CANGKANG TELUR

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 11 Desember 2018 06:55:21 WIB


CANGKANG TELUR
Ada sebuah anekdot lucu tapi mengandung makna yang dalam. Begini lengkapnya. Ada seekor induk ayam yang bertelur pada hari Senin. Anggap saja hanya satu butir telur yang keluar dari rahim sang induk tersebut. 
Sebagaimana kebiasaan, telur yang lemah itu dierami oleh sang induk siang dan malam agar kehangatan meresap ke dalam cangkangnya. Setelah beberapa hari, maka menetaslah dari dalam telur itu seekor anak ayam pada hari Sabtu.
Pertanyaannya, jika suatu hari si anak ayam ditanya tentang hari kelahirannya, apakah ia harus menjawab hari Senin atau Sabtu? Di satu sisi, Senin adalah hari pertama ia keluar dari rahim ibunya. Di sisi lain, Sabtu adalah hari pertama ia melihat dunia!
Nah, saudara pasti memiliki jawaban sendiri. Tetapi jika si anak ayam itu meminta pendapat kepada saya, tentu akan saya katakan kepadanya,
"Nak, engkau terlahir dua kali. Pertama ketika engkau dilahirkan dari rahim ibumu. Kedua ketika engkau dilahirkan dari cangkangmu."
Tentu saja kenyataannya tidak akan ada yang hendak bertanya kepada si anak ayam. Karena dalam dunia ayam, tidak ada petugas sensus. Namanya juga anekdot! 
Tetapi dalam dunia manusia, adakah orang-orang yang terlahir dua kali? Mungkin. Bisa saja ada orang yang telah terlahir dari rahim ibunya, tetapi hingga hari ini ia belum terbebas dari cangkangnya. 
Boleh jadi ada orang-orang yang terkurung dalam kelemahannya sendiri, dan ia belum bisa terbebas hingga hari ini. Seumpama cangkang yang menyelubungi si anak ayam.
Siapa tahu ada di antara kita yang tidak pernah berani memulai tindakan yang sudah direncanakan sejak dahulu. Ia tahu masa depannya tergantung pada pilihannya hari ini, tapi ia tak pernah berbuat apa-apa. Seumpama cangkang yang melingkupi si anak ayam.
Kalau-kalau ada seseorang yang kita kenal, setiap hari dilalui hanya menjalankan rutinitas menunggu malam. Ia tahu hidupnya kosong dari manfaat, tetapi ia tak juga melakukan perbaikan apa-apa. Seumpama cangkang yang merungkup si anak ayam.
Jangan-jangan bahkan diri kita, yang tidak pernah punya kemauan untuk upgrade diri sendiri. Perkaya ibadah, perbanyak ilmu, dan perbagus akhlak, hanya angan-angan kosong tanpa usaha untuk diwujudkan. Seumpama cangkang yang menggelimuni si anak ayam.
Bebaskan dirimu, terlahirlah kembali, dan lihatlah dunia ini untuk pertama kalinya! 
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(Surat Al-Baqarah : 148)