TVRI Sumbar dan Representasi Budaya Lokal
Artikel EKO KURNIAWAN, S.Kom(Diskominfo) 22 Maret 2017 11:59:23 WIB
TVRI Sumbar dan Representasi Budaya Lokal
Oleh : Wakidul Kohar
Studi ini berangkat dari kajian teoritis yang melihat terbatasnya studi kritikal di bidang komunikasi massa di Indonesia. Kemajuan tekonologi komunikasi dan informasi telah membuat industri media massa tumbuh semakin pesat. Negara-negara maju yang mempelopori industri media massa bukan lagi menjadi pemain tunggal, beberapa Negara berkembangpun telah ambil alih dalam pertumbuhan media massa tersebut. Dengan semakin menyebarnya teknologi ini, maka makin menyebar pula pemanfaatan teknologi dalam media massa. Bermula dari makin maraknya penggunaan teknologi komunikasi dalam industri media, sehingga menjadikan globalisasi media tak terelakkan lagi. Pada jaman yang seringkali disebut sebagai the information age ini, media massa tidak lagi dimonopoli oleh negara-negara besar, tetapi media massa sudah masuk kepada setiap ruang hidup manusia, tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga sampai ke pelosok-pelosok negeri.
Masyarakat lokal dalam kajian ini adalah masyarakat Minangkabau.Etnik Minangkabau mempunyai nilai-nilai falsafah yang tinggi dan bersifat universal. Mereka sangat menjunjung tinggi adat. Adat diciptakan oleh nenek moyang orang Minang sebagai hukum atau aturan hidup yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alamnya berdasarkan falsafah “Alam takambang jadi guru”. Menurut Rasyid (2006: 1) menegaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam adat memberi bentuk dan pola kepada budaya Minangkabau itu sendiri.
Terkait dengan kajian media tersebut, Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sumatera Barat merupakan stasiun televisi daerah yang didirikan oleh Televisi Republik Indonesia untuk wilayah Provinsi Sumatera Barat. TVRI Sumbar me-relay 92% acara pada TVRI Nasional dan sisanya 8% TVRI Sumbar menyajikan siaran-siaran yang sifatnya mengeksplorasi potensi lokal budaya Provinsi Sumatera Barat yang ditayangkan mulai pukul 15.00-19.00 Wib.
Dalam konteks media lokal, keberadaan televisi lokal diharapkan dapat menampilkan nilai-nilai budaya (Kluckhohn dalam Koentjaraningrat, 1976: 32) daerah serta peristiwa lokal dengan menyentuh kehidupan nyata masyarakat setempat, dengan demikian televisi lokal memiliki peran penting dalam mengubah ketidakberimbangan fungsi media mainstream dalam mengangkat isu-isu lokal. Televisi lokal dapat merepresentasikan identitas lokal budaya masyarakat daerah dengan muatan budaya dan identitas yang berbasis kearifan lokal.
Prinsip sebuah stasiun televisi ber-plat merah adalah tetap berpegang pada prinsip-prinsip ideal sebuah lembaga penyiaran yaitu penyampaian informasi, pendidikan, hiburan dan pelestarian nilai-nilai budaya menjadi pedoman yang tidak boleh dilupakan. Untuk me-reaktulisasikan, peran dan komitmennya, Lembaga Penyiaran Publik TVRI Sumbar, memiliki motto “TV Publiknya Urang Minang”.Usaha itulah yang dilakukan oleh TVRI Sumbar dalam menghadapi tantangan Global di tengah-tengah masyarakat yang juga mempunyai filosofis “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Dalam falsafah ini, secara eksplisit dinyatakan bahwa norma-norma budaya Minangkabau tidak hanya berdasarkan nilai adat semata, melainkan juga disempurnakan oleh nilai-nilai agama (Hakimy 1997: 27-30).
TVRI Sumatera Barat telah berupaya memberikan apa yang menjadi tugasnya sebagai selaku televisi lokal, akan tetapi melihat sedikitnya alokasi waktu yang dimiliki TVRI untuk menayangkan siaran-siaran lokal menjadi PR terbesar bagi TVRI untuk merepresentasikan identitas lokal budaya masyarakat daerah dengan muatan budaya dan identitas yang berbasis kearifan lokal.
Selaku televisi daerah, TVRI Sumbar belum menyajikan sepenuhnya program-program yang sifatnya mengeksplorasi budaya Minangkabau yang sarat dengan nilai-nilai adat, budaya dan agama sesuai dengan moto masyarakat Minangkabau sendiri. Beban berat yang dipikul oleh televisi lokal ini rasanya tidak seimbang dengan porsi yang diberikan hanya 8% dengan durasi 4 x 60 menit jam tayang. Beberapa bentuk program TVRI Sumbar adalah Dendang 15, Berita Ranah Minang, dan Sumbar Membangun.
Di tengah gencarnya globalisasi yang telah masuk ke dalam ranah media, serta kebutuhan akan desentralisasi informasi,kehadiran media-media televisi lokal ditengah adanya persaingan televisi nasional serta media baru, membawa warna tersendiri dalam kehidupan media saat ini. Kehadiran televisi lokal diharapkan menjadi salah satu pilihan dalam melihat berbagai persoalan yang ada saat ini untuk mengurainya, menggali,menghimpun, dan menampilkannyamenjadi tontonan dalam berbagai kemasan program yang dapat menyentuh kebutuhanmasyarakat dengan perspektif kearifan lokal (local wisdom). Televisi lokal diharapkan dapat mengangkat budaya dan kearifan lokal yang hidup dan berkembang dimasyarakat, sehingga dapat membantu proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilaipositif budaya setempat.
Secara umum program TVRI terkait dengan Budaya Minangkabau dengan berbagai bentuk dan formatnya, masih belum meningkatkan rating acara yang bersangkutan. Sementara itu, dengan rendahnya rating, menunjukkan kemungkinan kecilnya dukungan atau kepedulian masyarakat kota Padang dan sekitarnya terhadap siaran-siaran TVRI. Bentuk-bentuk program TVRI yang digunakan berjalan tampak tidak sanggup berpacu melawan produk siaran pop dan comedian di Stasiun TV lain, beserta beragam produk lainnya yang lebih mengundang minat kalangan pemirsa. Kompleksitas permasalahan budaya dan keagamaan yang dihadapi bangsa Indonesia pada umumnya dan Sumatera Barat, tentu juga telah ikut mempengaruhi pilihan-pilihan atas substansi yang harus dikedepankan dalam program siaran TVRI. Oleh karena itu TVRI perlu melakukan hal sebagai berikut :
Pertama, aspek local content yang telah di tetap TVRI pusat, untuk TVRI di daerah masih diperlukan inovasi, dengan cara melakukan penelitian (research) bersama antara TVRI dan perguruan Tinggi di Sumatera Barat, agar masyarakat lebih mencintai TVRI
Kedua, perlu mempertahan nilai-nilai siaran program yang telah menjadi karakter TVRI dengan nilai persatuan Bangsa. Di samping nilai egaliter, sopan santun, serta budaya bangsa, serta nilai-nilai agama. Hal ini mengingat bahwa Segmentasi pasar, adalah umat Islam. Dasarnya adalah tradisi keagamaan, terlepas dari motivasi lain di luar konteks budaya dan keagamaan, si pemrakarsa atau produser harus mampu melemparkaan wacana mengenai pentingnya menyebarluaskan pesan-pesan budaya dan keagamaan.