Menata Kawasan GOR H Agussalim Bernuansa Religus

Menata Kawasan GOR H Agussalim Bernuansa Religus

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 13 Mei 2019 09:05:28 WIB


 

SEBAGAI anak bangsa yang berdomisili di Kota Padang, tentu kita tereyuh juga melihat prilaku remaja dan para pedagang di Kawasan GOR Haji Agussalim. Kenapa? Karena beberapa titik dari Kawasan GOR tersebut telah berubah fungsi  menjadi ajang maksiat, yang dilakukan remaja dan wanita malam sepulang dari cefe-cafe yang cukup menjamur juga di Kota Padang.

Juur, sebelumnya saya juga tak percaya dengan informasi tentang kondisi di Kawasan GOR Haji Agussalim yang telah berubah fungsi. Tapi begitu menyaksikan adengan remaja berciuaman dan saling raba disiang bolong, saya pun kaget. Begitu juga dengan aksi perjudian.

Khusus adengan sek, yang hebat dan memalukan, para ramaja dengan pakaian sekolah dengan jilbabnya, justru beradengan sek ditempat duduk yang memang disediakan oleh pedagang dengan mempergunakan mobil yang sudah dirancang khusus. Para remaja yang lagi kerasukan syetan tersebut tanpa malu-malu meraba alat vital sang remaja pria, serta mengambil posisi merebahkan kepala dipaha sang pria.

Yang ironisnya lagi, kedua remaja yang lagi dimabuk cinta dan terbirahi sek tersebut tak terlalu memperdulikan masyarakat disekitarnya. Bahkan, kedua sejoli yang lagi kerasukan syetan tersebut tanpa malu-malu melakukan adengan yang sebagaimana flem sek. Padahal, kondisi dua sejoli tersebut masih pakai baju seragam sekolah. Aksi yang mereka lakukan saling raba dan berciuman, layaknya pasangan suami istri. 

Jika malam atau dini hari, ada juga aksi pria dan wanita di kawasan GOR H Agussalim tersebut dan para pelakunya para wanita malam yang bekerja di tempat-tempat hiburan malam. Kemudian para wanita malam tersebut sengaja memanaatkan waktu menjelang pagi untuk pulang kerumahnya masing-masing. Soalnya, tempat hiburan di Kota Padang hanya diberikan waktu buka hingga 01.00 WIB dinihari. Maka untuk menunggu pagi, para wanita pelayan di beberapa diskotik atau bar tersebut sengaja memanfaatkan waktu untuk bermain dan bersenda gurau menjelang pagi dengan duduk-duduk santai di salah satu warung di kawasan GOR.

Layaknya wanita malam, ketika ketemu lawannya bicara, tanpa malu-malu dan sungkan, selain berbahasa tak senonoh, juga melakukan aksi penampakan aurat kewanitaannnya. Bagi pria yang sudah terbiasa so pasti akan bersendagurau dengan wanita malam tersebut, sehingga  menjadikan suasana di warung tenda kawasan GOR itu, bagaikan perkampungan Nudist penikmat sek bebas tanpa batas. Bahkan diperkampungan nudist tersebut, semuanya dalam kondisi bugil. Tapi di kawasan GOR Haji Agussalami hanya berpakaian tak senonoh saja alias norak dipandang mata.

Selain kondisi adengan sek tersebut, Kawasan GOR Haji Agussalam, juga dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Padang sebagai ajang permainan judi, baik melalui perainan domino, kertas KOA, juga main song mempergunakan kartu remi. Diakui, skala permianan judi di Kawasan GOR masih dalam skala kecil alias hanya untuk mengisi waktu atau menafaatkan waktu luang. Pelakuknya beragam dengan latar belakang profesi.

Kemudian, ada juga nonton bereng pertandingan sepakbola, apakah itu pertandingan Liga Inggris, Spayol dan Piala UEFA dan Champions. Yang jelas para maniak sepakbola ini, memanfaatkan waktunya untuk nonton bareng untuk berjudi dan menikmati hasil pertandingan sepakbola bergensi tersebut.  

 Kedepan tentu kita berharapa kepada Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Padang yang punya otoritas tentang pemanfaatan GOR, agar melakukan aksi penertiban terhadap pedagang-pedagang yang memanfaatkan lokasi daganganya sebagai ajang maksiat. 

Kemudian kepada Walikota Padang untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja DInas Pemuda dan Olahraga dan selanjutnya bersikap tegas dengan maraknya aksi ajang maksiat di Kawasan GOR tersebut. 

Sebelum mengambil sikap tegas, ada baiknya juga Walikota Padang melakukan pemantauan langsung ke lokasi yang telah berubah fungsi tersebut. Soalnya, Kota Padang tak hanya terkenal dengan masyarakat yang agamis, tapi juga berbudaya Minangkabau. Untuk itu, jangan sampai gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Semoga !!!. (Penulis wartawan tabloidbijak)