Ibu Rumah Tangga
Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 03 November 2018 23:06:36 WIB
Ibu Rumah Tangga, Karier Terbaik Sepanjang Masa
Profesi ibu rumah tangga kadang dianggap sebagai profesi biasa-biasa saja. Dianggap tidak keren. Sering kali kata “hanya” mengiringi frasa “ibu rumah tangga” ketika para ibu ini berkenalan. Selain itu, profesi yang satu ini tidak muncul pada kartu nama.
Para ibu yang dimuliakan Allah, jika mau berhitung, silakan berhitung. Berapa banyak pahala yang akan didapatkan kelak dari profesi ini. Akan tetapi, bisa dipastikan, para ibu ini tak akan mau berhitung seperti itu. Apa yang dilakukan merupakan perwujudan kasih sayang dan pengorbanan yang tulus.
Tak bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi seandainya para ibu tidak menyertakan keikhlasan dalam profesinya ini. Niscaya yang didapat hanyalah lelah dan kesal tak berujung. Bisa jadi, mereka akan berpikir ulang untuk melakukan semua itu. Mungkin lebih baik tidur-tidur cantik, bermain handphone, ongkang-ongkang kaki, dan tinggal menerima setoran dari suami. Namun, bukan itu yang mereka pilih. Mereka lebih memilih karier terbaik sepanjang masa.
Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw. bersabda, “Jika sang istri mencuci pakaian suaminya, maka Allah akan mencatatnya dengan seribu pahala, mengampuni seribu dosa (kejelekan), mengangkat derajatnya dengan seribu tingkatan, dan akan dimintakan ampun oleh segala sesuatu yang terkena sinar matahari.”
Kebebasan seorang wanita muslim juga tidak akan terganggu karena posisinya sebagai ibu rumah tangga. Ketika Islam mewajibkan suami untuk memberi nafkah keluarganya, maka pada hakikatnya dia memberi ganti kepada kaum wanita untuk kekosongan waktunya, untuk berkiprah demi kebaikan rumah tangganya, membesarkan anak-anaknya dan mencurahkan segenap perhatiannya dalam menunaikan tugas-tugas alamiahnya. “Wanita cantik yang melupakan perhiasannya dan menyibukkan diri dengan mengasuh anak-anaknya sehingga parasnya berubah adalah wanita yang harus mendapat penghargaan dan kedudukan tinggi”. Ungkapan tersebut boleh jadi benar, tetapi penerapannya sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing rumah tangga dan prioritas kemaslahatannya.
Yang terpenting dari itu semua, sebuah keluarga harus mempertahankan tiga hal yang menjadi pilar kebahagiaannya yaitu ketenangan, cinta dan sikap yang saling menyayangi. Kasih sayang bukanlah sejenis perhatian dalam bentuk benda, tetapi merupakan sumber bagi kehangatan yang terus mengalir, sedangkan darahnya adalah akhlak dan tingkah laku yang mulia. Ketika rumah tangga berdiri kukuh di atas kedamaian dan ketenteraman, cinta yang terbalas, dan kasih sayang yang hangat , maka perkawinan menjadi anugerah yang mulia dan harta yang penuh berkah. Ia akan mampu mengatasi berbagai rintangan dan lahirnya keturunan-keturunan yang baik. Dan, keputusan untuk menikmati kemuliaan menjadi ibu rumah tangga adalah langkah penting untuk mewujudkan itu semua