Idealnya Pencak SIlat Dimasukan dalam Ekstrakurikuler Sekolah 

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 19 Maret 2019 10:10:58 WIB


 

RASANYA tak berlebihan pula kebijakan yang dilakukan Bupati Tanah Datar Irdinasyah Tarmizi. Kenapa? Karena Pemerintah Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat telah mencanangkan olahraga bela diri pencak silat masuk ekstrakurikuler sekolah sebagai salah satu upaya melestarikan olahraga tradisional tersebut.

Sebelumnya, Fauzi Bahar mantan Walikota Padang juga pernah mencanangan pencak silat masuk ke ekrakurikuler. Alasannya waktu itu, selain pencat silat sebagai tradisi asli Sumatera Barat, juga sebagai  salah satu upaya dalam pembinaan moral pelajar.

Selain memasukan olahraga pencak silat, juga ada wacana membekali siswa dengan belajar membaca Al-Quran. Tujuannya, selain generasi muda Miang itu mahir bela diri, juga mantap dengan ilmu agamanya. Antara dunia dan akhirat harus diseimbangkan dalam membina mental generasi muda. 

Secara tioritis, silat Minangkabau adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Sumatera Barat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kenapa? Karena Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. 

Selain sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar. Silat Minangkabau juga dapat sebagai sarana hiburan yang dipadukan dengan darama yang dinamakan Randai. Yang berisikan nashat dan petuah Dari Nenek Motang yang diturunkan secara turun temurun

Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya adalah daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting sejak abad pertama Masehi. Oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua yakni sebagai

Untuk dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. 

Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri, tetapi juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan randai (drama Minangkabau) sebagaimana dijelaskan  Emral Djamal Dt Rajo Mudo (2007) yang  pernah menjelaskan bahwa pengembangan gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari nenek moyang Minangkabau agar silat selalu diulang-ulang di dalam masa damai dan sekaligus untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas dan keras agar menjadi lembut dan tenang. Sementara itu, jika dipandang dari sisi istilah, kata pencak silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. 

Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan.

Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.

Bertitik tolah dengan sejarah silek, ada baiknya kalau ilmu beladiri ini dikembangkan tak hanya digelanggang latihan, tetapi juga dimasukan kedalam kurikulum, agar generasi muda Minang, tak hanya pintar dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga hebat dalam olahraga bela diri. 

Langkah pertama yang harus dilakukan dinas pendidikan sebagai penanggungjawab masalah pendidikan, mendidik guru olahraga dan kemudian baru memasukan olahraga beladiri silat sebagai salah ektrakurikuler.  Tujuannya agar para guru olahraga telah jadi pendekar. Dari pada memasyarakatkan olahraga bela diri import, seperti karate, judo dan taekwondo, lebih baiklah belajar ilmu pencak silat. Semoga. (Berbagai sumber dan penulis wartawan tabloidbijak.com)