Yok Cegah Generasi Muda Minang Tertular Penyakit HIV/AIDS
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 04 Desember 2019 14:48:21 WIB
Oleh Yal Aziz
SEBAGAI orang Minangkabau yang punya filosofi Adat Basandi Syarak dan Syarak basandi Kitabullah, tentu kita malu mendengar informasi tentang jumlah penderita HIV/AIDS di Sumatera Barat telah sangat fantastis mencapai 1.192 orang dan tersebar di seluruh kabupaten/kota.
Jumlah tersebut masih angka kumulatif yang dihimpun Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumbar. Katanya, usia yang sangat rawan dan rentan terkena penyakit Human Immunodeficiency virus berkisar 15 sampai 19 tahun.
Secara tioritis, penderita HIV/AIDS atau penyumbang terbanyak itu berasal dari masyarakat yang terlibat hubungan homoseksual atau penyuka sesama jenis, yakni antara laki-laki dengan laki-laki. Kemudian melaluhi pergaulan bebas atau berhubungan badan secara bebas, kumpul kebo, penggunaan narkoba dengan jarum suntik, dan sejumlah faktor lainnya.
Menyikapi persoalan HIV/AIDS ini, tentu kita berharap kepada Walikota Padang untuk melarang segala bentuk maksiat dan menertibkan semua cafe-cafe yang menjamur seperti di Kawasan Pondok, Kecamatan Padang Selatan. Kenapa? Karena keberadaan cafe-cafe tersebut lebih bernuansa maksiat, karena pengunjung cafe-cafe tersebut adalah masyarakat yang ingin mencari kebebasan di dunia sek.
Sedangan istilah Kota Padang bagaikan kota mati bila tak ada pusat hiburan dan cafe, meruakan bahasa germo yang sengaja mendatangkan atau memeliara wanita-wanita untuk menjadi daya tarik bagi tamu manusia hidung belang.
Khusus kepada organisasi wanita atau perempuang, agar bersuara lantang menolak keberadaan cafe. Kenapa? Karena keberadaan cafe-cafe tersebut, lebih banyan mudarat daripada manfaatnya. Bahkan, bermula dari kebiasaan menikmatik kehidupan malam di cafe-cafe, bisa saja merubah pola pikir generasi muda, kepada kehidupan sek bebas.
Bertitik dari fakta tersebut, kita tentu berharap kepada ormas-ormas dan lembaga sosial masyarakat untuk mendesak Walikota Padang untuk menertibkan keberadaan cafe-cafe dikawasan Pondok dan dipinggir luat kawasan purus.
Munculnya cafe-cafe di kawasan Purus, sudah barangtentu berdampak kepada kunjungan masyarakat kelokasi wisata pantai tersebut. Apalagi suasana yang diciptakan pemilik cafe sengaja memancing datang para lelaki hidung belang dengan wanita tak senonoh yang tak bermoral.
Sedangkan kepada Walikota Padang yang nota bene didukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), agar bersikap tegas dengan menertibkan segala bentuk cafe-cafe yang bernuansa sek bebas. Bagaimanapun kerusakan mental generasi muda, jelas akan berdampak dengan alih generasi dalam memimpin Kota Padang kedepan. (penulis wartawan tabloidbjak.com dan ketua smsi sumbar).