Pembangunan Tol Padang-Pekanbaru Harus Kita Syukuri

Artikel EKO KURNIAWAN, S.Kom(Diskominfo) 27 Februari 2017 10:35:45 WIB


Pembangunan Tol Padang-Pekanbaru Harus Kita Syukuri

Oleh: Noa Rang Kuranji

Rencana Pemerintah Pusat yang akan membangun jalan tol Padang-Pekanbaru sepanjang 240 kilometer mulai akhir tahun 2017 ini pastinya akan disambut gembira masyarakat Sumbar dan Riau. Hal ini patut disyukuri karena pembangunan Sumbar dan Riau akan semakin maju.

Apalagi, hubungan kekeluargaan antara Sumbar dan Riau yang selama ini sudah terjalin dengan baik tentu akan semakin kuat mengingat akses keluar-masuk ke dua daerah semakin cepat dan mudah.

Konon kabarnya, proyek raksasa ini diperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 5 triliun, bersumber dari dana Asian Infrastructure Invesment Bank (AIIB). Bahkan, pemerintah telah menunjuk PT Hutama Karya (PT Persero) untuk mengerjakan proyek besar tersebut setelah coba ditawarkan kepada pihak swasta tidak ada yang sanggup.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno seperti dikutip dari Harian Singgalang mengatakan, jalan tol ini akan lebih banyak melalui wilayah Tanah Datar mengingat wilayah Sumbar banyak patahan jika mengikuti jalur Padang-Bukittinggi.

Sejumlah syarat yang diperlukan agar proyek pembangunan tol itu dimulai sebagian sudah ada seperti trase, analisis dampak lingkungan (Amdal) dan Design Engineering Detail (DED).

Bahkan, untuk pembangunan tahap I, jalur Padang-Sicincin sepanjang 27 kilometer sudah dibebaskan dan saat ini sudah dimulai pengerasan. Kapan dimulainya pengerjaan proyek tersebut, sampai kini Pemprov Sumbar masih menunggu tanggal pastinya dari pusat.

Jalan raya yang selama ini lebarnya 36 meter akan diperluas menjadi 60 meter. Pembangunan tahap I ini juga bersamaan dengan pembangunan jalan tol Pekanbaru-Kampar sepanjang 17 kilometer. Namun, pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai sudah mulai dikerjakan tahun 2017.  Adapun daerah yang akan dilalui jalan tol ini nantinya meliputi Padang, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar dan Limapuluh Kota.

Jalan tol ini merupakan bagian dari proyek tol Trans Sumatera sepanjang 1.415 kilometer.

Rute awal jalan tersebut adalah, Padang - Sicincin 27 km, Sicincin - Padangpanjang 23 km, Padangpanjang - Bukittingi 33 km, Bukittinggi - Payakumbuh 20 km dan Payakumbuh- Pekanbaru-Dumai, Riau 93 km.

Kalau kita kaji manfaat dengan adanya jalan tol ini jelas sangat banyak. Baik dari segi pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendidikan dan lain sebagainya. Artinya, keberadaan jalan tol itu sudah pasti akan sama-sama menguntungkan bagi masyarakat ke dua daerah.

Maksudnya, sebagai daerah industri, perkebunan dan bisnis, Provinsi Riau sudah pasti membutuhkan mitra dan kerjasama di sektor lainnya. Seperti kebutuhan sembako (sembilan bahan pokok) yang selama ini hampir 70 persen disuplay dari Sumbar. Bila suplay sembako dari Sumbar ini terganggu maka akan berpengaruh pada lonjakan harga di Riau.

Contohnya, setiap ada kejadian jalan Sumbar-Riau putus disebabkan banjir atau tanah longsor, harga-harga sembako di Riau langsung naik drastis akibat terbatasnya stok pangan yang dimiliki pedagang di bumi Lancang Kuning tersebut. Sementara pengaruhnya bagi Sumbar akan kehilangan kunjungan wisatawan dari Riau.

Jujur saja, selama ini yang rajin dan rutin berkunjung untuk berdarmawisata ke Sumbar adalah mayoritas warga Riau ketimbang daerah lain yang cuma sesekali saja. Mungkin disebabkan jarak antara Riau dengan Sumbar tidak terlalu jauh. Sehingga Sumbar menjadi target utama bagi warga Riau untuk membawa keluarganya pergi berlibur atau berwisata. Apalagi, objek-objek wisata di Riau sangat minim dan tidak sebagus objek-objek wisata yang ada di bumi Ranah Minang.

Pengalaman penulis ketika tinggal dan menetap di Riau lebih kurang enam tahun, hal itu terasa sekali. Saat lebaran atau musim libur tiba, hampir separoh warga Riau memilih pergi berlibur atau berwisata ke daerah lain. Rata-rata tujuannya ke Sumbar dan hanya sebagian kecil yang memilih ke Kota Batam, Jakarta ataupun Malaysia.

Akibatnya, kota-kota di Riau menjadi lengang karena ditinggal penghuninya. Padahal, di hari-hari biasa selalu ramai dan jalan-jalan pun sering macet akibat padatnya aktifitas warga setempat. Bahkan, kehidupan malam Kota Pekanbaru sudah hampir setara dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makassar. Sehingga tidak heran kalau di Pekanbaru pemandangan jalan macet itu akan terlihat siang dan malam.

Berbeda dengan Kota Padang, meski sama-sama berstatus ibu kota provinsi, namun kemacetan di jalan raya hanya terlihat pada siang hari saja. Pada malam hari, suasananya relatif normal karena kehidupan malam di Kota Padang masih terbatas dan tidak bebas seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia. Dengan kondisi tersebut, Kota Padang sangat cocok disebut kota pendidikan dan wisata bukan kota bisnis seperti Kota Pekanbaru.

Jadi, kalau pun nanti pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru itu selesai, dampak yang akan terlihat nyata itu menurut penulis adalah makin lancarnya suplay sembako dari Sumbar ke Riau dan meningkatnya kunjungan wisatawan dari Riau ke Sumbar. Selebihnya, tidak terlalu berpengaruh signifikan karena perbedaan kultur dan budaya masyarakat Sumbar dan Riau tersebut. Namun, harus tetap kita syukuri. (*)