Penyesalan

Penyesalan

Artikel () 01 Desember 2019 22:25:07 WIB


Sebuah pepatah lama berbunyi, “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Artinya adalah, sebaiknya suatu perbuatan dipikirkan terlebih dahulu baik buruknya agar tidak terjadi penyesalan. 

Dalam Alquran surat Al-Munafiqun ayat 10 artinya adalah, “Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, lalu dia berkata (menyesali), “Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh”.  

Jadi, di dalam Alquran digambarkan seorang yang sudah meninggal menyesali kehidupannya yang tidak berinfak dari harta yang dimilikinya yang sudah diberikan Tuhan kepadanya. 

Hari ini seringkali kita melihat betapa banyak orang  sepertinya sudah terlalu cinta akan kehidupan dunia sehingga dengan kehidupan yang semakin keras semakin terasa sulit untuk bersedekah. 

Bersedekah adalah salah satu amal perbuatan di antara amal perbuatan lain yang dianjurkan dalam Islam. Bergitu banyak perbuatan baik yang mencerminkan amal saleh, tetapi sedekah ternyata lebih dijadikan sebagai suatu indikator kebaikan seorang muslim ketika hidup di dunia. 

Bersedekah tidak harus menunggu kaya. Bersedekah dengan apa yang ada juga bisa. Karena mati pun tidak menunggu tua, bisa datang kapan saja. Bersedekah adalah perbuatan yang memberikan suatu kebaikan kepada orang yang tidak mampu sehingga tertolong. Betapa senang orang yang sedang susah diberikan pertolongan berupa sedekah. 

Agar tidak terjadi penyesalan, seorang muslim setidaknya harus berinfak dalam kehidupannya. Dan tidak hanya sekali berinfak, tetapi sesering mungkin. Karena sesungguhnya dampak positif dari berinfak akan dirasakannya kemudian, bahkan dibalas berlipat-lipat. Orang yang bukan muslim saja banyak yang melakukan perbuatan bersedekah, karena yakin akan muncul sebuah kebaikan yang berdampak positif di dalam hidupnya.  

Rasulullah Saw adalah contoh yang bisa diteladani. Beberapa peristiwa menjelaskan bagaimana beliau Saw senantiasa berinfak dalam hidupnya. Ketika hijrah ke Madinah, Nabi Saw membeli tanah milik anak yatim dengan uangnya yang kemudian dibangun Masjid Kuba, masjid yang pertama kali dibangun Nabi Saw. Uang yang dikeluarkan setara hampir Rp 2 miliar jika dikonversi ke mata uang rupiah zaman sekarang. 

Kemudian ketika Haji Wada Nabi Saw berkurban 100 ekor unta. Jika harga unta dimisalkan Rp 10 juita, maka Nabi Saw berkurban setara Rp 1 miliar. Dan selama hidupnya Nabi Saw terlihat hidupnya miskin karena senantiasa berinfak besar-besaran. Kebiasaan seperti ini juga ditiru oleh Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya terlihat miskin karena sering berinfak dengan apa yang ada pada mereka. 

Penyesalan tidak berinfak yang sudah disebutkan di Alquran semoga bisa menjadi sebuah pemicu bagi kita yang muslim agar senantiasa berinfak atau bersedekah, meskipun nilainya tidak besar. (efs)

ilustrasi: freefoto dot com