SPBU Khusus Nelayan Purus

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 09 Juli 2018 15:22:15 WIB


MINYAK, apa itu bensin atau solar sudah merupakan kebutuhan nelayan untuk menunjang kegiatanya mencari ikan di laut. Tanpa minyak, nelayan sekarang tidak bisa kelaut. Soalnya, nelayan sudah membiasakan diri melaut dengan bantuan mesin yang memerlukan soalr atau bensin.

Sebagai contoh nelayan yang berdomisi di sekitar Purus atau disekitar Danau Cimpago yang menambatkan perahu bermesinnya di ujung Bandabakali. Bahkan nelayan Purus sudah membiasakan melaut dengan menggunakan mesin. Akibatnya, jika minyak premium atau solar, susah didapat, secara otomatis para nelayan tersebut tidak melaut.

 Jika para nelayan Purus tersebut tidak melaut, otomatis juga mereka kesulitan membiayai kehidupan rumah tangga, termasuk biaya sekolah anaknya. Fakta dan kondisi ini, tentu kian menambah deretan panjang masyarakat miskin.

Berdasakan data statistik Kota Padang, jumlah nelayan di Kecamatan Padang Barat sekitar 420 orang. Jika para nelayan ini tidak melaut, so pasti 420 keluarga yang menemukan kesulitan hidup, baik untuk biaya rumah tangganya sehari-hari, maupun untuk kebutuhan lainnya, seperti biaya anak bersekolah.

Sementara faktor penyebab nelayan tidak melaut, selain tingginya ombang, juga minyak. Khusus minyak, para nelayan tersebut terpaksa mencari SPBU terdekat untuk membeli minyak, apa itu bensin maupun solar. Yang uniknya, nelayan Purus masih saja menemui kesulitan untuk mendapatkan minyan premium dengan berbagai kendala. Meskipun sudah ada aturan dari pihak Pertamina, tapi faktanya dilapangan para nelayan tersebut masih saja menemukan kndala dengan berbagai dalih dari pihak SPBU yang telah ditetapkan bisa meladani kebutuhan mnyak, khusus nelayan.

Kini, sejak Mei hingga Juli 2018 ini, para nelayan juga dihadapkan dengan persoalan ombak atau gelombang yang kadangkala memaksa mereka untuk tidak melaut. Fakta itu sudah barang tentu membuat dapurnya tidak berasap.

Dampak lainnya, so pasti juga harga beli ikan di pasar Purus mahal, sehingga membuat  masyarakat penggemar ikan laut kesulitan mendapatkannya. Meskipun ada, tentu harganya melebihi harga pasar sebelumnya atau disaat nelayan lancar menangkap ikan dilaut.

Persoalan nelayan ini, memang menjadi PR serius bagi DInas Perikanan Kota Padang, dalam kondisi ombak yang mengancam keselamatan nelayan.  Soalnya bagi nelayan kadangkala hanya dua pelihan, mati keparan atau mati dilamun ombak.

Khusus nasib nelayan ini, tak ada salahnya juga menjadi bahan kajian serius, baik bagi pihak eksekutif maupun legislatif. Kenapa? Karena nasib nelayan juga menjadi tugas dan tanggungjawab dari pihak eksekutif maupun legislatif. Bagaimanapun jua, para nelayan ini, warga Kota Padang, yang perlu jadi perhatian.

Kedepannya, semoga pihak eksekutif dan legislatif, selain memikirkan SPBU khusus bagi nelayan, juga menganjurkan para nelayan membentuk koperasi nelayan, yang pembinaan dan bimbingannya langsung dilakukan dinas koperasi. Kenapa? Karena kini, secara fakta ada koperasi dan kelompok nelayan, tapi berjalan tidak sesuai dengan aturan yang jelas dan tegas. Bahkan, dinas terkait terkesan kurang serius memperhatikan nasib nelayan.

 Padahal, kehiduan nelayan ini juga merupakan tanggungjawab dinas terkait dan anggota dewan yang terhormat. Kedepannya, semoga ada perhatian serius, semoga nasib nelayan sesuai dengan harapan. Semoga (Penulis wartawan tabloidbijak dan padangpos.com)


Berita Terkait Lainnya :