korea. 

Sumbar sendiri saya lihat sudah menggunakan media tontonan untuk mempromosikan pariwisatanya. Misalnya, azan maghrib di sebuah stasiun televisi swasta menggambarkan keindahan alam di Sumbar. Kemudian peliputan Tour de Singkarak oleh media asing dan domestik, juga ditayangkan di televisi.   

Jika pariwisata Korea sudah dipromosikan di koran Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa negara lain menjadikan wisatawan muslim sebagai target wisatawan mereka dengan persiapan yang serius. Semoga di Sumbar pun bisa terjadi hal demikian, di mana wisatawan asing yang muslim menjadikan Sumbar sebagai tujuan wisatanya. (efs)

Referensi: Harian Kontan, 5 Desember 2019

ilustrasi: freefoto dotcom