BELAJAR DARI KEHIDUPAN PARA NABI

Artikel () 21 Juni 2016 10:03:31 WIB


(Nasihat :Ust. Budi Ashari, Lc)

Oleh : SITI ZAKIAH

 

✍ Hari ini banyak orang yang sangat sibuk dalam melakukan kebaikan namun tidak tahu visinya, mau ke mana arahnya.

✍ Apa yang terjadi di abad ke-5 dan ke-6 hijriyah ialah apa yang terjadi pada hari ini. Silakan baca sirohnya. Besarnya Kuttab Al-Fatih hari ini tidaklah dari jumlah cabangnya, namun lebih pada nilainya. Dilihat dari semangat orang untuk menghadirkan sekolah yang, apapun bentuknya, dinamai Kuttab.

✍ Jika mengikuti keinginan jiwa, maka fisik akan lelah mengikutinya.

✍ Kelelahan fisik dapat berujung penyakit, namun janganlah kita berharap sakit. Rasulullah mengajari kita doa:
 إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ وَاْلأَهْوَاءِ وَاْلأَدْوَاءِ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemungkaran akhlak, amal, hawa nafsu dan penyakit.

✍ Selain bermakna 'salah', kata munkar juga berarti 'tidak dikenal'. Maka kita berlindung dari banyaknya penyakit hari ini yang dokter pun tidak mengenalinya.

✍ Jika ingin menghadirkan generasi pemimpin bumi, maka semua hal harus diperhatikan, termasuk makanan apa yang kita makan. Pola hidup Rasulullah harus kita ikuti dalam keseharian. Rasulullah memakan makanan yang terbaik, kurma, madu, susu, gandum. Rasulullah juga tidak tidur larut malam,  dan sebelum tidur selalu berdzikir. Salah satunya dengan dzikir yang Rasulullah ajarkan pada Fatimah dan Ali, saat Fatimah nengeluhkan fisiknya yang lelah.

✍ Selain terkait fisik, hal yang berhubungan dengan hati juga perlu diperhatikan. Belajarlah dari sahabat yang masuk surga karena memaafkan kesalahan saudaranya setiap sebelum tidur. Jika kita tidur namun masih menyimpan dengki dan dendam terhadap orang lain, percayalah kita akan merasa lelah saat bangun tidur.

✍ Selain Rasulullah, Khulafaur Rasyiddin juga sangat kuat fisiknya. Umar bin Khattab r.a. berangkat ke Syam dari Madinah untuk menerima kunci Baitul Maqdis hanya berdua dengan pengawalnya, bergantian menaiki satu unta.

✍ Posisi kita saat ini sebagai pengajar kebaikan, tapi sekaligus sebagai murid. Belajarlah dari kisah Nabi Musa dalam surat Al-Kahfi. Nabi Musa sebagai murid dari Khidir, namun juga sebagai guru dari Yusya bin Nun. Yusya ini nantinya menjadi Nabi yang memimpin Bani Israil memasuki negeri yang dijanjikan, yaitu Palestina.

✍ Dalam rangka thalibul 'ilm, Nabi Musa berjalan kaki sampai bertemu dua lautan. Bahkan jika tidak bertemu, Musa akan terus berjalan sampai bertemu, meski bertahun-tahun lamanya. Rihlah dalam thalibul 'ilm ialah hal yang biasa dilakukan oleh orang shalih terdahulu. Saat ini kita malah lebih mudah karena transportasinya lebih cepat menyampaikan ke tujuan.

✍ Belajarlah dari Nabi Musa, orang yang siap berjalan mencari ilmu sampai bertahun-tahun lamanya.

✍ Jika sudah memulai maka jangan pernah berhenti. Jika mulai terasa lelah, itu pertanda kita akan sampai di tujuan. Karena kemudahan dari Allah datang setelah adanya kesulitan.

✍ Bagi penuntut dan pengajar ilmu, makanan ialah hal yang sepele. Apa saja asalkan ada (yang halal dan thayyib tentunya).

✍ Sebagaimana Nabi Muhammad belajar sabar dari Nabi Musa, maka belajarlah sabar dari Nabi Musa, termasuk sabar dalam menuntut ilmu.

✍ Karakter Musa ialah orang yang 'tajam', lisan dan perilakunya. Maka itu Nabi Musa meminta ditemani oleh Harun, saudaranya yang lebih lembut tutur katanya. Akan tetapi, dengan 'ketajaman' itu, Musa tetap bersabar.

✍ Di tengah perjalanan menuntut ilmu, bekal ikan untuk Nabi Musa dan Yusya yang dibawa oleh Yusya ternyata lupa ditaruh di mana. Menghadapi hal ini, ternyata Musa tidak marah. Justru Nabi Musa berkata, "dzalika ma kunna nabgi (inilah yang kita inginkan)." Karena ternyata kejadian ini ialah tanda dari Allah untuk bertemu dengan Khidir. (Perhatikan kembali! Masalah makan bagi penuntut ilmu adalah hal yang sederhana).

✍ Karakter Khidir sebagai pendidik ialah:
عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
- sebenar-benar hamba
- mendapatkan rahmat
- memiliki ilmu

✍ Masalah terbesar penuntut ilmu ialah masalah lupa. Dan lupa ini disebabkan oleh syaithan. Maka itu banyak-banyaklah berdzikir.

✍ Orang yang tidak sabar dalam menuntut ilmu tidak akan berhasil dalam menuntut ilmu. Ibnu Hajar belasan kali bolak-balik menyelesaikan Shahih Bukhari sebelum ia menulis Fathul Bari.

✍ Syaikh Athiyah Salim pernah bercerita:
Suatu ketika ada anak muda yang datang ke majelis syaikh dan duduk di depan syaikh yang mengajar. Anak muda ini berbicara panjang lebar, menjelaskan ilmu yang sebenarnya tidak baru bagi sang syaikh. Namun syaikh ini tetap mendengarkan dengan seksama. 
Saat anak muda ini pergi, murid-murid syaikh ini protes karena apa yang disampaikan oleh anak muda tadi bukanlah ilmu yang baru. Bahkan mereka telah mendengarnya dari syaikh mereka bertahun-tahun yang lalu. 
Mendengar protes muridnya, syaikh ini berkata, "Begitulah kita diajari untuk menghormati ilmu dan ahli ilmu."

✍ Orang yang berkata, "Saya sudah pernah dengar ilmu ini," ialah pertanda orang yang tidak sabar dalam menuntut ilmu.

✍ Pada Khidir, Nabi Musa berkata akan mematuhi apa pun perintah yang diberikan padanya (padahal Nabi Musa lebih utama dibandingkan Khidir). Dan begitulah adab penuntut ilmu, ia tidak membantah apa pun yang diperintahkan oleh gurunya.

✍ Protes Nabi Musa pada Khidir benar secara zhahir, namun salah karena melanggar aturan gurunya.

✍ Hilangnya ilmu hari ini karena hilangnya barokah akibat rusaknya adab terhadap ahli ilmu.

Wallahu a'lam bishawwab.