Nontunai dan Nonbank

Nontunai dan Nonbank

Artikel () 30 September 2019 20:56:40 WIB


Perkembangan internet dalam beberapa tahun terakhir memang cukup cepat. Sehingga kecepatan internet yang kian kencang mendukung orang untuk melakukan komunikasi seperti video call. Di samping itu, perkembangan produksi ponsel pintar semakin cepat pula. Sehingga semakin banyak ponsel pintar bisa dibeli dengan harga terjangkau, meskipun ponsel dengan harga yang mahal pun banyak dijual dan cukup laku keras. 

Perkembangan internet cepat yang kian cepat dan produksi ponsel pintar dengan harga murah turut mendukung maraknya aplikasi pembayaran nontunai. Dan fenomena ini turut memberikan pengaruh kepada bank yang sudah memiliki uang elektronik (e-money) yang menggunakan kartu. Sehingga uang elektronik melalui aplikasi di ponsel lebih disukai oleh banyak konsumen. 

Bank BCA atau Mandiri yang telah memiliki kartu uang elektronik seperti Flazz dan e-Money mendapat saingan kuat dari aplikasi pembayaran nontunai berbasi aplikasi seperti Go Pay, Dana, Ovo, Link Aja, dan lainnya. 

Tabloid Mingguan Kontan edisi 30 September – 6 Oktober 2019 dalam satu halaman penuh yang berjudul Data & Grafik memuat informasi tentang “Nonbank Dominasi Transaksi Elektronik”.  Mereka yang mengelola uang elektronik berbasis aplikasi telah menguasai lebih 60% pasar. Konsumen banyak menyenangi aplikasi ini karena berbasis aplikasi yang bisa diinstal di ponsel, banyak tawaran diskon yang sering disebut cash back, dan jika ponsel hilang masih bisa diinstal di ponsel baru, serta memudahkan pula para penjual sehingga mengurangi penyediaan uang tunai untuk kembalian. Berbeda dengan uang elektronik berbasis kartu, yang jika hilang tidak bisa kembali uangnya. 

Lalu siapa saja pemain di uang elektronik ini? Berikut datanya beserta persentase pangsa pasar yang dikuasai. 

 

OVO (37%)

Go Pay (17%) 

Bank Mandiri (13%)

DANA (10%)

Shoope Pay (6%)

BRI (5%)

BCA (5%)

Link Aja (3%)

iSaku (2%)

Lainnya (1%)

 

Dari jumlah pengguna, data yang bisa dihimpun adalah sebagai berikut: 

OVO (115 juta per Juni 2019)

DANA (10 juta per Maret 2019)

Link Aja (26 juta per Juli 2019)

 

Sedangkan dari nominal atau jumlah transaksi pada 2018, datanya sebagai berikut: 

Go Pay (Rp 28 triliun)

Bank Mandiri (Rp 13,35 triliun)

DANA (1 juta transaksi per hari)

BCA (Rp 4,04 triliun)

Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik mengalami peningkatan yang cukup pesat. Jika di 2012 nilainya sebesar Rp 1,97 triliun, di 2018 sudah berada di Rp 47,19 triliun. Kemudian per Agustus 2019 nilainya sudah Rp 81,92 triliun. 

Sedangkan volume transaksi uang elektronik juga mengalami peningkatan yang juga cukup pesat. Pada 2012 ada lebih 100 juta transaksi, naik di 2016 menjadi 683 juta transaksi. Di 2017 menjadi 943 juta transaksi, kemudian di 2018 2.922 juta transaksi. Dan per Agustus 2019 sudah 3.278 juta transaksi. 

Dengan melihat hal ini, para pelaku usaha pun harus melakukan adaptasi terhadap keinginan konsumen untuk melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik berbasis aplikasi. Apalagi jika konsumen mengetahui ada diskon atau cash back jika membayar menggunakan aplikasi tersebut. 

Saya melihat, perkembangan pembayaran nontunai di Kota Padang sudah lumayan bagus. Semakin banyak penjual yang melayani pembayaran dengan uang elektronik berbasis aplikasi, khususnya untuk kuliner. Jika dikaitkan dengan pariwisata, tentunya para pelaku usaha yang terkait dengan pariwisata juga mesti menyiapkan pembayaran nontunai jika konsumen menginginkannya. Semakin dipermudah wisatawan atau konsumen melakukan pembayaran non tunai, kemungkinan akan semakin banyak transaksi non tunai yang terjadi. Baik dalam volume transaksi, maupun nilai nominalnya. (efs)

Referensi: Tabloid Mingguan Kontan, 30 September – 6 Oktober 2019

ilustrasi: freefoto dotcom