Kota Padang Haruslah Bersih Maksiat

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 04 November 2019 13:57:46 WIB



Oleh Yal Aziz

SEANDAINYA, mantan Gubernur Sumatera Barat, Hasan Basri Durin masih hidup, so pasti mantan Walikota Padang itu akan marah dan bersedih. Kenapa? Karena melihat kondisi Kota Padang yang telah menjamurnya tempat-tempat hiburan malam yang identik dengan kehidupan maksiat. Padahal,  saat Hasan Basri Durin menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat, Ranah Minang harus clin Tourism atau wisata bersih.

Tapi faktanya kini, sebagaimana diberitakan media online Covesia.com, puluhan remaja  terdiri dari 15 wanita dan 11 pria diamankan tim gabungan yang dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perizinan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kesbangpol serta tim SK4 Kota Padang, Minggu, 3 November 2019, dini hari, di berbagai tempat hiburan di Kota Padang. 

Sebagai orang Minang, tentu saja fakta ini memilukan dan menyedihkan. Kenapa? Karena Ranah Minang sudah dikenal sebagai daerah yang masyarakatnya taat beragama dan memegang teguh adat dan budayanya. Tapi faktnya kini, sungguh menyedihkan dan memilukan.

Tanpa bermaksud melecehkan dan meremehkan Walikota Padang, H Mahyeldi Ansyarullah, yang notabene politisi dari Partai Keadilan Sejahtera, yang jelas kehidupan malam di Kota Padang sudah boleh dikatakan bertabur maksiat, karena beroperasinya cafe-cafe ilegal dan liar dikawasan Pondok dan dipingggir laut. Bahkan konon kabarnya, keberadaan tempat maksiat tersebut, dibeking urang bagak.Bahkan, walaupun ada razia dan penertipan, itu hanya sandiwara aparat untuk memperbesar setoran. 

Yang anehya lagi ninik mamak yang tergabung di LKAAM, baik yang di Kota Padang, maupn LKAAM Sumatera Barat, seakan cuek dan tak peduli dengan praktek maksiat ini. Begitu juga lembaga adat yang berada di kecamatan dan kelurahan. Bahkan, meskipun ada keluhan dan keresahan dari tokoh masyarakat RW 02 di Kelurahan Belakang Pondok, dianggap bagaikan angin lalu.

Kini, sudah saatnya masyarakat yang anti maksiat untuk bertindak dan bersikap dalam menyikapi menjamurnya cafe-cafe atau tempat hiburan yang sengaja menyediakan minuman beralkohol dan wanita penghibur plus untuk bersikap tegas dan menyatakan sikap perang dengan keberadan timpat-tempat  hiburan malam tersebut.

Jika tidak, so pasti gempa bumi yang pernah melanda Ranah Minang 2009 lalu dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatra Barat pada pukul 17:16:10 WIB, 30 September 2009, terjadi lagi.

Berdasarkan cacatan sejarah,  gempa waktu itu menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatra Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang[4], Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. 

Kemudian berdasarkan  data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatra Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah rusak ringan. 

Bertitik tolak dengan fakta yang pernah melanda Sumatera Barat tersebut, sudah saatnya para alim ulama dan tokoh adat untuk bertegas-tegas menyikapi masalah kehidupan malam di Kota Padang dan beberapa daerah tingkat dua lainya. Semoga!!!. (penulis waratwan tabloidbijak.com dan ketua smsi sumbar).