Mengendalikan Diri di Hari Raya Idul Fitri
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 13 Mei 2019 09:04:30 WIB
SEBAGAIMANA lazimnya, hari raya Idul Fitri sangat dinanti-nantikan oleh jutaan masyarakat Indonesia yang melaksanakan ibadah puasa. Untuk itu jangan heran jika ada perbuatan masyarakat yang terlalu berlebih saat menyambut datangnya hari raya Idul Fitri tersebut, seperti mempersiapkan berbagai menu makanan kue serta membeli berbagai pakaian bagi bagi anak-anaknya.
Bagi masyarakat yang punya kemampuan, ya dengan enteng saja membeli semua kebutuhan hidupnya saat merayakan haru raya Idul Fitri tersebut. Sedangkan bagi masyarakat yang kategori miskin, selain menanti belas kasihan keluarga dan family, juga berharap sadakah dan zakat fitrah dari umat muslim yang punya kesadaran beramal dan menjalankan perintah agama.
Secara umum, Hari Raya Idul Fithri merupakan puncak dari seluruh rangkaian prosesi ibadah puasa selama bulan Ramadhan, dimana dalam bulan tersebut kita melakukan ibadah shaum dengan penuh keimanan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Penetapan Hari Raya Idul Fitri oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dimaksudkan untuk menggantikan Hari Raya yang biasa dilaksanankan orang-orang Madinah pada waktu itu. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yaitu : “Jabir ra. Berkata : Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam datang ke Madinah, sedangkan bagi penduduk Madinah ada dua hari yang mereka ( bermain-main padanya dan merayakannya dengan berbagai permainan).
Maka Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bertanya : ” Apakah hari yang dua ini ?”. Penduduk Madinah menjawab : “Adalah kami di masa jahiliyah bergembira ria padanya “. Kemudian Rasulullah bersabda : ” Allah telah menukar dua hari itu dengan yang lebih baik yaitu Idul Adha dan IdulFithri “.(HR Abu Dawud)
Selanjutnya, Hari Raya Idul Fithri juga merupakan puncak pengalaman hidup sosial dan spiritual keagamaan masyarakat. Soalnya bisa dikatakan bahwa seluruh kegiatan masyarakat selama satu tahun diarahkan untuk dapat merayakan hari besar itu dengan sebaik-baiknya. Mereka bekerja dan banyak yang menabung untuk kelak mereka nikmati pada saat tibanya Idul Fitri.
Sebagai hari raya keagamaan, Idul Fitri mengandung makna keruhanian. Tapi karena dimensi sosialnya sedemikian besarnya, khususnya dimensi kekeluargaannya, maka Idul Fitri juga memiliki makna sosial yang amat besar.
Kedepan kita tentu berharap agar memeriahkan Hari Raya Idul Fitri tidak terlalu berlebihan dan cukup dengan cara sederhana. Suoalnya perayaan Idul Fitri lebih untuk menyambutnya kedatangan bulan syawal untuk memulai aktiftas kehidupan untuk kesenangan diri keluarga dana amsyarakat disekitar kita.
Kemudian manfaatkan juga Idil Fitri untuk saling berkunjung sasama sanak family dan teman sejawat yang tujuannya untuk memperkuat tali silaturrahmi sebagai umat Islam dan sesama anak bangsa Indonesia.
Khusus kepada para dermawan untuk jangan sampai lupa pula memperhatikan nasibnya anak yatim piatu, baik menjelang hari Idul Fitri maupun disaat pelaksanaan Idul Fitri. Caranya tentu berbagai rezeki yang diberikan Allah kepada kita dan selanjutnya rezeki itu dibagikan kepada pakir miskin dan anak yatim piatu.
Bagaimana pun jua kemeriahan Idul Fitri jangan samapai milik orang kaya saja atau masyarakat yang punya kemampuan finalsial. Bagaimana pun jua, para pakir miskin dan anak yatim merupakan tanggungjawab sosial bagi masyarakat disekitarnya.
Sudah itu itu hindari berpoya-poya dengan berbagai kegiatan, baik berupa pesta dengan berbagai musik dan pesta minuman beralkohol, bagi generasi melenial. Tegasnya, hindari pesta yang bernuansa maksiat alias perbuatan syetan.
Yang tak kalah pentingnya merajut kembali ukwah Islamiyah, yang bisa dikatakan agak terganggu disaat pilpres dan pileg. Bagaimanapun jua, kita ini sama-sama anak bangsa yang punya tanggungjawab moral juga terhadap kemajuan dan keamanan bangsa ini. Yang jelas, anak bangsa yang baik, akan menjalankan sariat Islam secara baik dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan dengan baik. (penulis wartawan tabloidbijak.com)