Ketika Pesohor Masuk Islam
Artikel () 23 Juni 2019 16:45:23 WIB
Beberapa waktu lalu, mungkin sekitar 1 atau 2 hari sebelumnya, seorang pesohor yang cukup terkenal karena pembawa acara sebuah stasiun televisi mendeklarasikan dirinya masuk ke dalam agama Islam. Beritanya viral dan mendapat respon positif dari netizen muslim.
Dirinya adalah seorang pesulap yang kemudian menjadi pembawa acara di sebuah stasiun televisi. Kemudian juga aktif di youtube sehingga membuat chanel youtube yang berisi berbagai macam bahasan aktual. Dan salah satu bahasan aktual tersebut adalah tentang Islam. Baik ajaran Islam maupun umat Islam.
Dari cara pandangnya tentang Islam, ajaran Islam, dan umat Islam, nampak dirinya bisa memahami adanya isu miring yang ditimpakan kepada umat Islam di Indonesia. Sehingga dirinya tidak begitu percaya tentang isu semisal radikalisme, terorisme, yang dicoba ditujukan kepada umat Islam Indonesia.
Dalam chanel youtubenya, ia sering mencoba bersikap adil terhadap isu-isu yang sering menimpa umat Islam di satu sisi, dan di sisi lain ia juga tidak ingin menyudutkan pihak lain. Namun demikian, pembawaannya terkesan garang, karena sering tampil di youtube dengan memperlihatkan ototnya. Bicaranya cenderung tegas dan tidak basa-basi, sehingga terlihat seperti seorang pemarah. Akan tetapi ketika berbicara tentang Islam, ia berusaha obyektif dan hati-hati.
Saya berupaya untuk tidak terkesan mencoba mempromosikan sosok ini. Karena apa yang saya utarakan ini bisa dilihat di chanel yotubenya. Namun hanya sebagai sebuah penilaian terhadap seorang pesohor yang memiliki cara pandang positif dan obyektif. Tidak hanya kepada Islam, juga kepada agama lain dan juga kepada hal-hal lain. Ia bukan seorang provokator atau orang yang mudah menyampaikan ujaran kebencian.
Namanya adalah Dedi Cobuzier, pembawa acara Hitam-Putih di stasiun televisi Trans7. Dalam acara yang dibawakannya, ia juga kerap mengundang narasumber terkait tentang Islam, seperti ustaz, penghafal Alquran, dai, dan lainnya. Respon penonton pun positif terhadap acaranya tersebut.
Kisah DC ini mengingatkan saya tentang kisah orang Jepang yang masuk Islam, dan kisahnya beredar di media sosial beberapa tahun lampau. Jadi, ada orang Jepang yang baru masuk ke dalam Islam menyatakan kekecewaanya. Dia menyesalkan mengapa baru saat itu dia masuk ke dalam Islam. Dia mempertanyakan ke mana saja selama ini umat Islam. Mengapa dia baru tahu adanya Islam sebagai ajaran hidup yang mulia untuk dunia dan akhirat.
Dari kisah orang Jepang tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa sebagai seorang muslim kita memiliki kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam. Tidak mesti menjadi penceramah atau dai untuk menyampaikan ajaran Islam. Tapi cukup dengan berperilaku sesuai ajaran Islam.
Dan jika dikaitkan dengan wisata halal dan kuliner halal, maka sudah sewajarnya para pelaku pariwisata dan yang terkait berperan memajukan wisata halal dan kuliner halal di Sumbar dengan mengedepankan perilaku yang sesuai ajaran Islam yang juga berlaku universal. Sehingga hal ini bisa meminimalisir adanya perilaku yang kurang terpuji di lokasi wisata maupun lokasi kuliner.
Jepang sendiri, meskipun warganya bukan mayoritas beragama Islam, sudah lebih awal mengembangkan wisata halal dan kuliner halal. Mereka menarik wisatawan muslim dengan pelayanan yang baik. Sehingga berhasil menarik minat wisatawan muslim mancanegara.
Semoga Sumbar bisa semakin meningkatkan kualitas wisata halal dan kuliner halalnya dan dirasakan oleh wisatawan. Karena pada 2019 ini Indonesia sudah berada di posisi nomor 1 tujuan wisata halal dunia. Dan Sumbar juga menjadi bagian dari tujuan wisata halal dari banyak provinsi di Indonesia yang sudah direkomendasikan oleh Kementerian Pariwisata. (efs)