Gejolak Harga Menjelang Ramadhan
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 23 April 2018 10:09:21 WIB
Oleh Yal Aziz
Ramadhan atau bulan puasa, merupakan bulan suci yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Bahkan bagi umat Islam, menjalankan ibadah puasa, tak hanya sekedar bersabar menahan lapar dan dahaga, sejak usai makan sahur, sampai terbenamnya matahari, tapi bentuk ketakwaan seorang hamba kepada Khaliknya.
Namun mendekati bulan suci Ramadhan 1439 Hijriah, seperti tahun-tahun sebelumnya, fenomena klasik tentang kondisi harga di pasar selalu bergejolak. Bahkan harga bahan kebutuhan, khususnya bahan pokok, so pasti melonjak naik.
Untuk mengantisipasi gejolak harga di berbagai pasar di Sumatera Barat, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno telah melakukan rapat koordinasi dan identifikasi harga bahan pokok, 11 April 2018 lalu. Bahkan rapat koordinasi tersebut dihadiri Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Dody Edward.
Kini, seharusnya harus kita ingat pula, tentang kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat kita dalam beberapa waktu terakhir dan ke depannya, tidak hanya sekadar untuk menyambut bulan puasa. Soalnya pada saat yang hampir bersamaan, dana mereka, baik tabungan ataupun dana segar lainnya, harus dialokasikan untuk menghadapi tahun ajaran baru bagi pendidikan anak-anaknya. Bahkan, jumlahnya bisa jadi lebih besar.
Sebagai masyarakat awam, kita tentu tidak bisa pula menafikan hukum pasar, persediaan dan permintaan. Namun, ada satu hal yang patut menjadi pertanyaan bersama tentang mengapa fenomena kenaikan harga ini selalu terjadi nyaris dalam setiap memasuki bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri?.
Di satu sisi, seakan bisa dimaklumi bersama bahwa tingginya daya beli atau kebutuhan, maka secara otomatis memicu kenaikan harga atas barang tersebut meski sebenarnya pasokan barang stabil atau berlebih. Yang ironisnya lagi, persoalan kenaikan harga setiap akan memasuki bulan suci Ramadhan, seperti tidak pernah bisa ditemukan jalan keluarnya.
Faktanya, kita selalu berputar-putar dalam menghadapi masalah yang sama setiap tahunnya. Kemudian solusi yang dilakukan pemerintah, seperti turunnya Gubernur Sumatera Barat bersama staf menteri perdagangan ke pasar-pasar, dan bahkan pemerintah menggelar pasar murah dengan harapan mampu menekan kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan pokok tersebut. Padahal, kebijakan ini dinilai sama sekali tidak produktif. Kesan yang muncul kita selalu bertindak seperti petugas pemadam kebakaran.
Tentu, pemerintah juga punya program atau kebijakan lain. Sebagai contoh adalah program swasembada pangan, seperti swasembada daging yang ditargetkan tercapai tahun ini, dan ketahanan pangan. Seturut tetap terjadinya kenaikan harga bahan pangan seperti saat ini, kita justru bisa menangkap kesimpulan sementara dan rasanya cukup valid bahwa program-program tersebut masih jauh dari harapan.
Fenomena ini juga memberikan kita pelajaran bahwa rakyat harus benar-benar dilindungi agar tetap mampu mendapatkan bahan pokok dalam jumlah dan harga terjangkau. Karena itu, tentu tidaklah bijak bila kita menyerahkan hal ini kepada mekanisme pasar belaka. Jika demikian, rakyat pasti menjadi korban. Apalagi, tidak sedikit pula pelaku usaha yang tak bertanggung jawab yang sampai sekarang masih berusaha mengeruk keuntungan dengan cara tak terpuji: menimbun barang atau melancarkan spekulasi.
Keadaan seperti ini sudah seharusnya mendorong pemerintah untuk memformulasikan kebijakan yang akomodatif bagi semua pihak, terutama rakyat. Kebijakan itu adalah yang mampu mencegah kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan pokok, apalagi sampai tingkat tak wajar, sekaligus menjamin ketenangan dunia bisnis.
Kondisi ini juga kembali mengingatkan kita betapa pentingnya membangun sektor pertanian kita seoptimal mungkin dan menjangkau segenap potensi yang ada sebagai bukti keseriusan mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan bangsa ini. Sebab, dengan begitu berarti negara melindungi sekaligus menjadi ikhtiar menyejahterakan rakyatnya.
Untuk saat ini, tentu tiada solusi lain yang bisa kita harapkan untuk mengendalikan harga barang kebutuhan itu kecuali secara instan, seperti operasi pasar atau pasar murah. Tapi, ke depan, kita berharap pemimpin baru negeri ini, yang akan kita pilih, bisa segera membuat dan mengimplementasikan kebijakan komprehensif dalam bidang pangan sehingga fenomena seperti sekarang tidak kembali terulang.