Mencikaraui Emansipasi Wanita

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 13 September 2018 10:46:33 WIB


SEBAGAIMANA kita ketahui  Raden Ajeng Kartini telah diakui sebagai tokoh emansipasi wanita di negara kita Indonesia. Bahkan, setiap, 21 April diperingati Hari Kartini. Kenapa? Karena perjuangan R.A. Kartini telah dikagumi sebagai pendobrak keterbelengguan wanita pribumi oleh penjajah Belanda, sehingga perjuangan RA Kartini dianggap spektakuler bagi wanita Indonesia.

Kemudian,  RA Kartini dan dianggap serta diakui sebagai tokoh emansipasi wanita yang berjuang secara moderat tanpa adu kekuatan fisik, akan tetapi adu otak dan harga diri. Lain halnya dengan sosok wanita Tjut Nyak Dien dan Siti Manggopoh yang melakukan perlawanan secara adu fisik dan ketangkasan dalam berperang. 

Jika kita kaji dan analisa, kata Emansipasi wanita diartikan sebagai prospek pelepasan diri wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan berkembang dan maju. Bahkan, Emansipasi wanita adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri.

Sedangkan dari sudut padang dunia barat, istilah emansipasi wanita muncul, untuk persamaan hak dengan pria. Bahkan, dunia baray  meneriakkan emansipasi wanita sebagai hak asasi manusia, bahwa emansipasi wanita adalah menyamakan hak dengan kaum pria. Padahal, tidak semua hak wanita harus disamakan dengan pria. Kenapa? Karena Allah Yang Maha Kuasa saja, telah menciptakan kedua jenis (pria dan wanita) dengan latar belakang biologis yang sama. Maksudnya, ada yang bisa dilakukan wanita tetapi tidak bisa dilakukan oleh pria, begitu juga sebaliknya. 

Meskipun demikian, ada persamaan hak  yang dilindungi hukum, seperti  gaji yang setara dengan pria dengan kedudukan dan kemampuan yang sama, merupakan contoh diperbolehkannya persamaan hak dengan pria. 

Secara hakiki, Agama Islam sangatlah  memuliakan wanita. Contohnya, di dalam Kita Suci Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad, sudah sangat memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita. 

Sebagai contoh, Allah Yang Maha Kuasa mewahyukan surat An-Nisa’ kepada Nabi Muhammad Rasul Allah Yang Mulia. Bahkan, sebahagian besar ayat dalam surat An-Nisa' ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kedudukan, peran, dan perlindungan hukum terhadap hak-hak wanita. 

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal, An-Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim;"Surga diumpamakan berada di bawah telapak kaki ibu.” Selanjutnya dalam hadits yang lain seperti diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal “Salah satu ciri laki-laki yang terhormat adalah yang paling dan bersikap lembut terhadap istrinya.”

Dari fakta Surat An-Nisa' dan hadit Nabi Muhammad tersebut membuktikan betapa besarnya pandangan Islam  dalam memperhatikan dan menghargai wanita. Bahkan, kalau kita lihat kebelakang, dalam sejarah Islam banyak wanita-wanita yang bisa kita jadikan suri tauladan yang sangat mulia untuk keberlangsungan emansipasi wanita,  seperti Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar, Khadijah binti Khuwailid, Maimunah binti Harits, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Fatimah binti Muhammad, Ummi Kultsum binti Muhammad, Zainab binti Muhammad, dan lain sebagainya. 

Sosok wanita Muslimah ini telah memberikan contoh emansipasi wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai seorang wanita. Wanita yang baik adalah wanita yang menyelaraskan fungsi, hak, dan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah, sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu, sebagai seorang warga masyarakat, maupun sebagai seorang da’iyah.

Jika kita melihat fakta di negara kita, sosok wanita merupakan bagian terbesar dari masyarakat secara umum, sehingga secara umum juga sangat menentukan keadaan suatu masyarakat. Hanya saja, walau wanita merupakan bagian terbasar dari masyarakat secara umum, masih terdapat suatu kecenderungan yang bersifat bias gender, yaitu menganggap suatu pekerjaan hanya baik jika dikerjakan laki-laki. Kecenderungan masyarakat akan mengutamakan kaum laki-laki inilah yang mendorong timbulnya emansipasi wanita.

Emansipasi wanita, atau yang dikenal juga dengan feminisme, suatu pandangan yang menuntut kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan belakangan ini kian meningkat jumlahnya. Pada Desember 2011, Dewan Perwakilan Rakyat membahas Rancangan Undang-Undang Kesetaran dan Keadilan Gender (KKG). Bahkan, RUU tentang Kesetaran dan Keadilan Gender ini merupakan respons terhadap berbagai kebijakan tetanng pengarusutamaan gender, terutama UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (CEDAW). 

Penerapan UU tersebut dianggap belum mengakomodasi kebutuhan perempuan, padahal diskriminasi terhadap perempuan masih terasa di berbagai bidang. Kemudian, RUU ini juga merespons pelaksanaan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Salah satu komitmen MDGs adalah mendorong tercapainya kesetaraan dan keadilan gender serata pemberdayaan perempuan yang sasarannya tercapai pada 2015 (Kompas, April 2011).

Kini, banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Bahkan, Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. 

Secara fakta kini, semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri , dan berbagai jabatan penting lainnya. Bahkan, khusus masalah politik, partai politik diharuskan mengajukan calonnya sekitar 30 persen. Untuk itu jangan heran, kalau banyak baliho-baliho caleg wanita yang menghiasi berbagai sudut kota. 

Harapan kita tentu berharap, agar jangan sampai masalah emansipati wanita disalah artikan dan berbangsa dan bernegara, khususnya bagi masyarakat Ranah Minang, Sumatera Barat. Semoga!!! (penulis wartawan tabloidbijak dan padangpos.com)